Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Bekerja untuk Hidup atau Hidup untuk Bekerja?

10 Februari 2024   13:03 Diperbarui: 12 Februari 2024   12:45 1427
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia yang semakin kompetitif dan menuntut kita untuk tetap fight dalam bertahan dan menjalani hidup, pertanyaan yang muncul di dalam benak penulis ialah, "Bekerja untuk hidup atau hidup untuk bekerja?" menjadi semakin relevan. 

Banyak dari kita menghabiskan sebagian besar waktu dan energi kita untuk bekerja, mengejar kesuksesan finansial, dan menaiki tangga karier. 

Namun, di tengah hiruk pikuk itu, kita seringkali lupa bertanya pada diri sendiri. Apakah hidup ini benar-benar hanya tentang bekerja? Apakah kebahagiaan dan kesuksesan sejati hanya bisa diraih melalui pencapaian materi dan jabatan tinggi?

Sebelum kita menyelam lebih dalam untuk mengetahui tentang arti sebuah pekerjaan untuk hidup, penulis akan menjelaskan secara singkat apa itu "Bekerja untuk Hidup".

Jadi, bekerja untuk hidup adalah sebuah konsep yang menekankan pentingnya menemukan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. 

Konsep ini berfokus pada memanfaatkan pekerjaan sebagai sarana untuk mencapai kehidupan yang lebih baik, bukan sebagai tujuan akhir.  

Contoh sederhananya, ada seseorang yang bernama Alma, ia seorang seniman grafis (desain grafis), ia memilih untuk bekerja di perusahaan kecil yang menawarkan jam kerja fleksibel. 

Hal ini memungkinkan Alma untuk meluangkan waktu untuk passionnya, yaitu melukis dan mengajar seni. Alma merasa bahagia dan puas dengan hidupnya karena dia dapat menyeimbangkan pekerjaan dan passionnya.

Tentu saja Alma memilih untuk bekerja untuk hidup karena dia ingin memiliki waktu untuk passionnya. Dia menolak tawaran pekerjaan dengan gaji tinggi di perusahaan besar karena dia tahu bahwa dia akan tidak memiliki waktu untuk melukis dan mengajar seni. 

Alma memprioritaskan kebahagiaan dan keseimbangan dalam hidupnya. Kalau bahasa Gen Z nya work life balance.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun