Itulah nilai positif yang bisa diambil dalam aliran filsafat pragmatisme.
Bukan hanya sekedar teori, pemikiran dan gagasan, seorang individu yang pragmatis apakah hal itu bisa dipraktikkan dan bermanfaat bagi orang banyak. Bukan pula sekedar idealisme yang keluar di mulut  ataupun teori yang mengambang di otak. Bagi orang pragmatis tujuan belajar dan mencari ilmu pengetahuan itu bukan hanya untuk sekedar paham dan sebatas  mengetahui saja, tapi melainkan untuk dipraktikkan dan bisa memberikan hasil yang benar-benar nyata dalam memajukan kehidupannya. Filosofi yang terkesan sederhana tapi berguna.
Banyak contoh nyata keselarasan pragmatisme dalam dunia nyata, kita sering mendengar dan juga melihat di sekitar kita, seorang pelajar yang belajar selama 16 tahun dari SD sampai ke Perguruan Tinggi tapi yang mereka dapatkan? Yang mereka dapatkan hanyalah ketidakkonsistenan dari apa yang dikatakan, dikerjakan, dilakukan, disuruhkan dan diajarkan. Sehabis ia mengemban lamanya pendidikan ternyata setelah ia berhasil melewatinya dan dihadapkan kepada realitas dunia yang sesungguh ada ketidakkonsistenan antara apa yang dikatakan, dikerjakan, dilakukan, disuruhkan dan diajarkan dahulu. Apa yang ia telah pelajari ternyata tidak terpakai di dunia kerja.
Di media sosial pun sering kita dapati seorang yang sangat ngotot dengan keyakinannya, mungkin di dunia nyata pun ada orang yang sangat ngotot dengan keyakinnya nya dan jika ia berbicara, orang yang ada disekelilingnya harus mengikuti jalan yang sama yang dipilihnya. Tetapi ketika kita melihat dirinya dia hanyalah seorang yang pembual yang banyak bicara tanpa kontribusi apa-apa untuk sesamanya.
Pragmatisme terlahir karena banyaknya perbuatan dan tindakan unfaedah yang banyak dilakukan oleh orang-orang.
Sebagai penutup, individu yang pragmatisme sebelum melakukan sesuatu ia akan bertanya terlebih dahulu, untuk apa?, apa gunanya?, apa fungsinya?
Karena bagi mereka pemikiran tanpa praktik dan tindakkan tanpa manfaat itu hanya bualan belaka. Pragmatisme ini berguna untuk menyelaraskan antara pikiran, tindakkan yang di hasilkannya.
Jadi bagaimana pendapatmu tentang aliran filsafat pragmatisme?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H