Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Benarkah Anak Pertama Bertanggungjawab Penuh atas Nasib Adik-adiknya?

17 Mei 2024   07:35 Diperbarui: 17 Mei 2024   07:48 627
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Kakak beradik. (Sumber Gambar: pexels.com/Vika Glitter)

Pernahkah Anda berpikir, “Menjadi anak pertama itu seperti super hero, karena harus selalu siap sedia untuk adik-adik Anda?” Di artikel ini kita akan membahas tentang mitos dan realita di balik tanggung jawab ‘anak pertama’ dalam keluarga.

Kita semua tahu, di banyak keluarga, anak pertama itu sering dianggap sebagai contoh untuk adik-adiknya. Dari mulai belajar jalan, sampai belajar hidup, sepertinya semua mata tertuju ke si sulung. Tapi, benarkah si sulung harus benar-benar menanggung beban nasib adik-adiknya? Atau mungkin, adik-adik juga punya peran yang tidak kalah pentingnya dalam menulis cerita hidup mereka sendiri?

Yuk, mari kita bahas! 

Pernah dengar teori yang bilang kalau posisi lahir kita bisa menentukan kepribadian? Misalnya anak pertama itu cenderung jadi pemimpin, anak tengah itu sosial banget, dan si bungsu? Katanya sih dia kreatif maksimal. Tapi, apa iya semua itu benar?

Ini jawaban dari Bapak Alfred Adler seorang psikiater terkemuka asal Austria. Ia sangat yakin  kalau urutan lahir itu punya dampak besar ke kepribadian kita. Dia bilang, si sulung itu biasanya tanggung jawabnya seperti gunung, sementara anak tengah itu fleksibel seperti air, dan si bungsu? Manja level dewa.

Tapi, tunggu dulu! Jangan langsung percaya 100%. Soalnya, ada juga penelitian yang bilang sebaliknya. Mereka bilang, kepribadian kita itu tidak hanya soal urutan lahir, tapi juga banyak faktor lain, seperti bagaimana cara orang tua mengasuh, lingkungan sekitar, sampai pendidikan dan ekonomi keluarga.

Jadi, bagi Anda yang suka berpikir, “Ah, pasti karena aku anak tengah makanya aku begini,” mungkin saatnya untuk berpikir ulang kembali. Kita semua unik, dan banyak hal yang bisa membentuk siapa kita sekarang.

Peran anak pertama dalam berbagai budaya dan tradisi

Di banyak tempat, termasuk di Indonesia, anak pertama itu seperti kapten tim. Di budaya Jawa, misalnya, anak pertama itu sangat dihormati dan dianggap sebagai pewaris budaya dan nilai-nilai keluarga. Mereka yang harus jaga nama baik keluarga dan meneruskan tradisi yang sudah ada dari dulu.

Bukan hanya di Jawa. Di banyak budaya lain juga, anak pertama itu punya tanggung jawab ekstra. Mereka sering jadi panutan adik-adiknya, dari cara berperilaku, prestasi sekolah, sampai bagaimana caranya bersosialisasi.

Tapi, jangan salah. Meski anak pertama mempunyai peran penting, bukan berarti adik-adiknya tidak bisa ikut andil dalam menentukan nasib mereka sendiri. Setiap anak punya keunikan dan potensi masing-masing yang bisa dikembangkan.

Jadi, meski tradisi dan budaya memberi peran tertentu untuk anak pertama, kita juga harus ingat bahwa setiap anggota keluarga itu penting dan punya peran mereka sendiri. 

Dampak psikologis dari ekspektasi tersebut terhadap anak pertama dan adik-adiknya.

Ekspektasi itu bisa dilihat dari kedua sisi terhadap anak pertama. Di satu sisi, mereka bisa menjadi lebih ambisius dan bertanggung jawab karena merasa harus menjadi role model yang baik untuk adik-adiknya. Ini bisa menjadi dorongan positif yang membuat pencapaian dan prestasinya di sekolah atau kerjaan mereka lebih wah.

Tapi, di sisi lain, beban itu juga bisa menjadi sangat berat. Bayangkan, semua mata tertuju kepada Anda, lalu Anda harus selalu menjadi yang terbaik. Terkadang, ekspektasi tinggi ini bisa membuat anak pertama merasa cemas, depresi, bahkan mungkin merasa tidak berharga kalau mereka tidak bisa memenuhi harapan itu.

Nah, bagi adik-adiknya, kadang mereka bisa jadi merasa ‘dilindungi’ atau ‘dibayangi’ dengan prestasi kakaknya. Ini bisa jadi tekanan tersendiri bagi mereka untuk menunjukkan kalau mereka juga bisa sukses dengan cara mereka sendiri.

Jadi, intinya, sangat penting bagi orang tua dan keluarga untuk memberikan dukungan yang seimbang dan tidak membebani satu anak saja dengan semua ekspektasi. Setiap anak itu unik dan punya jalannya masing-masing untuk sukses.

Berikut ini adalah ilustrasi wawancara dari tiga bersaudara, yang terdiri dari anak sulung, anak tengah dan dan anak bungsu, terkait permasalahan tanggung jawab sebagai anak pertama terhadap adik-adiknya. 

Halo Rian! Sebagai anak pertama, apa sih yang Anda rasakan tentang tanggung jawab terhadap adik-adik Anda? 

Rian: “Halo! Ya kadang saya merasa seperti harus jadi contoh yang baik. Tapi, menurut saya itu seru juga sih, soalnya aku bisa mengajarkan mereka hal-hal baru. Cuma, ya itu, tekanannya ada saja. ”

Pernah tidak merasa keberatan?

Rian: “Oh, pasti. Apalagi kalau saya sendiri sedang butuh waktu untuk me time, tapi ya sudahlah, namanya juga kakak, hehe.”

Wawancara dengan Adik Kedua, Sari:

Sari, bagaimana pandangan Anda tentang kakak?

Sari: “Kak Rian? Dia keren sih, tapi kadang saya ingin menunjukkan ke orang tua kalau saya juga bisa sukses dengan cara saya sendiri.”

Anda merasa ada tekanan tidak dari prestasi kakak?

Sari: “Ada dong. Kadang saya merasa harus lebih baik lagi agar tidak kalah dengan kakak. Tapi, saya juga ingin punya cerita sukses saya sendiri.”

Wawancara dengan Adik Bungsu, Tono:

Tono, sebagai bungsu, apakah Anda merasa manja atau dimanja?

Tono: “Haha, orang bilang sih saya manja. Tapi, saya rasa itu karena saya yang paling muda. Saya juga belajar banyak dari kakak-kakak saya.”

Apakah Anda merasa bebas dari ekspektasi yang diberikan kepada kakak?

Tono: “Hmm, mungkin iya. Saya lebih bebas berekspresi dan mencoba hal-hal baru. Kakak-kakak saya sepertinya lebih banyak yang harus dipikirkan.”

Nah, itu tadi sedikit cuplikan dari ilustrasi wawancara dengan Rian, Sari, dan Tono. Semoga bisa memberikan gambaran tentang dinamika hubungan antara anak pertama dan adik-adiknya dalam keluarga.

Setelah kita mengulas panjang lebar, kita bisa menyimpulkan beberapa hal, yaitu:

Pertama, jadi anak pertama itu memang punya tantangan tersendiri. Mereka sering dianggap sebagai ‘pahlawan’ keluarga yang harus selalu siap sedia buat adik-adiknya. Tapi, ini bukan berarti adik-adik tidak punya peran penting juga ya

Kita juga sudah mendengar dari Rian, Sari, dan Tono tentang pengalaman mereka. Rian yang merasa harus jadi contoh yang baik, Sari yang ingin menunjukkan kalau dia juga bisa sukses, dan Tono yang merasa lebih bebas untuk berekspresi.

Dari semua cerita ini, kita belajar bahwa setiap anak itu unik dan punya cara mereka sendiri untuk berkembang. Jadi, bagi para orang tua dan keluarga, mari kita dukung setiap anak dengan cara yang seimbang. Kita tidak perlu menumpuk semua ekspektasi di satu anak saja. Ingat, setiap anak itu bintang yang bisa bersinar dengan cahayanya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun