Melihat anak yang aktif, semangat dan penuh gerak biasanya memang akan memancing banyak ocehan dan peringatan dari orang tua ataupun sekitarnya. Karena kekhawatiran akan menimbulkan masalah dan kekacauan ketika anak aktif berinteraksi bersama yang lainnya. Orang tua akan segera merasa skeptis tentang 'pengasuhan yang lembut' sebagai akibatnya. Mereka pasti akan beranggapan bahwa tidak mungkin mengingatkan mereka dengan teguran yang biasa saja. Â
Orangtua dengan anak yang aktif tentu akan mengatakan bahwa hal itu tidak akan berhasil untuk anak laki-laki mereka yang penuh semangat. "Tidak mungkin pola asuh yang lembut akan berhasil untuknya. Anak yang bersemangat seperti dia tidak akan menanggapinya". Begitu pasti ujar orang tua dengan anak yang aktif dan bersemangat. Tanpa menyadari akumulasi dari semua pengalaman pengasuhan ini justru memunculkan perilaku anak yang pemarah dan frustrasi. Apakah mungkin terjadi?
Memang sih kekhawatiran orang tua boleh-boleh saja demikian. Dan asumsi bahwa anak yang aktif tidak membutuhkan suara dengan intonasi yang lembut tidak akan berhasil juga bisa dimengerti. Tentu mereka beranggapan ketika kita mendengar kata lembut, itu artinya kita berpikir permisif karena mereka sudah terlanjur percaya bahwa anak-anak yang bersemangat, aktif sangat membutuhkan gaya disiplin yang keras pula. Tapi coba kita telusuri alasan berikut ini:
- Anak-anak yang bersemangat sering kali dan paling sering mendapat masalah. Keaktifan mereka dalam segala hal cenderung memunculkan kekhawatiran orang tua sehingga peringatan demi peringatan akan mengalir padanya. Alih-alih mengarahkan mereka untuk berlaku dan bersikap lebih hati-hati, orang tua cenderung melabel mereka sebagai pembawa masalah. Semakin mereka mendapat masalah, semakin mereka merasa terputus dan jauh dari orang tua mereka. Dan ketika anak-anak merasa terputus, kita melihat perilaku yang lebih menantang. Perilaku ini adalah tangisan untuk mendapatkan koneksi dan atau terhubung kembali dengan orang tua dan lingkungannya.
- Anak-anak yang aktif bersemangat sering kali sangat sensitive. Mereka biasanya memiliki indra perasa yang dalam terhadap rasa, bau, tekstur, cahaya. Juga terhadap suara. Ini semua dialami secara berbeda oleh anak yang sensitif. Menghukum mereka karena terlalu terstimulasi tidaklah efektif. Jika orang tua tidak memberi mereka cara baru untuk mengatasi perasaan ini, maka orang tua ataupun guru tidak akan melihat perubahan yang langgeng kedepannya terhadap mereka.
- Anak-anak yang bersemangat membutuhkan seorang pemimpin. Â Menghukum anak yang aktif dan bersemangat, hanya akan menempatkan orang tua/ ayah-bunda maupun guru dalam posisi kepemimpinan. Pikirkan bahwa bagaimana orang tua/ ayah- bunda menjadi bos terbaik bagi mereka dengan sikap dan karakternya. Apakah mereka berteriak pada ayah-bunda ketika ayah-bunda melakukan kesalahan? Atau apakah mereka mengajari ayah-bunda apa yang HARUS DILAKUKAN di saat-saat sulit? Ini yang patut ayah-bunda renungkan.
- Anak yang bersemangat membutuhkan alat untuk mengatasi masalah. Â Anak yang aktif bersemangat perlu belajar bagaimana mengatasi perasaan-perasaan besar di dalam dirinya. Hal ini dapat dilakukan dengan mencontohkan kepada mereka bagaimana ayah-bunda mengatasi perasaan yang besar yang ada di dalam ayah-bunda sendiri. Ayah-bunda harus mengenal sifat dan karakter ananda dengan baik. Bantu mereka agar tidak mudah meluapkan perasaan apa pun yang mereka rasakan tanpa mempertimbangkannya. Bantu mereka mengenali dan memahami emosi mereka sendiri. Ajarkan mereka istilah-istilah emosi seperti senang, sedih, marah, dan kecewa. Dorong mereka juga untuk mengungkapkan emosi mereka dengan kata-kata sehingga mereka dapat mengenali dan mengungkapkannya dengan cara yang lebih sehat.
Beberapa anak memang memiliki kecenderungan untuk mudah marah dan frustrasi. Oleh karena itu, orang tua perlu tahu bagaimana cara menghadapi anak yang pemarah dan juga mudah frustrasi. Kurangnya peran dari ayah maupun bunda sebagai orang tuanya dalam pendidikan mental dan emosional pada usia dini tentu akan berdampak pada kondisi mental anak di masa mendatang. Hal ini bisa menyebabkan anak menjadi minder, mudah marah, frustrasi karena krisis kepercayaan dan malu. Karenanya jika ayah-bunda ingin melatih ananda, maka lakukan sejak dini agar mengubah sifat pemarahnya dengan perlahan, maka kelak ia akan tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan.
Anak yang mudah marah dan merasa frustrasi justru karena banyak orang tua kerap melakukan kesalahan dengan sengaja membiarkannya, balik memarahinya, menghukumnya, atau bahkan hingga melakukan kekerasan fisik pada mereka untuk sekedar membuat mereka jera. Padahal yang harus dilakukan saat anak marah adalah mencari tahu penyebab dari kemarahan yang muncul.
Jika Ayah-bunda ingin ananda berhenti memukul saat mereka marah, ajarkan mereka apa yang bisa mereka lakukan sebagai gantinya. Jika Ayah-bunda ingin ananda berbicara tentang rasa frustrasi mereka, biarkan mereka melihat Ayah-bunda mengatasi rasa frustrasi ayah - bunda. Jika Ayah-bunda ingin ananda mengurangi kemarahannya, cari tahu MENGAPA mereka mengalami kemarahan.
Selama beberapa dekade, kita telah diberitahu bahwa anak-anak kita yang penuh semangat membutuhkan kita untuk 'mematahkan kemauan mereka'. Apa yang mereka sampaikan dan inginkan, kadang kita ingin cepat selesai dengan mengatakan tidak tanpa mendengarkan alasan mereka. Bagaimana jika kita mulai berpikir: "Semangat anak saya adalah anugerah. Adalah tugas saya untuk menunjukkan kepada mereka bagaimana menggunakannya dengan cara yang akan membantu mereka".
Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengatasi anak yang pemarah dan mudah frustrasi? Inilah yang harus dilakukan.
1. Jika mereka memukul atau memanggil dengan sebutan nama.