Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Operator - Operator Sekolah

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Mengenal Filsafat Pragmatisme: Menilai Sesuatu atau Perbuatan Berdasarkan Manfaat dan Faedah yang Dihasilkannya

28 Oktober 2023   12:30 Diperbarui: 28 Oktober 2023   13:30 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Berbagai, Foto: pexels.com/pixabay

Sudah pernah mendengar kata pragmatisme? mungkin kata pragmatisme sudah tidak asing lagi untuk para akademisi yang berkecimpung di dalam dunia filsafat.

Namun bagi yang awam akan istilah pragmatisme ini, mereka harus tahu bahkan bisa jadi ini patut untuk dipraktikkan karena mengandung nilai-nilai yang positif di dalamnya.

Sebelum sama-sama kita mengetahui apa itu filsafat pragmatisme dan apa saja nilai-nilai positif yang terkandung di dalamnya, ada baiknya kita bedah dulu satu per satu apa itu filsafat dan apa itu pragmatisme.

Plis jangan di skip ya teman-teman kompasianer.

Filsafat merupakan pengetahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengetahui kebenaran dan arti "adanya" sesuatu. Sumber: (merdeka.com)

Jadi singkatnya filsafat itu mencari tau tentang kebenaran yang ada di alam semesta ini. Apakah perilaku saya sudah benar? Apakah keyakinan saya sudah benar? Apakah kepercayaan saya sudah benar? Dan semacamnya. jika ada yang kurang tolong di tambahi di kolom komentar.

Sedangkan Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran dari segala sesuatu berdasarkan kepada manfaat yang diberikannya.Sesuatu hal ini dinilai dari kebergunaannya bagi tindakan manusia untuk kehidupannya. Pernyataannya dapat berbentuk ucapan, dalil atau teori. Pragmatisme muncul sebagai tradisi pemikiran yang berasal dari dunia Barat dan berkembang khususnya di benua Amerika. Kehadirannya sebagai suatu pemikiran yang berusaha menjawab persoalan kehidupan manusia. Pragmatisme digolongkan sebagai salah satu aliran filsafat abad ke-19 dalam sejarah filsafat Barat. Pelopor pemikiran pragmatisme adalah seorang filsuf Amerika, Chales Sanders Peirce (1839–1914). Tokoh yang berpengaruh dalam pemikiran pragmatisme antara lain William James (1842–1910) dan John Dewey (1859–1952). Sumber: (wikipedia.org)

My opinion, jika keduanya di gabungkan menjadi Fislafat Pragmatisme adalah tingkah laku, perbuatan, sesuatu hal yang kita lakukan kalau tidak ada manfaatnya, tidak ada gunanya maka itu adalah nihil. Mau Anda menciptakan penemuan yang menurut Anda hebat pun, kalau itu tidak ada manfaatnya bagai orang banyak, menurut filsafat pragmatisme itu adalah perbuatan yang nol (kosong) tidak ada gunanya.

Lalu di mana hal positifnya yang terkandung dalam aliran filsafat pragmatisme?

Lakukan jika itu bermanfaat, tinggalkan jika tidak ada gunanya.

Itulah nilai positif yang bisa diambil dalam aliran filsafat pragmatisme.

Bukan hanya sekedar teori, pemikiran dan gagasan, seorang individu yang pragmatis apakah hal itu bisa dipraktikkan dan bermanfaat bagi orang banyak. Bukan pula sekedar idealisme yang keluar di mulut  ataupun teori yang mengambang di otak. Bagi orang pragmatis tujuan belajar dan mencari ilmu pengetahuan itu bukan hanya untuk sekedar paham dan sebatas  mengetahui saja, tapi melainkan untuk dipraktikkan dan bisa memberikan hasil yang benar-benar nyata dalam memajukan kehidupannya. Filosofi yang terkesan sederhana tapi berguna.

Banyak contoh nyata keselarasan pragmatisme dalam dunia nyata, kita sering mendengar dan juga melihat di sekitar kita, seorang pelajar yang belajar selama 16 tahun dari SD sampai ke Perguruan Tinggi tapi yang mereka dapatkan? Yang mereka dapatkan hanyalah ketidakkonsistenan dari apa yang dikatakan, dikerjakan, dilakukan, disuruhkan dan diajarkan. Sehabis ia mengemban lamanya pendidikan ternyata setelah ia berhasil melewatinya dan dihadapkan kepada realitas dunia yang sesungguh ada ketidakkonsistenan antara apa yang dikatakan, dikerjakan, dilakukan, disuruhkan dan diajarkan dahulu. Apa yang ia telah pelajari ternyata tidak terpakai di dunia kerja.

Di media sosial pun sering kita dapati seorang yang sangat ngotot dengan keyakinannya, mungkin di dunia nyata pun ada orang yang sangat ngotot dengan keyakinnya nya dan jika ia berbicara, orang yang ada disekelilingnya harus mengikuti jalan yang sama yang dipilihnya. Tetapi ketika kita melihat dirinya dia hanyalah seorang yang pembual yang banyak bicara tanpa kontribusi apa-apa untuk sesamanya.

Pragmatisme terlahir karena banyaknya perbuatan dan tindakan unfaedah yang banyak dilakukan oleh orang-orang.

Sebagai penutup, individu yang pragmatisme sebelum melakukan sesuatu ia akan bertanya terlebih dahulu, untuk apa?, apa gunanya?, apa fungsinya?

Karena bagi mereka pemikiran tanpa praktik dan tindakkan tanpa manfaat itu hanya bualan belaka. Pragmatisme ini berguna untuk menyelaraskan antara pikiran, tindakkan yang di hasilkannya.

Jadi bagaimana pendapatmu tentang aliran filsafat pragmatisme?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun