Indonesia diperkirakan mengalami kerugian sebesar 165 triliun rupiah dalam potensi pendapatan yang hilang karena banyaknya warga Indonesia yang memilih untuk berobat ke luar negeri. Kurang lebih 2 juta orang warga negara Indonesia pergi berobat ke luar negeri seperti ke Malaysia, Singapura, Jepang, Amerika Serikat, dan Jerman. Seharusnya, pendapatan ini bisa masuk ke dalam kas negara Indonesia. Namun, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa hal tersebut harus dihindari karena uang yang dikeluarkan akan masuk ke negara lain bukan ke Indonesia. Namun, hal ini masih menjadi kontroversi. Mengapa banyak orang Indonesia memilih berobat di luar negeri? Mungkin karena mereka merasa bahwa talenta-talenta di luar negeri lebih baik, dokter-dokternya lebih berpengalaman, dan fasilitas rumah sakitnya lebih canggih. Namun, jika tidak berobat di dalam negeri, Indonesia tidak akan mendapatkan dana untuk pengembangan fasilitas kesehatan. Oleh karena itu, untuk memajukan fasilitas kesehatan di Indonesia, sebaiknya warga tidak memilih untuk berobat di luar negeri.
Indonesia mengalami kerugian besar karena banyaknya warga Indonesia yang memilih untuk berobat di luar negeri. Hal ini disebabkan karena banyak orang merasa bahwa talenta dan fasilitas kesehatan di luar negeri lebih baik. Namun, keputusan ini akan membuat Indonesia kehilangan potensi pendapatan dalam negeri. Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa warga Indonesia sebaiknya tidak memilih untuk berobat di luar negeri karena hal tersebut dapat mengurangi pendapatan dalam negeri. Namun, kontroversi mengenai hal ini masih terjadi karena masih banyak yang mempertanyakan kualitas fasilitas kesehatan di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan kualitas fasilitas kesehatan di Indonesia sehingga warga tidak memilih untuk berobat di luar negeri.
Apa pendapat teman-teman tentang fenomena banyaknya warga Indonesia yang memilih untuk berobat di luar negeri?Â
Apakah menurut teman-teman hal ini merupakan sebuah masalah yang harus segera diatasi?
Saya mohon maaf jika terdapat kesalahan atau ketidaknyamanan dalam tulisan ini. Terima kasih sudah membaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H