Saat  iitu, Siti Hajar tak habis pikir mengapa suaminya meninggalkannya dan anaknya yang masih kecil di padang pasir tak bertuan. Sebagaimana layaknya seorang perempuan yang cemburu, dia hanya menduga ini akibat kecemburuan Siti Sarah, istri pertama Nabi Ibrahim yang belum bisa memberikan keturunan. Di sisi lain Nabi Ibrahim pun remuk redam hatinya terjepit antara pengabdian dan pembiaran.
Siti Hajar terus memberondong pertanyaan dengan sedih dan nelangsa kepada Nabi Alloh itu dengan pertanyaan 'Mengapa'. Dan ketika Nabi Ibrahim berbalik menatap Ibunda Siti Hajar dan dengan tegas berkata 'ini karena perintah Tuhanku", seketika dunia seolah berhenti mendesah, pertanyaan atau lebih tepatnya gugatan Siti Hajar membuat semua terkesiap. Siti Hajar berhenti berbicara dan terdiam, lantas meluncurlah kata-kata dari bibirnya yang mengagetkan semua Malaikat, butir pasir dan angin 'Jikalau ini perintah Tuhanmu, pergilah, tinggalkan kami di sini. Jangan khawatir, ada ALLOH yang akan menjaga kami' jawabnya lirih.
Peristiwa yang terjadi di padang tandus itu merupakan romantisme keberkahan yang sungguh mulia bagi umat manusia untuk diteladani.
Pada titik inilah kita memahami artinya ikhlas. Ikhlas adalah wujud dari sebuah keyakinan mutlak pada Sang Maha Mutlak.
Ikhlas adalah kepasrahan dan hanya bergantung kepadaNYA, bukan mengalah, apalagi menyerah kalah.
Ikhlas adalah sebuah kekuatan untuk menundukkan kekuatan yang ada pada diri sendiri dan berserah kepada yang maha memiliki dari semua yang dicintai.
Ikhlas adalah memilih jalan NYA, bukan karena terpojok dan tak memiliki pilihan untuk berjalan ke arah lain.
Ikhlas bukan pilihan karena terpaksa, bukan berusaha merasionalisasi pikiran dan tindakan, bukan lari dari kenyataan, bukan mengalkulasi hasil akhir demi prestasi.
Ikhlas tak pernah berhitung dan tak pernah pula menepuk dada.
Inilah hikmah besar dari peringatan Hari Raya Idul Adha. Sebuah sejarah besar bagi umat Islam yang patut diteladani terus menerus sepanjang zaman. Banyak nilai-nilai pengorbanan yang seharusnya umat Islam teladani dan pelajari setiap waktu untuk dapat dipraktikkan dalam kehidupan sehari- hari. Agar kita senantiasa selamat dari sifat-sifat yang tidak terpuji berkaitan dengan pengorbanan yang telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan Siti Hajar.
Setiap kita tentunya menghadapi pilihan pengorbanannya sendiri-sendiri. Masing-masing dari kita pun mempunyai cara yang berbeda untuk berkorban apa pun itu. Dalam berkorban, tak perlu ragu dan takut apalagi merasa rugi dengan pengorbanan yang kita lakukan. Karena sesungguhnya ALLOH SWT lebih memahami apa-apa yang terbaik bagi hamba -hamba NYA. Sebagaimana kisah Nabi Ibrahim, akan selalu ada bahagia di akhir cerita ketika kita ikhlas memberikan apa yang kita miliki dan berpasrah hanya kepada ALLOH SWT.
SELAMAT IEDUL ADHA 1444H
Semoga kita semua bisa memaknai arti pengorbanan. Amin YRA
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H