Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ada Budaya Saweran Masyarakat Desa Baru Ranji yang Otentik

11 September 2024   22:23 Diperbarui: 12 September 2024   11:58 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin terkesan sombong dan jemawa orang tua yang melakukan kegiatan saweran seperti ini. Namun beberapa dari mereka ketika hal ini saya sampaikan dan tanyakan, mereka menganggap saweran adalah sesuatu hal yang biasa.

Karena dalam setiap kegiatan mereka akan dengan senang hati untuk menyawer anak-anak mereka yang memiliki kemajuan dalam segala bidang. Termasuk saat ada kegiatan Maulid Nabi atau Isra Miraj saat anak-anak mereka juga harus tampil membawakan kegiatan.

Selain sebagai Masyarakat yang cukup religius di desa Baru Ranji ini, mereka juga menganggap saweran adalah bentuk kebiasaan sekaligus juga merupakan bentuk adat istiadat sebagai warisan dari nenek moyang.

Dengan melakukan kegiatan saweran in, mereka menganggap bahwa mereka juga sudah menghormati leluhur mereka. Bahwa sesuatu yang dilakukan oleh leluhur mereka, maka mereka juga akan melakukannya.

Sebaliknya sesuatu yang tidak dilakukan oleh leluhur mereka maka dianggap sebagai sesuatu hal yang tabu. Dan ini menjadi sebuah aturan tidak tertulis yang harus mereka jalani. Menarik bukan?

Semoga bermanfaat.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun