Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tradisi "Ngalap Berkah" Sisa Makanan Guru, Eksploitasi atau Bukti Kesadaran Spiritual?

26 Juni 2024   23:59 Diperbarui: 27 Juni 2024   09:08 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tradisi "Ngalap Berkah" (Sumber Gambar: hypeabis.id)

Jadi, menjaga kesejahteraan murid bukan hanya soal mengajar di kelas, tapi juga memastikan bahwa kebutuhan dasar mereka terpenuhi dengan cara yang menghormati martabat dan kemanusiaan mereka. Guru yang baik selalu mencari cara untuk memberikan yang terbaik bagi murid-muridnya, termasuk dalam hal makanan.

Setelah kita bahas dari berbagai sudut, tradisi "ngalap berkah" memang punya dua sisi. Di satu sisi, tradisi ini bisa dilihat sebagai bentuk kesadaran spiritual dan penghormatan terhadap guru. Murid-murid yang ikhlas mengikuti tradisi ini merasa mendapatkan berkah dan energi positif yang bisa memperkuat spiritualitas mereka.

Di sisi lain, kita tidak bisa tutup mata terhadap kritik yang ada. Tradisi ini bisa membuka ruang untuk eksploitasi, terutama kalau guru membiarkan murid-muridnya berebut sisa makanan tanpa memperhatikan martabat mereka. Kasus-kasus negatif yang terjadi menunjukkan bahwa tanpa pengawasan dan pengelolaan yang baik, tradisi ini bisa merugikan lebih dari menguntungkan.

Jadi, penting untuk kita berpikir kritis dan menilai sendiri apakah tradisi ini lebih banyak membawa manfaat atau justru sebaliknya. Mungkin, daripada sekedar mengikuti tradisi secara taklid buta, kita bisa cari cara-cara baru yang tetap menghormati nilai-nilai spiritual tapi juga menjaga kesejahteraan dan martabat semua orang yang terlibat.

Apa pun pendapat kita, yang jelas, menjaga keseimbangan antara penghormatan tradisi dan tanggung jawab sosial adalah kuncinya. Bagaimana menurut teman-teman?

Untuk melestarikan tradisi ngalap berkah tanpa mengorbankan kesejahteraan murid, mungkin ada empat langkah yang bisa diambil:

1. Pendidikan dan Pemahaman

Guru mestinya sudah paham secara mendalam mengenai esensi dari tradisi ini. Ajak mereka (para murid) berdiskusi mengenai makna spiritual di balik ngalap berkah, bukan sekedar praktik fisiknya.

2. Modifikasi Praktik

Tradisi bisa dimodifikasi agar lebih sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan. Misalnya, daripada berebut sisa makanan, guru bisa mengajak murid-murid makan bersama, membagikan makanan dengan cara yang adil dan layak.

3. Role Model

Guru harus menjadi teladan dalam memperlakukan murid dengan hormat dan kasih sayang. Dengan begitu, murid-murid akan belajar untuk menghormati guru tanpa harus mengorbankan martabat mereka.

4. Kegiatan Alternatif

Buat kegiatan-kegiatan lain yang bisa menggantikan praktik ngalap berkah tapi tetap mengandung nilai spiritual. Misalnya, doa bersama, meditasi, atau kegiatan sosial yang melibatkan guru dan murid.

Harus ada keseimbangan antara penghormatan tradisi dan tanggung jawab sosial. Tradisi ngalap berkah bisa tetap dijalankan dengan cara yang lebih manusiawi dan etis, sehingga murid-murid bisa merasakan manfaat spiritual tanpa harus kehilangan martabat mereka. Kita semua bisa belajar dari tradisi ini, mengambil nilai-nilai positifnya, dan menerapkannya dengan cara yang lebih sesuai dengan zaman sekarang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun