Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapitalisme, Gender, dan Manipulasi

24 Juli 2024   07:59 Diperbarui: 24 Juli 2024   08:04 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapitalisme sangat ahli dalam memanfaatkan budaya patriarki. Budaya ini sering menekan perempuan, membuat mereka merasa tertindas dan terpinggirkan. Akibatnya, banyak perempuan yang merasa harus keluar rumah dan bekerja untuk membuktikan diri mereka bisa mandiri dan tidak bergantung pada laki-laki.

Dalam waktu yang bersamaan feminisme muncul untuk melawan ketidakadilan terhadap perempuan, tapi kapitalisme juga mengambil keuntungan dari gerakan ini. Feminisme mendorong perempuan untuk menjadi lebih maskulin dan independen. Banyak perempuan yang jadi lebih ambisius, fokus meniti karir, dan berusaha membuktikan bahwa mereka bisa setara atau bahkan lebih baik dari laki-laki di dunia kerja.

Ada juga kampanye yang kuat mendorong perempuan untuk tidak bergantung pada laki-laki. Ide ini bagus sih, tapi kapitalisme memanfaatkannya untuk keuntungan mereka. Perempuan yang mandiri dan bekerja keras sering dianggap lebih berharga di dunia kerja. Tapi di sisi lain, ini juga membuat laki-laki jadi lebih pasif dan feminim, karena peran lahiriyah mereka sebagai pencari nafkah utama mulai berkurang. Dampaknya, peran gender di masyarakat jadi berubah dan kadang menimbulkan ketidakseimbangan dalam keluarga.

Dampak Sosial dan Keluarga

Kapitalisme mengubah peran lahiriyah perempuan dan laki-laki secara drastis. Perempuan yang dulu lebih banyak di rumah, sekarang banyak yang bekerja dan meniti karir. Sementara laki-laki yang dulu dianggap sebagai pencari nafkah utama, kini sering kali perannya bergeser atau bahkan berkurang.

Perempuan yang semakin mandiri dan maskulin berdampak pada keseimbangan dalam keluarga dan pekerjaan. Di satu sisi, mereka bisa lebih sukses di karir, tapi di sisi lain, ini bisa menimbulkan ketegangan dalam rumah tangga karena peran gender yang berubah. Mereka jadi harus mengambil beban yang lebih besar, baik di rumah maupun di tempat kerja.

Laki-laki yang semakin feminim sering kehilangan peran lahiriyah nya sebagai pencari nafkah utama. Ini bisa membuat mereka merasa kurang berharga atau tidak terpenuhi, yang akhirnya berdampak pada dinamika keluarga. Ketika laki-laki tidak lagi merasa bertanggung jawab penuh untuk menafkahi, mereka bisa menjadi lebih pasif dan kurang berinisiatif.

Perubahan ini menciptakan lingkaran setan dalam keluarga. Ayah yang feminim dan ibu yang maskulin menciptakan anak-anak yang bingung dengan peran gender mereka. Anak laki-laki bisa tumbuh dengan sikap patriarki karena merasa dimanjakan, sementara anak perempuan jadi lebih mandiri karena merasa kurang diperhatikan atau didukung. Ini terus berlanjut ke generasi berikutnya, membuat ketidakseimbangan dalam keluarga semakin parah, dan kapitalisme terus mengambil keuntungan dari situasi ini.

Kapitalisme memanipulasi peran gender dengan memanfaatkan perempuan sebagai tenaga kerja murah dan fleksibel, sementara laki-laki dianggap mahal dan sulit diatur. Budaya patriarki dan gerakan feminisme juga dimanfaatkan untuk mendorong perempuan masuk ke dunia kerja dan menjadi lebih maskulin, sementara laki-laki menjadi lebih pasif dan feminim. Semua ini menyebabkan perubahan besar dalam peran gender tradisional.

Manipulasi kapitalisme terhadap peran gender mempunyai dampak jangka panjang yang signifikan pada masyarakat dan keluarga. Perempuan jadi harus menanggung beban ganda, sementara laki-laki kehilangan peran tradisional mereka, yang bisa menyebabkan ketidakseimbangan dalam rumah tangga. Lingkaran setan ini menciptakan generasi yang bingung dengan peran gender mereka, membuat masalah ini semakin sulit dipecahkan. Pada akhirnya, kapitalisme terus diuntungkan dari situasi ini, sementara keluarga dan masyarakat menghadapi tantangan yang semakin kompleks.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun