Mungkin ayah-bunda membuat sebagian besar keputusan mengasuh ananda berdasarkan pertimbangan perasaan ananda dan bukan karena disiplin atau hal lain yang seharusnya menjadi tolok ukur.Â
Hal ini cukup dipahami karena rasa cinta dan sayang yang besar dari ayah-bunda kepada ananda tentunya. Memenangkan perasaan ananda adalah pertimbangan utama ayah-bunda di atas apa yang mungkin terbaik untuk ananda, paling aman untuk ananda, paling sesuai untuk ananda dan juga ayah-bunda, dan lain sebagainya.
Namun sering kali juga ayah-bunda kemudian berubah pikiran tentang keputusan yang ayah-bunda buat karena perasaan mereka. Bertindak keras sedikit namun kemudian muncul perasaan tidak tega karena khawatir menyakitinya atau dampaknya yang tidak terbayang namun sangat dikhawatirkan.Â
Ini berarti ayah-bunda tidak konsisten dengan berpegang teguh pada apa yang ayah-bunda katakan akan ayah-bunda lakukan. Ayah-bunda mengoceh kemudian bernegosiasi dalam upaya membuat mereka merasa bahagia setelahnya. Ayah-bunda pasti mengalami seperti ini ya?
Ada saat ayah-bunda merasa seperti terus-menerus berjalan di atas kulit telur bersama ananda, selalu berhati-hati tentang bagaimana mereka bereaksi terhadap hal-hal yang ayah-bunda katakan dan lakukan.Â
Ayah-bunda menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan bagaimana perasaan mereka tentang berbagai hal. Hingga tanpa disadari ayah-bunda malah 'disetir' oleh ananda ketika ananda melakukan kesalahan. Ayah-bunda lah yang malah merasa bersalah dan kalah dalam berargumen sementara ananda merajuk untuk dimenangkan hatinya.
Ayah-bunda sering menemukan diri ayah-bunda mengambil perasaan Ananda. Jika mereka merasa sedih, ayah-bunda juga ikut sedih. Jika ananda merasa marah, lalu ayah-bunda juga merasa marah.
Jika demikian, lalu apa yang menjadi target dan patokan ayah-bunda untuk membentuk ananda dengan baik ke depannya jika ayah- bunda tidak memilikinya?Â
Tulisan berikut ini berusaha untuk mengajak ayah-bunda berwisata membaca bagaimana ayah-bunda menemukan jalan pengasuhan terbaik menurut ayah-bunda pada kondisi seperti ini.
Ketika ananda marah, apakah ayah-bunda merasa marah itu menimbulkan perasaan yang kuat dalam diri ayah-bunda tentang bagaimana:
1. Sebagai seorang anak, harus menahan amarah dengan baik. Perannya adalah menjadi gadis yang manis dan cantik dan tidak pernah boleh marah sehingga bisa membuat iri ketika melihat ananda begitu bebas untuk mengekspresikan diri mereka.
2. Kemarahan datang begitu alami bagi mereka dan terkadang ayah-bunda mengagumi kemampuan mereka untuk menyesuaikan diri dengan kemarahan. Mereka tidak takut dengan kemarahan yang mereka rasakan dan lepaskan. Karena kemarahan yang ditekan, mengalami kesulitan untuk mengetahui seperti apa rasanya kemarahan dan harus memahami dengan sangat lambat untuk menghubungkan dan menyelaraskan dengan perasaan marah pada diri sendiri.
3. Respons sistem saraf ananda diizinkan untuk diaktifkan dan dilepaskan sementara batasan sehat dipegang oleh orang tua mereka.Â
Ayah-bunda sering bertanya-tanya akan seperti apa ayah-bunda ketika kecil lalu sekarang sebagai orang dewasa jika orang tua dari ayah-bunda memiliki kesadaran sistem saraf dan telah membantu ayah-bunda ketika diaktifkan.
4. Ayah-bunda selalu memikirkan saat-saat ketika ayah-bunda tidak boleh marah dan orang-orang memanfaatkan ayah-bunda karena tidak memiliki batasan.Â
Lalu saat melihat ananda kini begitu otentik dalam ekspresi kemarahan yang sehat membuat ayah-bunda merasa yakin bahwa mereka akan memiliki batasan yang baik dalam hidup mereka.
5. Salah satu orang tua dari kedua orang tua ayah -bunda pernah sangat marah dan kemudian ayah- bunda belajar takut akan kemarahan.Â
Ayah-bunda dapat mengamati diri ayah-bunda yang selalu ingin melarikan diri atau membeku ketika anak-anak marah tetapi pada saat yang sama ayah-bunda juga dapat mengakui bahwa ayah-bunda baik-baik saja dan kemarahan ananda sah dan tidak menakutkan.
6. Orang tua dari ayah-bunda tidak pernah menunjukkan kemarahan sehingga ketika ananda marah, ayah-bunda terpaksa menantang keyakinan yang membatasi bahwa 'anak tidak boleh marah".
7. Satu-satunya kemarahan yang ayah-bunda pelajari adalah ledakan, menakutkan, tidak aman. Jadi kemarahan yang aman adalah sesuatu yang harus ayah-bunda pelajari.Â
Ada hari-hari ketika ayah-bunda masih tidak yakin seperti apa ini, jadi ayah-bunda malah percaya bahwa tubuh dan sistem ananda dari ayah-bunda melakukan apa yang perlu mereka lakukan untuk melepaskan amarah mereka dan membiarkan mereka menjadi guru dari ayah-bunda.
8. Kadang-kadang ayah-bunda khawatir orang akan menganggap ayah-bunda permisif ketika mereka melihat ayah-bunda menyimpan ruang untuk kemarahan anak-anak. Ayah-bunda bisa merasakan diri ayah-bunda terbakar dan merasakan tekanan untuk merespons dengan "cara yang benar".Â
Pada saat-saat ini ayah-bunda diingatkan bahwa sistem kepercayaan orang lain berbeda dengan ayah-bunda dan ayah-bunda di sini bukan untuk membuktikan apa pun. Sebaliknya, ayah-bunda di sini untuk memenuhi kebutuhan ananda dan melakukan yang terbaik untuk mereka.
9. Ini bisa menjadi ruang penahan kemarahan ananda saat kemarahan ayah-bunda tidak terproses.Â
Ayah-bunda memperhatikan perasaan marah pada diri sendiri dan bagaimana kesalahan ayah-bunda adalah menekan dan menekannya. Sementara kemarahan ananda mendorong ayah-bunda untuk memiliki milik ayah-bunda, itu juga bisa membuat frustrasi mencoba memberi ruang bagi kemarahan mereka ketika tidak ada yang pernah menciptakan ruang untuk kemarahan ayah-bunda.
Pengaturan emosi dan peran ayah-bunda
Bayangkan ada wadah di dalam diri kita yang menampung emosi. Ketika emosi terlalu besar, terlalu kuat, terlalu meluap-luap, emosi akan memenuhi wadah dan meluap. Kita dapat menganggap 'tumpah' itu sebagai berteriak, memiliki reaksi besar atau kehilangan kendali atas diri sendiri dalam beberapa cara.
Membangun keterampilan mengatur emosi seperti menumbuhkan wadah metaforis di dalam diri kita sehingga dapat 'menahan' lebih banyak emosi sebelum terasa naik dan meluap. Atau bahkan mungkin menahan semua emosi agar tidak meluap sama sekali.Â
Mengatur emosi bukanlah tentang TIDAK merasakan emosi sama sekali. Ini bukan tentang menekan, menekan, meminimalkan, menyangkal atau melepaskan diri dari emosi diri sendiri.Â
Mengatur emosi adalah tentang belajar mengenali, merasakan, mengakui, menerima, dan mengelola melalui emosi yang dimiliki.Â
Belajar menampungnya sehingga dapat mengaturnya dan mengekspresikannya dengan cara yang lebih produktif.
Bagaimana ayah-bunda mengajarkan cara mengatur emosi kepada ananda (dan diri Anda sendiri)?
Seperti keterampilan baru lainnya, ayah-bunda mengajarkannya secara perlahan, seiring waktu, dan dengan BANYAK latihan dan kesabaran. Miliki ekspektasi yang masuk akal untuk ananda dan diri ayah-bunda sendiri karena ini membutuhkan banyak waktu. Perubahan dan pertumbuhan tidak terjadi secara instan.
Lawan dorongan untuk terburu-buru atau mematikan emosi ananda. Alih-alih, biarkan ananda merasakan emosinya dengan aman dan bantu mereka menyebutkan, memvalidasi, dan 'mendudukkan' emosinya tanpa perlu segera menyelesaikan atau memperbaikinya. Sampaikan pada ananda secara perlahan "Jika kamu merasa kesal, ayah-bunda mengerti".
Membiarkan ananda merasakan emosinya tidak berarti 'apa saja boleh' ya ayah-bunda, apalagi sampai menjawab dengan tidak baik setiap ucapan dan tindakan, ini sangat tidak baik ke depannya karena ananda akan merasa bahwa ananda boleh berlaku apa saja ketika kesal atau marah.Â
Batasan yang masuk akal sama pentingnya dengan validasi. Bimbing ananda untuk mengekspresikan emosinya dengan cara yang sehat. (dan ya, ayah-bunda mungkin harus melakukan ini berulang kali sebagai proses belajarnya).
Katakan secara tegas pada ananda "Tidak apa-apa untuk merasa marah, bahkan SANGAT marah pada ayah - bunda. Tapi ayah-bunda tidak akan membiarkanmu memukul ayah-bunda saat kamu sedang marah".Â
Berusahalah untuk membangun keterampilan meniru yang jauh lebih bisa mengedukasi dengan benar dan terarah.Â
Percayalah pada kemampuan alami ananda untuk memecahkan masalah dan berikan ruang dan waktu yang diperlukan untuk melakukannya, karena solusi membutuhkan waktu dan latihan.
Ayah-bunda bisa memberikan ruang kepada ananda dengan menyampaikan nasihat seperti, "Sebelumnya, kamu sangat kesal. Itu sulit. Mari pikirkan apa yang dapat kamu lakukan untuk membantu dirimu sendiri saat kamu merasa sangat kesal. Ide apa yang kamu miliki?"
Apa yang perlu didengar oleh ananda ketika mereka sedang marah?
1. Ayah-bunda bisa merasakan bahwa ketika ananda marah, maka ini sulit bagi ayah-bunda. Namun Ayah-bunda perlu sekali menegaskan kepada ananda bahwa ayah-bunda menyayangi mereka dan bahwa mereka selalu mendapatkan perhatian dari ayah-bunda.Â
Hal ini untuk mengikat hatinya bahwa mereka tidak pernah diabaikan dalam kondisi apapun dan mengakui ananda juga dapat mengungkapkan perasaannya namun dengan cara yang baik.
2. Ungkapan bahwa ayah-bunda peduli dengan perasaan Ananda. Beri tahu ananda bahwa ayah-bunda selalu ada untuk mereka dan mengakui apa yang ananda rasakan dan tetap selalu tunjukkan kasih sayang setelah ananda bisa memahami apa yang sudah terjadi. Ini akan memberikan peluang untuk hubungan yang lebih dalam kepada ananda.
3. Tidak apa-apa untuk merasa marah. Sejatinya setiap manusia memiliki emosi tanpa terkecuali. Karenanya memberi tahu ananda bahwa semua perasaan adalah baik-baik saja.Â
Mereka boleh marah terhadap sesuatu yang tidak berkenan. Namun meledak-ledak kepada ayah-bunda bukanlah langkah yang tepat.Â
Perlu ada batasan ketika ananda merasa perlu untuk memprotes sesuatu dengan cara-cara yang beretika. Ayah-bunda juga harus bersikap terbuka dan mengakui apa yang menjadi keinginan ananda, namun dapat menjelaskan dengan bijaksana pula apa yang menjadi kendala ketika ayah-bunda tidak sepaham sehingga diperoleh kesepakatan secara baik.
4. Ayah-bunda selalu ada disini Untukmu. Senantiasa sampaikan kepada ananda dalam kondisi sulit yang dialami bahwa ayah-bunda hadir bersama ananda saat-saat itu.Â
Tunjukkan kasih sayang setulusnya untuk menjalin ikatan kembali kepada ananda karena hal ini akan memperdalam koneksi dan membangun kepercayaan.
5. Katakan, "Ayah/ Bunda akan tinggal bersamamu". Beri tahu ananda bahwa ayah-bunda tidak akan pernah meninggalkan mereka. Menciptakan lingkungan yang aman akan memperdalam koneksi dan membangun kepercayaan serta menunjukkan ketahanan dan kesabaran.
Katakan "Bahkan ketika kamu merasakan yang terburuk, ayah-bunda akan tetap mencintai". Beri tahu ananda bahwa ayah-bunda akan menyayangi mereka.
Saat ananda mengalami masa sulit : ingatkan diri ayah-bunda sendiri
Ini terasa sangat luar biasa sehingga terasa seperti SEMUA momen, tetapi sebenarnya, ini hanya satu momen dalam satu waktu. Ini akan berlalu. Anak saya sedang belajar, tumbuh, dan berkembang dan itu adalah sebuah proses. Kami baik-baik saja dan kami bisa melakukan ini.
Ketika ayah-bunda mengalami kesulitan : ingatkan diri ayah-bunda
Ini terasa sangat luar biasa sehingga terasa seperti SEMUA momen, tetapi sebenarnya, ini hanya satu momen dalam satu waktu. Ini akan berlalu.Â
Saya masih belajar, tumbuh, dan berkembang dan bersama anak saya dan itu adalah sebuah proses. Saya baik-baik saja dan saya bisa melakukan ini.
(Ditulis untuk mengingatkan kepada seluruh ayah-bunda dimana pun berada, bahwa ketika sebagai orang tua kehilangan momen besar saat anak mengalami pergolakan emosi dan ayah-bunda mengabaikannya dan mendiamkannya bahkan permissif, maka ini akan berakibat fatal dikemudian hari. Kontrol emosi yang baik merupakan investasi besar yang diperlukan bagi ananda dimasa depan).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H