Keterampilan berkomunikasi dalam Bahasa Inggris secara lisan merupakan prasyarat untuk membangunketrampilan dengan komunikasi tulisan. Karenanya penekanan pada masing-masing tingkatan tersebut merupakan prinsip literasi pada siklus lisan ke tulisan.
Literasi dalam pembelajaran Bahasa Inggris pada prakteknya terfokus kepada kompetensi berwacana (discourse competence). Kompetensi ini dianggap sebagai kompetensi penunjang. Bagaimana tidak? Setiap langkahnya Ketika mengacu kepada tenses atau grammar, maka kompetensi siswa diuji pada pengembangan bagaimana mengimplementasikan penggunaan tenses pada kehidupan nyata sehari-hari. Dan ini merupakan kompetensi dibahasakan sangat spesifik dengan menyebutkan tindak Bahasa (speech act). Dengan pola ini, tujuan pembelajaran akan lebih aktif.
Mari membekali siswa dengan kompetensi berbahasa Inggris yang baik. Agar siswa dapat berpartisipasi dalam Masyarakat modern. Tidak hanya dianggap sebagai sampah karena tidak bermanfaat. Namun dianggap sebagai sebuah kebutuhan di sekolah sehingga benar-benar dapat diaplikasikan. Pendekatan mengajar Bahasa Inggris berbasis literasi menekankan penggunaan Bahasa secara wajar dan otentik guna mengembangkan life skills.
Ini adalah suatu Pendidikan yang nyata yang seharusnya menghasilkan "manuisa" dan bukan mencetak mesin-mesin berbentuk manusia yang hanya terpaku pada nilai untuk naik kelas dan TOEFL. Tanpa bisa berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Inggris.