Mohon tunggu...
Nurlaely
Nurlaely Mohon Tunggu... Guru - Seseorang yang terus belajar

eine gluckliche Frau

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

4G Plus Gen Z dalam Pusaran Digital

19 April 2018   22:28 Diperbarui: 19 April 2018   22:48 703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak dan para remaja saat ini bisa dikategorikan sebagai generasi Z (baca: Gen Z) yang sejak kecil sudah bergelut dengan gadget, khususnya smart phone.  Seiring dengan kemajuan teknologi pola hidup mereka pun semakin berkembang, baik kearah positif maupun negatif.  Mereka seolah tergantung pada gadget,karena semua aspek kehidupan diandalkan pada benda istimewa ini. Gadget menjadi nyawa kedua bagi sebagian Gen Z, sehingga ketika sekali saja ketinggalan smart phone tak ubahnya seperti dunia ini sudah berakhir.

Dampak positif dari gadget dalam kehidupan Gen Z  adalah mudahnya mereka mengakses informasi penting, khususnya dalam ilmu pengetahuan sedangkan sisi negatifnya adalah mudahnya penyebaran berita-berita hoax yang sedikit banyak dapat mempengaruhi pikiran mereka.  Dalam segi pergaulan Gen Z  dengan mudah berkenalan dengan orang lain dan berkomunikasi lintas negara. Hal ini sangat menguntungkan bagi pengetahuan bahasa mereka karena akan memacu dirinya untuk belajar dengan giat, namun sisi negatif dari mudahnya akses komunikasi dengan dunia luar adalah kemungkinan adanya doktrin-doktrin  radikal yang bisa menyusup lewat media sosial.

Gen Z dalam pergaulan sehari-hari cenderung hidup sendiri-sendiri, coba saja perhatikan saat di dalam transportasi umum jarang kita temukan Gen Z yang terlibat obrolan dengan orang di dekatnya, mereka asyik dengan gadgetnya masing-masing tanpa peduli satu sama lain. Dalam kehidupan di lingkungan sekitar pun Gen Z lebih senang bermain game on line dengan orang-orang yang tidak dikenalnya. 

Bila dibandingkan dengan generasi sebelumnya aktifitas dengan teman sebaya sungguh jauh berbeda. Pada masa lalu anak-anak dan remaja lebih senang bermain di luar bersama  teman-temannya dan dengan permainan-permainan tradisional yang banyak memerlukan gerak dan seni, seperti : permainan sondah, slept Duur, Frees, dan lain sebagainya. 

Dalam permainan sondah ada sikap saling menolong ketika lawan tidak dapat melintasi setiap kotak, sehingga diberi tambahan kotak kecil untuk bisa mencapai kotak yang diinginkan; dalam slept duur ada seni  bernyanyi dan kekompakan antar anggota kelompok; dalam Frees, aroma saling membela dan melindungi temannya sangat kental terasa. Jika permainan-permainan ini ditumbuhkan dan dikembangkan kembali pasti pengaruhnya akan baik untuk keseimbangan dalam olah raga dan olah hati, karena segi motorik dan afektifnya berkembang secara bersamaan yang diharapkan berimbas dalam kehidupannya.

Di era digital ini Gen Z sangat dimanja oleh segala fasilitas. Masa kini banyak Gen Z yang mager (malas gerak) dan hanya mengandalkan kekuatan aplikasi gadgetnya saja. Dengan kemudahan ini Gen Z tinggal memesan transportasi on line ketika mereka akan pergi ke sekolah. Jangan berharap Gen Z mau melakukan apa yang generasi pada zaman dulu lakukan yaitu berjalan kaki berkilo-kilo meter bersama teman-temannya.  Padahal dikhawatirkan Gen Z yang tidak banyak bergerak akan lemah, seperti yang dilansir dalam tribun.new.com, remaja yang tidak banyak bergerak akan mengakibatkan ototnya lemah.

Masa Pra Gen Z kegiatan literasi berjalan dengan cukup bagus padahal buku sangat terbatas jumlahnya karena jumlah pengarang sedikit, percetakan sedikit dan harga buku mahal. Sedangkan kegiatan literasi pada kalangan Gen Z dinilai kurang padahal sekarang buku mudah didapat dan harganya murah selain itu buku-buku digitalpun mudah diakses dalam sebuah smart phone. Dalam literasi budayapun Gen Z tertinggal oleh pra Gen Z. Pra Gen Z banyak terlibat dalam misi kebudayaan walau sebatas di tingkat RT, karena mereka sudah biasa menerapkan kemampuan seni yang didapat, baik dari orang tuanya sendiri ataupun dari sanggar seni yang banyak bermunculan kala itu.

Sebagai orang tua dan guru sudah seharusnya kita arahkan para Gen Z untuk dapat kokoh dalam pusaran era digital dengan mengajak mereka bersama-sama menaklukan dunia. Pertama kita ubah Gen Z yang mager menjadi 4G. Meminjam istilah dalam system jaringan yang lebih kuat daripada generasi sebelumnya, maka istilah 4G disini pun mengacu kepada istilah tersebut. 4G singkatan dari Generasi Gaul Gemar Gerak. Dalam istilah 4G ini diharapkan Gen Z dapat bergaul di dua dunia sekaligus yaitu dunia maya dan dunia yang sesungguhnya ada di hadapan mereka. 

Orang tua bisa memberikan waktu untuk anak-anaknya bergaul dengan teman-teman di media sosial dibawah pengawasan mereka. Orang tua wajib tahu alamat media sosial anaknya, teman-temannya dan aktifitas dalam medsos tersebut. Pada kesempatan lain orang tua pun harus mau memfasilitasi anak-anaknya untuk bergaul dengan teman-teman seusia mereka di lingkungannya dengan kegiatan-kegiatan positif. 

Dalam kegiatan gerak, orang tua dapat mengajak anak-anaknya secara rutin untuk bersama-sama lari pagi, jalan santai ataupun berkebun bagi yang masih punya lahan. Dari pihak sekolah juga tak ada salahnya kalau kembali lagi mengembangkan kegiatan senam pagi sebelum masuk kelas, agar siswa-siswanya menjadi banyak gerak dan sehat.

Kedua adalah Generasi Penggiat Usia Literasi (Plus). Dalam kegiatan literasi harus diupayakan gerakan satu rumah satu buku, apakah perminggu, perbulan atau pertahun sesuai kesanggupan ayah/ibunya. Setiap hari orang tua mengajak anak-anaknya untuk meluangkan waktu membaca bersama dan menyampaikan kembali apa yang sudah dibacanya. Jika disemua rumah sudah digalakkan kegiatan literasi seperti ini, maka ketika di sekolah dengan GLS (Gerakan Literasi Sekolah) siswa bisa berperan aktif karena sudah mendapatkan bekal dari rumah. Selain buku smart phone yang dimiliki merupakan sarana literasi digital. Para Gen Z bisa membuat rangkuman bacaan pada aplikasi dalam word, power point, memo, dan lain-lain.

Ketiga adalah Peningkatan pendidikan Karakter yang merupakan penerapan dari peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017. Ada lima pengembangan karakter yang penulis singkat menjadi ReINaMa-GR (Religius, Integritas, Nasionalis, Mandiri dan Gotong Royong). Orang tua harus menanamkan pendidikan agama bagi Gen Z sedari kecil. Biasanya orang yang tinggi ilmu agamanya akan berpengaruh baik dalam hidupnya. Karakter menanamkan cinta budaya dan bahasa merupakan perwujudan dari Nasionalis. Orang tua dapat mendidik anak-anaknya untuk mengenal budaya daerahnya. 

Selain itu orang tua harus berperan aktif menggalakan pemakaian bahasa ibu kepada Gen Z dengan membiasakan mereka berbicara dalam bahasa ibu saat berada di rumah. Guru-guru di sekolah juga harus mengajak anak didiknya untuk memahami berbagai bahasa dan diberlakukannya penerapan hari bahasa; baik bahasa Ibu, bahasa Indonesia, maupun bahasa asing. 

Dengan adanya gerakan-gerakan menghidupkan kembali budaya daerah dan penggunaan bahasa ibu maka kecintaan Gen Z pada negeri semakin meningkat. Selain itu pada Gen Z harus ditanamkan sikap bertanggung jawab, saling menolong dan memiliki rasa empati kepada sesama dan juga bisa mandiri dalam melakukan suatu kegiatan. Budaya santun harus ditanamkan kepada Gen Z mulai dari keluarga, seperti: berpamitan ketika pergi, mengucap salam ketika datang, meminta maaf saat melakukan kesalahan dan berbicara sopan kepada lawan bicara.

Jumlah Gen Z yang akan semakin bertambah merupakan asset kemajuan bangsa. Jika orang tua dan guru sebagai tonggak utama yang berdiri dekat mereka berupaya menempatkan mereka dalam keseimbangan antara pendidikan dan pengenalan budaya maka Gen Z akan menjadi generasi yang dapat menjadikan Indonesia maju di masa depan. Semoga saja Gen Z di Indonesia seperti yang diharapkan dalam hymne 4G dibawah ini.

5 1..|5 2..|       51   23 | 2 1 3 2 7 5|

4G, 4G            Generasi Gaul Gemar Gerak

5 1..|5 2..|       51   23 | 2 1 3 2 7 5|

4G, 4G            Penggiat Usia Literasi

3 45 | 43 54 3. 2 |           3 45 | 43 54 3. 2 |

Sebagai Generasi Gen Z Tak lupa akan pendidikan

2 34 . | 3 2 43 2 1|           2 34 . | 3 2 43 2 1|

Budaya Santun 'kan terjaga Karakter 'slalu nomor satu

4G,4G, berpikir kritis tingkat yang tinggi

4G,4G, dia setia pada negara

Junjung Bahasa Persatuan, Lestarikan Bahasa Ibu

Merawat budaya daerah, Sebagai perekat berbangsa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun