Mohon tunggu...
Noenky Nurhayati
Noenky Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Kepala sekolah, Pendongeng, Guru Dan trainer guru

Saya adalah seorang penulis lepas, teacher trainer, MC, pendongeng dan kepala sekolah yang senang mengajar Karena memulai Dunia pendidikan dengan mengajar mulai dari Play group TK SD hingga SMP. Sampai sekarang ini. Saya masih aktif mengajar disekolah SD N BARU RANJI dan SMP PGRI 1 Ranji , Merbau Mataram. Lampung Selatan. LAMPUNG. Saya juga pernah mendapatkan beberapa penghargaan diantarainya Kepala sekolah TK terbaik Se Kabupaten Bekasi, Kepala Sekolah Ramah Anak Se Kabupaten Bekasi, Beasiswa Jambore Literasi Bandar Lampung Tahun 2023 dan Beasiswa Microcredential LPDP PAUD dari Kemendiknas tahun 2022.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

7 Perilaku Mengesalkan Anak yang Harus Dilihat Secara Berbeda

17 Juli 2024   19:05 Diperbarui: 17 Juli 2024   19:09 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sepertinya jika diasumsikan bahwa semua anak pastilah mengesalkan, maka akan terjadi pro dan kontra dalam melihat hal ini. Sejatinya anak-anak memang lucu dan menggemaskan sesuai fitrahnya. Mungil, polos, penuh dinamika dan perubahan, menggemaskan, mengkhawatirkan, keberanian mengeksplorasi yang kadang membuat emosi dan rasa was-was, dan lain sebagainya.

Jika ada yang beranggapan bahwa anak-anak mengesalkan meski tidak selalu, pastilah sebagian yang lain menganggap bahwa orang tersebut kurang memiliki kesabaran. Begitu pula sebaliknya, butuh seseorang yang memiliki kesabaran yang tinggi untuk mengahadapi segala tingkah laku anak-anak yang bermacam-macam.

Anak-anak kadang bertingkah di luar kendali hingga memancing untuk bersikap kesal dan emosi. Namun, yang sebenarnya adalah bahwa dibalik tingkah mereka yang membuat kesal itu, terdapat proses perkembangan yang luar biasa yang sedang terjadi. Tingkah-tingkah atau perilaku mereka yang mengesalkan itu merupakan tanda bahwa mereka sedang belajar berkembang.

Berikut adalah 7 perilaku mengesalkan pada anak yang harus dilihat secara berbeda, agar orang tua dapat lebih sabar dan mengatasinya saat ini terjadi.

1. Ketika Anak marah

Marah merupakan hal yang wajar terjadi pada anak-anak di usia 1- 4 tahun. Marah merupakan cara agar anak dapat mengekspresikan perasaannya. Beragam bentuk marah yang dilakukan anak mulai dari  menjerit, menangis histeris, berguling-guling, atau bahkan memukul orang tua atau pengasuhnya. Ketika ini terjadi di tempat umum, maka usahakan untuk tidak langsung terpancing. 

Cobalah melihat mereka sebagai orang yang sedang merasa frustrasi dan membutuhkan pengertian dari orang tua dan lingkungannya. Lalu alihkan perhatian anak dengan aktivitas dan mainan. Ketika anak sudah mulai merasa tenang, jangan lupa untuk mengajaknya berdiskusi tentang apa yang sebenarnya diinginkan.

2. Ketika Anak cemas

Kecemasan yang parah dapat membahayakan kesejahteraan mental dan emosional anak.  Sehingga hal ini akan mempengaruhi pula harga diri dan kepercayaan diri mereka. 

Kecemasan yang anak-anak tunjukkan misalnya gejala seperti bangun di malam hari, menjadi mudah tersinggung, menangis dan cengeng, menagalami mimpi buruk yang sering, mengalami sakit perut atau sakit kepala yang sering dan lain-lain.

Cobalah ayah - bunda melihat dan memperhatikan mereka serta tidak mengabaikan rasa cemas yang dirasakannya. Ketika mereka merasa tidak aman dan membutuhkan kenyamanan dan dukungan ayah-bunda, cobalah untuk tidak berasumsi atau mengabaikan kekhawatiran mereka. 

Yakinkan mereka untuk mengenali dan membicarakan masalah adalah hal yang baik. Tunjukkan pada mereka bahwa ayah-bunda dapat merasakan perasaan mereka dan jangan abai. 

3. Ketika Anak menolak.

Seringkali anak-anak menolak melakukan apa yang diminta karena mereka ingin memiliki control atas situasi yang ada. Pada kondisi ini cobalah melihat bahwa mereka sedang mencoba menemukan pikiran mereka sendiri dan membutuhkan lebih banyak hubungan. Anak-anak suka mencoba batas-batas yang diberikan oleh orang tuanya. Hal ini sebenarnya merupakan bagian dari proses mereka menjadi mandiri. 

Berilah pilihan pada mereka yang sesuai dengan batas-batas yang telah ditetapkan. Membuat aturan yang jelas dan konsisten, serta ada konsekuensinya yang logis bila melanggar aturan itu akan membuat anak lebih mematuhi aturan yang dibuat. Dan berikan anak-anak pilihan dalam berbagai hal yang mengarah pada kepatuhan dan konsistensi.

4. Ketika mereka bersikap kasar

Mengajarkan bagaimana memperlakukan orang dengan baik penting dilakukan sejak dini. Agar anak-anak dapat menampilkan sikap dan adab yang baik. Pada kondisi ini cobalah untuk melihat mereka sebagai makhluk yang belum dewasa yang membutuhkan orang tuanya ataupun pengasuh yang mampu untuk menahan diri untuk tidak membentak dengan kasar. 

Mintalah mereka untuk mengucapkan dan memperlihatkan hal-hal baik. Mengenalkan beberapa etika dan adab melalui kegiatan role play atau contoh dari orang tua bisa dilakukan untuk menunjukkan bagaimana bersikap baik.

5. Ketika mereka cengeng.

Cengeng adalah istilah untuk melabeli kebiasaan atau sikap anak yang seringa tau bahkan mudah sekali menjadikan tangisan sebagai cara utama dalam mengungkapkan emosinya. 

Hal ini terjadi karena anak-anak tidak mampu mengontrol emosinya dengan baik. Mereka belum mampu mengenali dan memahami apa yang sebenarnya mereka rasakan. 

Sebagai orang tua cobalah untuk melihat mereka sebagai makhluk yang butuh untuk dilihat dan didengar. Emosi yang dirasakan mungkin saja begitu bergejolak di dalam hatinya. Namun mereka belum mampu meluapkan dan menyampaikannya.

6. Ketika mereka bergembira.

Anak-anak bergembira saat mereka bisa bebas dan bermain. Bermain merupakan sifat naluriah seorang anak. Bermain dan bergembira adalah kebahagiaan bai anak-anak karena mereka dapat mengekspresikan berbagai perasaanya. Inilah esensi sejati yang orang tua harus lihat, selalu ada, bahkan ketika itu untuk sementara terhalang dari pandangan orang tua. 

Terkadang orang tua terlalu dini menuntut anaknya untuk berdisiplin dan hidup tertib. Bahkan seringkali banyak melarang anak-anak untuk memuaskan kebutuhan bermainnya. 

Tak sedikit orang tua berpikir bahwa aktivitas bermain tidak ada gunanya. Padahal, bermain memiliki banyak manfaat untuk proses pertumbuhannya karena mereka dapat mempelajari banyak hal dari bermain.

7. Ketika orang tua atau ayah dan bunda mengubah cara dalam melihat anak-anaknya.

Ketika anak membuat 'masalah besar dari hal yang tidak penting' maka ingatkan diri ayah-bunda sendiri. Bahwa sesering mungkin ketika ayah -- bunda merasa tertarik, dengan kesadaran, pengulangan dan kerelaan hati, tindakan akan mulai selaras dengan niat yang tulus. Karena anak-anak masih kurang dalam pengalaman hidup, perspektif, ataupun kedewasaannya. 

Ketika ayah-bunda mencoba memberi mereka 'realitas', tetapi justru malah mereka tidak mengerti karena mereka tidak memiliki banyak hal untuk dibandingkan.

Daripada mencoba menjelaskannya kepada mereka pada saat itu juga. Berikan ruang bagi mereka untuk merasakan perasaan. Karena itu yang dibutuhkan oleh mereka. 

Kesempatan untuk merasakan apa yang mereka rasakan tanpa ada yang mengatakan bahwa mereka salah karena merasakan apa yang mereka rasakan.maka akan memungkinkan bagi mereka untuk merasakan emosi murni mereka sebelum memasukkan pendapat dan penilaian orang lain ke dalam hati, setidaknya untuk sementara waktu. 

Untuk melakukan hal ini, ayah dan bunda selaku orang tua dan pengasuh harus percaya bahwa perspektif akan datang dengan kedewasaan dan pengalaman 

Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun