Apa itu Tradisi "Ngalap Berkah"?
Ngalap berkah itu artinya mencari berkah. Nah, dalam konteks ini, tradisi ngalap berkah seringkali merujuk pada kebiasaan orang-orang yang mengambil sisa makanan dari seorang guru atau tokoh yang dihormati. Mereka percaya bahwa dengan memakan sisa makanan tersebut, mereka akan mendapatkan berkah atau hal-hal baik dalam hidup mereka.
Tradisi ini punya akar yang cukup dalam di berbagai budaya dan komunitas, terutama di Asia Tenggara.Â
Di banyak pesantren atau lembaga pendidikan tradisional, murid-murid sering melihat guru mereka sebagai figur yang sangat dihormati dan dianggap memiliki kekuatan spiritual.Â
Di masa lalu, praktik ngalap berkah ini mungkin muncul dari rasa hormat yang besar terhadap guru, dan juga keyakinan bahwa segala sesuatu yang pernah disentuh atau dimiliki oleh guru mengandung keberkahan. Jadi, nggak heran kalau sisa makanan guru pun dianggap sakral dan membawa berkah.
Ngalap Berkah dalam Perspektif Spiritualitas
Tradisi ngalap berkah sering dianggap sebagai wujud dari kesadaran spiritual yang mendalam. Para murid percaya bahwa guru mereka adalah sosok yang punya keistimewaan spiritual, jadi apa pun yang berasal dari guru tersebut, termasuk sisa makanannya, dianggap punya energi positif dan bisa membawa kebaikan.
Bagi para murid, sisa makanan guru bukan hanya sekedar makanan biasa. Mereka melihatnya sebagai sesuatu yang punya nilai spiritual tinggi. Mereka yakin bahwa setiap gigitan yang tersisa dari guru mengandung berkah yang bisa menambah keberkahan hidup mereka. Jadi, mereka rela berebut untuk mendapatkan sisa makanan itu, berharap dapat sedikit "cahaya" atau energi positif dari sang guru.
Di banyak daerah, kita bisa menemukan cerita-cerita tentang tradisi ngalap berkah ini. Misalnya di pesantren-pesantren di Jawa, ada cerita tentang murid-murid yang selalu berebut sisa makanan dari kyai atau habib mereka. Mereka percaya bahwa sisa makanan itu bisa membawa keberuntungan, kesehatan, bahkan rezeki yang melimpah.Â