Mendengar kata rumah sakit, bayangan kembali ke beberapa puluh tahun silam, ada perawat dan bidan yang judes saat mau proses melahirkan, ada dokter anak perempuan yang 'galak',  ada dokter senior yang tidak mau dekat dengan pasien yang sakit TBC alias nyuruh si pasien berdiri jauh di depannya saat beliau nanya-nanya (suer, saya melihatnya sendiri, karena si pasien tersebut  nomor antriannya beda satu nomor dengan saya), ada perawat yang bentak-bentak pasien, dan banyak lagi kasus-kasus 'horor' yang pernah dilihat ataupun dirasakan langsung oleh penulis.
Begitu juga saat kemarin saya sakit dan menderita sesak nafas hampir sebulan, anak-anak semua ribut nyuruh saya ke rumah sakit. "Hiiiiii..... ", saya langsung bergidik, "tidaaaaaakkkkkkkkk...", teriak saya dalam hati.Â
Ya, walaupun saya pemilik setia kartu Indonesia Sehat alias kartu BPJS (dulu namanya Askes) dan setiap bulan kena potongan dari gaji, tapi saya hanya beberapa kali saja memakai kartu tersebut  alias bisa dihitung dengan jari.Â
Selama saya menjadi PNS saya baru menggunakan kartu tersebut saat melahirkan (tapi pakai kartu askes suami, karena waktu dulu belum jadi PNS), yang kedua adalah saat dipasang alat KB, dan yang ketiga saat saya divonis menderita tumor tiroid.Â
Kalau untuk anak-anak saya hanya menggunakan kartu saat anak pertama dan kedua sakit kelenjar, selebihnya saya sering menggunakan jasa dokter di klinik-klinik swasta yang mengeluarkan kocek sendiri.
Nah, gimana donk kalau sekarang saya harus ke rumah sakit? Rasanya males banget. Tapi kalau dipikir-pikir, peralatan di rumah sakit khan lebih komplit. Hati saya pun GTT (galau tingkat tinggi), sementara ke rumah sakit malas, tapi penyakit gak kelar-kelar walau sudah berobat ke dokter.Â
Sesek nafas setiap hari sungguh sangat menyiksa dan akhirnya di suatu malam sehabis magrib pikiran sudah bulat, saya mau ke rumah sakit Cibabat, ke bagian Instalasi Gawat Darurat (IGD).Â
Sesampainya di pelataran parkir pandangan saya langsung melayang kepada banyaknya motor, mobil dan juga manusia di sekitar rumkit. "Wowwwwwww..... ternyata rumkit tuh suasananya ramai walau di malam hari!" (katro yaaa? Soalnya baru sekarang ke rumkit lagiJ).
Dengan berdebar-debar dan berdoa semampunya saya masuk ke ruang IGD (terus terang saya males kalau harus lihat wajah-wajah judes lagi), langsung ke bagian pendaftaran dengan menyerahkan kartu bpjs dan KTP, lalu tidak sampai lima menit langsung menuju meja dokter jaga. Subhanalloh, Masya Alloh...... semua bayangan jelek tentang pelayanan rumah sakit, sirna seketika!!!Â
Saya langsung ditangani dokter jaga, terus dibawa ke ruangan untuk diberi oksigen, terus diperiksa dengan EKG, terus dokter memeriksa keadaan saya lagi. Ternyata penanganan ke pasien tidak tanggung-tanggung alias all out!
Ya Alloh, ampunilah hambaMu yang sudah suudzon ini, ternyata semua dokter dan pegawai rumah sakit bekerja professional, ramah, dan handal dan saya sangat puas dengan pelayanan ini, tanpa keluar uang seperakpun juga!Â
Hasil dari observasi saya disuruh esok hari minta rujukan ke puskesmas untuk diperiksa ke bagian penyakit dalam. Terima kasih dokter dan staf Rumah sakit Cibabat yang telah bekerja dengan hebbbattttsss, mulai sekarang saya tidak trauma lagi kalau mendengar kata rumkit, semoga pelayanan rumkit cibabat bisa diikuti oleh rumkit -- rumkit daerah lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H