Mohon tunggu...
Yuni Astuti
Yuni Astuti Mohon Tunggu... Perawat - Perawat, sedang belajar merawat hati anak dan keluarga

sedang belajar menulis, ibu dari 4 orang anak, perawat, yun.astuti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Tahun Ajaran Baru, Guru = Wagu lan Saru?

12 Juli 2015   12:38 Diperbarui: 12 Juli 2015   12:38 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Akhirnya, kerisauan saya terjawab sudah. Dan saya tidak lagi penasaran lagi tentang rumor jual-beli bangku sekolah, karena  terbukti sudah. Dan saya sendiri yang membuktikannya. Meskipun ada istilah halus 'bina lingkungan', saya tidak setuju dengan sistem tersebut. Karena anak yang sungguh-sungguh berusaha, ternyata terkalahkan dengan anak yang keluarganya termasuk golongan berada. Dan ini bisa membuat anak kecewa, bahkan bisa berputus asa di masa depannya.

Pertanyaannya, dimanakah jati diri guru selama ini..? Ada ungkapan bahwa guru adalah digugu lan ditiru (  dipatuhi  dan jadi teladan/model). Akan tetapi dengan adanya  fakta yang menunjukkan bahwa  lingkungan pendidikan  banyak rekayasa, apakah  bisa dipertahankan  bahwa guru (masih) bisa digugu dan ditiru? Atau justru ungkapan tersebut lebih tepat menjadi guru adalah wagu lan saru ? wagu bisa diartikan  tidak pantas, tidak cocok, tidak pas dan  saru bisa  diartikan tidak pantas, tidak senonoh.

Tetapi saya yakin, tidak semua sekolah dan tidak semua guru berlaku demikian. Masih banyak ribuan guru dan tempat sekolah yang masih menjunjung nilai-nilai moral untuk mencerdaskan peserta didiknya. Tidak hanya sekedar embel-embel profesi sebagai guru, tapi betul-betul bisa digugu dan ditiru.

Semoga tulisan ini bisa membangunkan kembali pengelola sekolah yang mungkin saat ini 'lupa' tentang esensi pendidikan. Dan juga mengingatkan kembali kepada orang tua agar memilihkan sekolah anak bukan karena urusan gengsi, tetapi lebih pada capaian prestasi.

 

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun