Mohon tunggu...
Noer Ashari
Noer Ashari Mohon Tunggu... Lainnya - Kepala Tata Usaha

Mengungkapkan Keresahan Melalui Tulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Mendirikan Sekolah? Jangan Cuma Cari Keuntungan Pribadi, Tapi Fokuslah pada Kualitas Pendidikan

19 Agustus 2023   07:43 Diperbarui: 19 Agustus 2023   07:52 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Mendirikan Sekolah, Foto: SMKN 1 TUNTANG

Apa yang ada dipikiran teman-teman jika ingin mendirikan sekolah, atau membangun sekolah baru dari nol, sistem seperti apa yang teman-teman bangun, dan bagaimana teman-teman bisa mempertahankan sekolah yang teman-teman bangun dalam jangka panjang? Mari sama-sama kita lihat perspektif ini.

Membangun sekolah itu bukan main-main, itu adalah menyangkut tentang masa depan bangsa, jadi kita tidak bisa main-main. Perlu persiapan yang sangat matang, terutama dari mempersiapkan guru-guru nya dan sistem pendidikannya yang seperti apa.

Jika teman-teman ingin serius membangun sekolah sebaiknya perhatikan dulu hal-hal penting ini, apalagi membangun sekolah yang berbasis agama.

Sebaiknya buang jauh-jauh mindset seperti ini,Kalau mau mendirikan sekolah ini adalah tujuan yang baik insya’allah sama Allah dibantu, jalanin saja terlebih dahulu urusan sistem mah bisa nanti, pendanaan mah nanti, yang penting kalau kita sudah berjalan dengan ikhlas, dengan tulus, dengan baik, maka rezeki pasti akan mengalir, rezeki tidak akan kemana, rezeki sudah diatur sama Allah SWT. Biasanya mindset seperti ini hanya bisa bertahan dalam jangka pendek saja.

Meskipun kita percaya bahwa rezeki diatur oleh Allah SWT, hal ini tidak mengurangi pentingnya usaha dan persiapan yang baik. Memulai dengan tekad yang tulus dan hati yang ikhlas adalah langkah awal yang baik, tetapi membangun sebuah institusi pendidikan melibatkan banyak aspek yang perlu dipertimbangkan secara matang.

Penting untuk memahami bahwa usaha kita yang tulus dan sungguh-sungguh akan mendapat berkah. Namun, juga penting untuk menjaga keseimbangan antara keyakinan kita kepada Allah dengan tanggung jawab kita sebagai perencana dan pelaksana proyek. 

Dengan merencanakan, mengatur sistem, dan mempersiapkan pendanaan, kita dapat menciptakan fondasi yang kuat bagi perkembangan sekolah dalam jangka waktu yang lebih panjang.

Berikutnya hindari, jika mencari guru atau ada yang guru yang melamar, langsung diawali dengan pembicaraan tentang Bab keiklasan, seperti apa itu bab keiklasan?

Ini contohnya, maaf ya sekolah ini mah seadanya, namanya juga sekolah, sekolah itu kan berarti mengajar anak-anak jadi ini merupkan ilmu jariyah disebarkan ke anak-anak, bapak-ibu jangan dulu berpikir soal money oriented, jangan dulu berpikir soal gaji, soal uang. Yang penting nanti di akhirat mah kan punya tabungan. Ini mengerikan, apakah ini termasuk menjual (agama) akhirat untuk kepentingan pribadi?

Kalau sudah seperti itu lihat bagaimana dampak kedepannya, Karena guru dibayar seadanya maka guru itu akan memberikan pelayanan yang seadanya (itu sudah hukum kemanusiaan). Karena si guru itu hanya diberikan seadanya maka siswa-siswapun belajar seadanya, karena belajar seadanya maka kualitas lulusan mereka juga seadanya, karena kualitas lulusan mereka ala kadarnya maka image sekolah mereka juga seadanya bahkan kurang dimata masyarakat. Karena demikian siswa-siswa yang masuk kesekolah mereka adalah siswa yang seadanya, dengan keadaan orang tua yang seadanya (membayar SPP seadanya), karena siswa-siswa membayar SPP seadanya maka guru-guru juga dibayar seadanya. 

Siklus ini bisa berlanjut dan menciptakan lingkaran setan, di mana kualitas pendidikan semakin menurun karena keterbatasan dana dan kurangnya motivasi. 

Oleh karena itu, penting untuk mengatasi masalah ini dari akarnya. Memberikan penghargaan yang pantas kepada guru, memastikan sumber daya yang memadai, serta berfokus pada pembangunan mutu pendidikan adalah hal yang sangat penting.

Dengan memberikan perhatian pada gaji guru dan kualitas pendidikan secara menyeluruh, kita dapat mengubah siklus negatif ini menjadi lingkaran positif yang meningkatkan kualitas pendidikan, prestasi siswa, dan citra sekolah di mata masyarakat.

Jika begini, tujuannya jadi agak berubah. Bukan lagi fokus untuk memajukan pengetahuan bangsa, tapi justru untuk cari untung semata. Makanya, guru-guru pun cenderung dibayar dengan uang seadanya. 

Sementara itu, menariknya, yayasan atau lembaga di balik institusi ini malah tumbuh dengan pesat. Pernah ada pengalaman di model sekolah yang seperti ini?

Intinya, pendidikan harus selalu menempatkan pencerahan pikiran dan membangun masyarakat yang lebih baik sebagai prioritas utama. 

Ketika tujuan utamanya beralih ke arah keuntungan finansial, makna sejati pendidikan menjadi kabur. Hal ini bisa berarti guru-guru dibayar dengan gaji minim, yang bertentangan dengan peran penting mereka dalam membentuk generasi-generasi selanjutnya.

Akibatnya, saat motif finansial lebih diutamakan, pertumbuhan lembaga pendidikan mungkin tidak selaras dengan kualitas pendidikannya. 

Pertumbuhan ini bisa berhubungan dengan ekspansi yayasan atau organisasi di balik institusi tersebut. Namun, nilai-nilai inti pendidikan holistik bisa terkompromi saat fokus beralih ke keuntungan finansial daripada mendukung pengalaman belajar yang bermakna.

Penting untuk menjaga integritas sistem pendidikan dengan memberi nilai yang tepat kepada para pendidik dan memastikan ekspansi lembaga pendidikan didorong oleh komitmen terhadap pendidikan berkualitas bukan semata mencari untung. 

Dengan memupuk budaya yang mengutamakan pendidikan yang tulus daripada keuntungan finansial, kita bisa menciptakan pendekatan yang lebih seimbang dan berkelanjutan dalam membentuk masa depan bangsa.

Artikel ini dibuat karena terinspirasi dari seorang Youtuber yang biasa di sapa Guru Gembul. Silakan klik tulisan Guru Gembul untuk melihat videonya.

Penulis ketika mendengar video ini merasa kok relate banget ya, mungkin Bapak/Ibu guru pernah mengalami hal yang sama?

Tapi ada benarnya, sebaiknya jika teman-teman atau Bapak/Ibu niat betul ingin mendirikan sekolah, jangan sampai punya mindest seperti di atas. Ada 2 hal penting yang wajib diperhatikan, yaitu Finansial dan Sistem Manajemennya. 

Sebab kalau hanya sekedar niat saja itu sangat berbahaya karena sekolah itu adalah penentu masa depan bangsa ini. Apalagi kalau niatnya hanya ingin mencari keuntungan semata, duh jangan deh, kalau begitu lebih baik jadi Pengusaha aja deh jangan jadi Ketua Yayasan.

Salam Hangat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun