Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, ada beberapa hal yang kadang membuat hidup jadi penuh kekhawatiran. Ada ketakutan tersendiri kalau harus berurusan dengan hal-hal yang melibatkan biaya besar atau prosedur yang ribet, yang bagi mereka kadang susah dihadapi. Ketakutan ini muncul karena mereka tahu konsekuensinya bisa panjang dan berat kalau sampai terjebak dalam situasi ini.
Nah, di artikel ini kita akan bahas tiga hal yang sering jadi momok buat mereka, yaitu: urusan dengan polisi, rumah sakit, dan pajak. Mari kita bahas lebih dalam, kenapa ketiga hal ini sering menjadi sumber kecemasan.
Hal Pertama: Berurusan dengan Polisi
Bagi sebagian orang, apalagi yang kondisi ekonominya pas-pasan, berurusan dengan polisi itu bisa jadi hal yang menakutkan. Kenapa? Karena berhadapan dengan hukum sering kali identik dengan biaya yang tidak sedikit, mulai dari biaya pengacara sampai kemungkinan denda atau “biaya-biaya lain” yang kadang suka tidak jelas asal-usulnya.
Contoh sederhananya, ketika ada masalah kecil di jalan atau kesalahpahaman yang berujung panggilan ke kantor polisi. Bagi mereka yang punya uang, mungkin cukup panggil pengacara dan selesai. Tapi bagi masyarakat kecil, hal seperti ini membuat mereka panik karena bayang-bayang pengeluaran yang tidak sanggup mereka tanggung. Belum lagi cerita-cerita yang sering muncul di media sosial tentang “urus ini itu” yang katanya harus siap uang tambahan. Jadi, tidak heran kalau banyak yang takut duluan kalau sampai harus berurusan dengan polisi.
Hal Kedua: Berurusan dengan Rumah Sakit
Masalah kesehatan memang bisa datang kapan saja, tapi kalau sudah urusannya ke rumah sakit, itu langsung membuat orang dengan kondisi ekonomi menengah ke bawah deg-degan. Biaya pengobatan sekarang ini mahal banget, dan meskipun ada BPJS, tidak semua kebutuhan kesehatan bisa sepenuhnya ditanggung. Misalnya, biaya obat tertentu, perawatan khusus, atau prosedur yang tidak termasuk cakupan BPJS. Jadi, masih ada saja biaya yang keluar dari kocek sendiri, dan ini tidak murah.
Disamping itu, proses administrasi di rumah sakit kadang bikin pusing. Bagi mereka yang tidak terlalu paham urusan birokrasi, mengurus formulir, fotokopi dokumen, antri di loket, sampai cari surat rujukan itu membuat mereka pusing tujuh keliling. Tidak heran kalau banyak yang jadi takut ke rumah sakit, lebih memilih berobat seadanya di rumah daripada harus ribet ngurus ini-itu yang udah stres duluan ketika membayangkannya.
Hal Ketiga: Pajak
Bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah, terutama pelaku usaha kecil, pajak bisa jadi beban yang berat. Pajak itu wajib, tapi kadang terasa mencekik, apalagi kalau pendapatannya tidak seberapa. Bayangin, sudah susah payah peras keringat siang malam usaha sampai dapat untung yang tidak seberapa, eh, tiba-tiba harus bayar pajak yang nggak sedikit.
Contoh nyatanya, dari sumber Kompas.id tentang Pak Pramono yang sempat viral. Beliau ini punya usaha kecil yang lumayan untuk menopang hidup sehari-hari. Tapi karena pajak yang terus naik dan jumlahnya makin nggak masuk akal, beliau akhirnya milih tutup usaha ketimbang pusing bayar pajak ratusan juta. Kasus seperti ini menunjukkan kalau pajak sering membuat rakyat kecil harus mikir dua kali untuk meneruskan usaha, karena takut malah tekor.
Beda ceritanya kalau orang yang tajir melintir (orang kaya) yang kena masalah ini. Ya, mereka punya sumber daya lebih untuk menghadapi urusan dengan polisi, rumah sakit, atau pajak dengan lebih mudah. Dengan kelebihan sumber dayanya mereka bisa mendapatkan bantuan hukum, akses ke layanan kesehatan premium, dan kemudahan lainnya yang membuat mereka lebih tenang.
Tapi, bagi masyarakat kecil, semua ini justru bikin khawatir. Maka dari itu, pemerintah perlu ambil peran untuk mengurangi kesenjangan ini. Kebijakan yang lebih inklusif dan ramah untuk semua kalangan akan membuat mereka tidak takut lagi jika berhadapan dengan hukum, kesehatan, atau pajak. Selain mengurangi stigma negatif, langkah ini juga bisa membuat masyarakat kecil merasa lebih aman dan dihargai dalam kehidupan keseharian mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H