Dia percaya, kalau AI dibiarkan tanpa pengawasan, ada kemungkinan besar teknologi ini akan disalahgunakan, atau bahkan berkembang jadi sesuatu yang di luar kendali manusia.
Jadi, bagi Musk, regulasi itu penting supaya AI bisa tetap dikendalikan dan berfungsi untuk kepentingan umum, bukan malah membahayakan kita.
Elon Musk bisa dibilang punya hubungan asmara dengan AI, di satu sisi dia was-was, tapi di sisi lain dia juga memanfaatkannya untuk membuat teknologi yang luar biasa. Lihat saja Tesla, misalnya.
Mobil-mobil Tesla, sebagai pelopor mobil listrik pintar di dunia, sekarang ini sudah pakai AI untuk fitur self-driving alias mengemudi otomatis. Tujuannya jelas, membuat mobil yang safety dan smart.
AI-nya dilatih sedemikian rupa untuk membaca situasi jalan, mengerti tanda lalu lintas, dan melindungi penumpang dengan cara mengemudi yang lebih cerdas dari manusia. Bagi Musk, AI ini bisa membuat transportasi jadi lebih aman dan efisien.
Lalu ada lagi proyeknya yang tidak kalah menarik, yaitu robot humanoid bernama Optimus. Robot ini dibuat supaya bisa bantu-bantu di berbagai aktivitas fisik yang biasanya dikerjakan manusia. Di video demonstrasi, kita bisa lihat Optimus sedang ‘menarik’ bagian-bagian tubuhnya sendiri, seolah-olah dia sedang membuat replika dirinya. (Sumber)Â
Nah, ini contoh lain bagaimana Musk mencoba memanfaatkan AI untuk membantu pekerjaan sehari-hari, terutama di bidang yang mungkin kurang menarik atau bahkan berbahaya bagi manusia.Â
Meski begitu, Musk tetap realistis tentang batasan dan resiko AI. Dia percaya kalau AI digunakan dengan cara yang benar, teknologi ini bisa sangat membantu dan bahkan membuat hidup kita jadi lebih mudah. Namun, dia tidak pernah berhenti mengingatkan kalau AI tetap butuh aturan yang ketat.
Bagi dia, AI itu seperti pedang bermata dua, bisa jadi sangat bermanfaat kalau dipakai dengan bijak, tapi bisa juga bahaya kalau lepas kendali. Jadi, di sini terlihat dualitas pandangannya terhadap AI, penuh potensi, tapi juga perlu hati-hati.Â