Mengapa pandangan ini perlu diubah?
Mari kita berpikir ulang, apa iya itu adil untuk anak-anak kita? Masa depan mereka kok kita yang menentukan sih?
Zaman sekarang sudah berbeda, anak-anak harusnya kita didik agar dapat mengambil keputusan sendiri dan punya mimpi mereka sendiri. Bukan malah kita yang membebani mereka dengan ekspektasi atau harapan kita.
Mereka itu bukan hanya ‘tiket’ untuk kita tenang di hari tua, tapi mereka punya hak buat mengejar cita-cita dan kebahagiaan mereka sendiri.
Nah, maka dari itu, mindset ‘anak sebagai investasi hari tua’ ini perlu kita pertimbangan ulang. Kita harus mulai melihat anak sebagai masa depan yang harus kita dukung dan perjuangkan. Bukan hanya soal uang, tapi soal bagaimana kita bisa bantu mereka menjadi orang yang benar-benar siap menghadapi tantangan zaman.
Mari kita bahas perbedaan antara pemahaman tradisional dan modern tentang peran anak, plus dampaknya untuk anak dan orang tua.
1. Pemahaman Tradisional
Jaman dulu, anak dianggap sebagai ‘tabungan’ untuk masa tua. Orang tua berpikir, “Nanti kalau saya udah tua, anak-anak yang akan menanggung hidup saya.”
Anak-anak sering diarahkan untuk memenuhi ekspektasi orang tua, baik itu soal karir atau bahkan soal pilihan hidup pribadi, seperti jodoh misalnya.
Dampaknya, anak bisa jadi merasa terbebani dan tidak bebas mengembangkan diri mereka sendiri. Orang tua juga bisa jadi terlalu bergantung kepada anak dan lupa untuk menyiapkan masa tua mereka sendiri.
2. Pemahaman Modern
Sekarang, anak lebih dianggap sebagai individu yang punya hak untuk menentukan masa depan mereka sendiri.
Orang tua zaman now lebih fokus ke bagaimana caranya mendukung anak agar menjadi mandiri dan sukses dengan cara mereka sendiri.