Mohon tunggu...
Yuni Astuti
Yuni Astuti Mohon Tunggu... Perawat - Perawat, sedang belajar merawat hati anak dan keluarga

sedang belajar menulis, ibu dari 4 orang anak, perawat, yun.astuti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Rumah Sakit Itu Bernama Kompasiana, Menulis Sebagai Obatnya

28 September 2014   02:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:14 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Apakah anda sehat hari ini..? Eit...., nanti dulu. Jangan ke PD an menjawab sehat. Sehat jasmani? OK..Sehat rohani...? he he...ketahuan khan...banyak yang gak berani jawab ternyata...!! Apa to definisi sehat? Betul...!! tidak sakit..!! Mungkin hari ini anda sehat secara fisik, tapi belum tentu sehat secara batin. Maaf, gak bermaksud menuduh lho..!

Kalau menurut WHO ( wuih...bawa-bawa WHO..!, biar dikira ilmiah he..he..) sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental dan sosial, tidak hanya terbebas dari kelemahan dan kecacadan,  termasuk hidup produktif. Demikian kurang lebihnya...barangkali ada tambahan...? boleh menambah lho, jika dirasa kurang.

Jika menurut definisi di atas, berarti saya lagi sakit. Ya, saya sakit...! Sekitar dua minggu yang lalu, saya beranikan diri periksa ke dokter. Meskipun keluhan yang kurasakan sudah bertahun-tahun. Kalau tidak salah setelah anak ke-2 ku lahir. Terus terang, saya takut periksa. Takut jika ketahuan penyakitnya, lho kok...? Karena jika saya tahu apa penyakitku , saya akan semakin "sakit".

Keluhan yang sering kurasa adalah, sering pusing. Tekanan darah saya cenderung rendah. Biasanya saya minum vitamin dan menambah waktu istirahat. Cukup, dan bisa sembuh. Seiring berjalannya waktu, keluhan bertambah, ada rasa sengkring di dada sebelah kiri. Hilang-timbul. Halah...paling kecapekan saja, pikirku. Dan kini, setelah anak ke-3 ku sudah 6 tahun (selisih umur dengan anak ke-2 adalah 4 tahun, silahkan dihitung sendiri ya...he..he..) rasa  sengkring itu sudah berubah menjadi cenuuut... dan frekuensinya makin sering. Bahkan, ketika si cenut datang rasa nyerinya menjalar sampai punggung. Celakanya lagi, si paru-paru seolah ikut-ikutan demo. Nafasku menjadi pendek-pendek. Whaduh..., apakah kontrakku di dunia sudah akan berakhir ya...?

Akhirnya, kupaksa diri ini untuk datang ke dokter. Awalnya ke dokter spesialis dalam dulu. Wah, ternyata saya diperlakukan seperti artis lho..diajak rekaman..!! tapi, ternyata rekaman jantung, sobat. Pasti penasaran pengin tahu hasil rekamannya to...? iya, betul...kata dokter jantungku mungkin ada sumbatan. Ibu harus banyak istirahat, jangan lakukan aktifitas yang membuat jantung berdebar-debar. (ooh..., berarti saya gak boleh menyalakan mercon..!) Hati-hati ya buk, jangan lupa tinggalkan minum kopi atau merokok.

Ada yang bisa nebak, bagaimana reaksiku ketika dokter bilang jantungku (mungkin) ada sumbatan? Ya, mataku terbanjiri air mata, walau sudah kutahan kuat-kuat.. Ya Allah..., aku sakit jantung.?? dengan umur yang masih muda?( usiaku sudah menginjak kepala empat, tepatnya 41 tahun). Serasa ada petir di kamar praktek dokter. Aku tak percaya. Mana mungkin jantungku tersumbat... Apa yang membuat sumbatan di jantungku? lemak atau kolesterol..? gak mungkin..! lemak ditubuhku saja hampir gak ada kok.  Memang, kondisi badanku bisa dibilang BGM (di Bawah Garis Merah), itu lho istilah di Kartu Menuju Sehat (KMS) nya balita jika berat badannya di bawah rata-rata. Bagaimana tidak, dengan tinggi 158 cm, berat badanku hanya 46 kg. Itupun kalau saya menimbang dengan memakai jaket dan tanpa lepas sepatu he he..

Di sepanjang perjalanan pulang dari Rembang-Blora ( waktu itu saya naik bis umum, kasihan ya...?), di antara berjubelnya penumpang, yang kebanyakan anak sekolah, saya sibuk membuka situs-situs kesehatan sambil sesekali menyeka air mata, karena lagi episode sedih..Kucari apa saja yang bisa menyebabkan sumbatan selain lemak dan kolesterol. Oh ya, dokter tadi juga memberikan surat rujukan agar aku periksa ke Semarang untuk USG jantung. Biar diketahui secara pasti, dimana letak ketidakberesan jantungku. Untuk memastikan juga, ada sumbatan atau tidak.

Ternyata benar, setelah saya  periksa ke dokter, saya semakin 'sakit". Dokter ahli jantung yang cantik itu menjelaskan bahwa ada salah satu katup jantungku yang gak normal. Hal itu  bisa terjadi dimana faktor pemicunya adalah stress. Saya disarankan untuk tidak terlalu banyak aktifitas dulu, dan menghindari stress. Haah...menghindari stress? mana mungkin..., mendengar diagnosa dokter saja sudah membuatku stress.   Semakin saya galau, semakin panik,  semakin cepat pula debar-debar jantung ini. Bagaimana ini..?? berarti saya sedang berada dalam kondisi stress pangkat dua ..

Saya mencoba menghibur diri..hidup dan mati sudah ada yang mengatur. Hhhh..tetep belum bisa terhibur hati ini 'hanya' dengan kalimat itu.

Apakah jantung merupakan organ vital dalam tubuh ini?  Sepertinya betul. Bukankan jantung yang memompa darah ke seluruh tubuh? apa jadinya jika otak tidak dapat pasokan darah? pusing tau pingsan. Apakah tangan dan kakiku sering kesemutan juga karena tidak dapat suplai darah yang sesuai? betul. Apakah nafasku jadi pendek karena paru-paruku kurang oksigen? betul juga rupanya. Arghhh...itu pertanyaan yang semakin membuatku stress. saya mencoba mencari jawaban yang bisa menenangkan...Aha...!! aku ingat...Bukan, bukan jantung organ vital dalam tubuhku. Jadi meskipun jantung ada gangguan , aku masih bisa tetap sehat. Saya ingat nasehat temanku dokter ( saya bukan dokter, temanku yang seorang dokter he he..) , bahwa "tambane lara iku ati seneng" (obatnya orang sakit adalah hati gembira).  Saya juga ingat salah satu sabda Rosulullah, kurang lebinya begini " Ketahuilah! Sesungguhnya dalam tubuh ini ada segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Dan apabila ia rusak. Maka rusaklah seluruh tubuh. Ketahuilah! ia adalah hati”. Nah..., sekarang bisa disimpulkan bahwa organ penting dalam tubuh kita bukanlah jantung atau otak,tetapi HATI. Ya, hati inilah kunci yang menentukan bagaimana seseorang sehat atau tidak. Mau bukti..? saya telah membuktikan.

Begini, setelah saya terperangkap dalam "stress akibat stress", saya berusaha mencari "sesuatu" untuk bisa keluar dari perangkap. Dan ternyata memang betul..hati seneng kuncinya. Maaf dokter, bukannya aku tidak percaya dengan diagnosamu dan obatmu..tapi saya menemukan klinik hati yang lebih tepat.  Di klinik ini, saya gak perlu antri, gak perlu cari surat rujukan, gak perlu fotocopy kartu BPJS, gak butuh biaya transport dan yang  jelas semuanya gratis..!!

Dalam rumah sakit baru itu kutemukan dokter-dokter yang menyejukkan sesejuk dr. Posma, dokter Wahyu.  Kutemui juga motivator sehandal pak Tjiptadinata Effendi,  terimakasih juga mbak Christie Damayanti... yang telah berbagi cara berjuang melawan penyakit ( dan sudah membuktikan kedahsyatan hati gembira dalam menolak bencana). Sakit yang kuderita belum ada apa-apanya dengan yang dialami mbak Christie. Harusnya aku bisa lebih cepat sembuh. Di Kompasiana juga kutemukan sahabat-sahabat yang selalu setia, tidak hanya sekedar "membaca" keluhan  atau curahan hati. Tetapi, juga support yang luar biasa...Terima kasih semuanya, sobat..Maaf saya belum bisa menyebutkan satu per satu, karena saya masih kinyis-kinyis. Semua sahabat Kompasianer bagaikan tim medis yang telah membantuku untuk sembuh dan bangkit dalam perangkap.

Ajaib..! selama saya berlama-lama di Kompasiana, nyeri dadaku serasa hilang..si cenut sepertinya juga malu jika sering-sering menampakkan diri. Karena hatiku selalu terhibur, denyut jantungku berangsur-angsur normal, sesak di dada juga berkurang. Ya, di klinik ini pula aku mencoba menjadikan tulisan sebagai obat...obatku yang pertama adalah  "Waspada, ancaman katup jantung bocor pada wanita (karir)". Dengan tulisan tersebut saya berharap bisa berbagi pengetahuan sekaligus memotivasi diri sendiri. Di klinik rumah sakit ini tidak perlu ada aturan minum obat. Semakin sering dan banyak minum obat, semakin cepat sembuh. Tidak perlu khawatir over dosis he he...

Terimakasih Allah.., kau pertemukan aku dengan Kompasiana. Terimakasih Kompasiana.., terimakasih semua..

Salam hati gembira,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun