Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kemiskinan dan Anak: Sebuah Tragedi yang Tak Boleh Dibiarkan Terulang

29 Januari 2024   16:39 Diperbarui: 29 Januari 2024   16:40 393
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Anak dan Kemiskinan. (Sumber Gambar: epaper.mediaindonesia.com)

Masa kanak-kanak seharusnya menjadi masa yang penuh dengan keceriaan, mimpi, dan harapan. Namun, bagi banyak anak di seluruh dunia, realita yang mereka hadapi jauh berbeda. Kemiskinan, seperti bayang gelap, kerap membentengi mereka dari akses pendidikan, kesehatan, dan kehidupan yang layak. Akibatnya, masa depan mereka terancam, dan potensi mereka yang luar biasa terkubur di bawah beban segala kekurangan.

Membahas keterkaitan antara kemiskinan dan anak bukanlah sekadar mengangkat isu sosial semata. Ini adalah panggilan untuk membuka mata kita terhadap realita menyakitkan yang dialami jutaan anak di dunia, khususnya di Indonesia. Ini adalah seruan untuk memahami bagaimana jerat kemiskinan tidak hanya membatasi kesempatan mereka, tetapi juga bisa mendorong orang tua, yang terdesak oleh tekanan ekonomi, untuk melakukan tindakan yang merugikan anak-anak mereka sendiri.

Eksploitasi anak, pernikahan dini, dan pengabaian hanyalah sebagian dari dampak mengerikan kemiskinan. Setiap cerita pilu yang terungkap, setiap data statistik yang dipaparkan, menjadi pengingat bahwa masa depan anak-anak ini bergantung pada kepedulian dan tindakan kolektif kita. Mengabaikan isu ini berarti membiarkan sebuah tragedi terus berulang, dan masa depan generasi penerus terkubur dalam ketidakberdayaan.

Melalui pembahasan ini, kita tidak hanya ingin memberikan gambaran kelam tentang realita yang dihadapi anak-anak miskin, tetapi juga ingin mengajak pembaca dan tentunya penulis untuk berpikir kritis dan mencari solusi. Bersama, kita bisa menjadi suara bagi mereka yang tidak bisa bersuara, menjadi tangan yang mengulurkan bantuan, dan menjadi pembela masa depan yang lebih adil dan cerah bagi semua anak.

Kemiskinan adalah salah satu masalah sosial yang paling mendesak di dunia. Menurut Bank Dunia, pada tahun 2023, terdapat sekitar 736 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan global, yaitu garis kemiskinan yang ditetapkan sebesar $1,90 per hari.

Di Indonesia, kemiskinan juga menjadi masalah yang serius. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), pada Maret 2023, persentase penduduk miskin di Indonesia sebesar 9,36%, atau sekitar 27,54 juta orang.

Kemiskinan memiliki dampak yang signifikan terhadap anak-anak di Indonesia. Dampak tersebut dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu dampak langsung dan dampak tidak langsung.

1. Dampak Langsung

Dampak langsung kemiskinan terhadap anak-anak dapat berupa:

  • Kurang gizi
  • Penyakit
  • Kematian
  • Tidak dapat mengakses pendidikan
  • Eksploitasi

Berdasarkan data BPS, pada tahun 2022, terdapat 14,4% anak usia 0-5 tahun di Indonesia yang mengalami stunting, yaitu kondisi di mana tinggi badan anak kurang dari standar usianya. Stunting merupakan salah satu dampak langsung kemiskinan yang paling serius, karena dapat menyebabkan anak mengalami hambatan dalam tumbuh kembang fisik dan kognitif.

Selain itu, kemiskinan juga dapat meningkatkan risiko anak terkena penyakit, seperti diare, malaria, dan pneumonia. Penyakit-penyakit tersebut dapat menyebabkan kematian, terutama pada anak-anak yang masih berusia muda.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun