Bayangkan kalau masyarakat menengah kebawah hanya memikirkan mental health saja, pastinya ia akan kehilangan semua itu.
Yang perlu sama-sama kita ketaui bahwa masyarakat menengah ke bawah itu, mereka menukar waktu dengan uang, jadi tidak ada gunanya mereka memikirkan mental health (menghabiskan waktu).Â
Berbeda dengan masyarakat menengah ke atas, masyarakat menengah ke atas bisa memikirkan mental health karena kebutuhan mereka yang pokok sudah tercukupi. Mereka tidak dipusingkan dengan token listrik yang bunyinya berisik, paket data tinggal 100 MB, beras yang sudah habis, susu anak yang tinggal satu sendok lagi dan hal-hal yang semacamnya.
Karena masyarakat menengah ke atas tidak memikirkan itu semua jadi pikiran mereka terfokus kepada mental health bagaimana agar jiwa mereka bisa tentram, agar emosi mereka dapat stabil dan bisa hidup di sebuah lingkungan yang nyaman dan semacamnya.
Mereka, masyarakat menengah ke atas akan melakukan berbagai cara untuk mencapai ketenangan jiwa. Contohnya seperti pergi ke psikolog, psikiater, healing dan semacamnya.
Sedangkan mereka masyarakat menengah ke bawah, Â jangankan pergi ke psikolog, psikiater, healing. Memikirkan kebutuhan sehari-harinya saja mereka harus keliling-keliling.
Ngudud plus ngopi sambil merenung adalah cara unik masyarakat menengah ke bawah untuk memperhatikan mental health mereka.
Lalu, apakah Anda orang yang masih memikirkan paket data Anda tinggal berapa?
Ataukah yang ada di pikiran Anda saat ini, ingin mengunjungi suatu tempat dan tidak terlalu mempedulikan harga tiket masuknya?