Demikian juga dengan emosi kita. Emosi merupakan bentuk reaksi terhadap sesuatu. Emosi dapat berupa perasaan senang, marah, sedih atau takut. Emosi inilah yang akan berpengaruh terhadap kesehatan anda.
Bagi yang mempunyai riwayat  penyakit jantung, disarankan untuk menjaga emosi. Karena pusat emosi atau perasaan ada di hati, maka perlu berhati-hati menjaga hati. Jika hati tidak terjaga, maka jantungpun ikut sakit.
Saya ada sedikit pengalaman, saya rasa hal ini perlu untuk di share, khususnya bagi pembaca yang memiliki riwayat penyakit jantung ataupun gejalanya.
Beberapa waktu yang lalu saya didiagnose dokter bahwa saya menderita penyakit kelainan katup jantung. Untuk lebih tahu tentang tanda dan gejalanya bisa dibaca di artikel saya sebelumnya            " Waspada, Ancaman Katup Jantung Bocor pada Wanita (Karir)!
Sekitar tiga minggu yang lalu terpaksa saya masuk rumah sakit. Saya harus "membeli" oksigen untuk bisa mengurangi sesak nafas saya. Padahal biasanya menghirup oksigen gratis setiap hari, he..he..Tapi tak apalah, justru peristiwa ini mengingatkan saya tentang betapa nikmat sehat terlalu sering kita lupakan. Ya,kita sering lupa bersyukur saat sehat.
Suatu siang di Rumah sakit, kurasakan geliat organ pencernaan yang sudah protes karena belum mendapat suapan nasi. Memang, saat kulirik meja tempat nasi masih kosong. Tidak apalah menunggu 15 menit, pikir saya. Akan tetapi 15 menit penantianku belum terjawab, tunggu 15 menit lagi ya...kurayu lambungku. Kalau lambungku sebenarnya menurut saja dengan rayuanku, tapi justru hatiku yang nampaknya sudah mulai protes. Coba kurayu hatiku untuk lebih keep calm.
Memang, menunggu merupakan aktifitas yang banyak dibencihampir semua orang. Setelah berjuang merayu hati, ternyata sampai 15 menit yang ketiga dari hasil penantianku, nasi belum juga datang..! Padahal jarum jam dinding menunjukkan pukul 12.45 WIBLora. Sementara saya di Rumah Sakit tidak ada yang menunggu karena suami jemput anak pulang sekolah. Weleh...weleh...!!
Akhirnya darah yang mengalir di dalam hatiku mendidih juga. Dan dampaknya adalah denyut jantungku semakin dag...dig...dug..dengan kecepatan di atas normal. Nafasku tersengal-sengal, gerakan naik-turun di dadaku semakin cepat.
Sambil ngos-ngosan menahan sesak nafas kupencet bel yang berada di dekat tempat tidurku. Dari alat tersebut terdengar suara perawat menayakan sesuatu. Akan tetapi saya sudah tak punya daya untuk menjawab.
Dalam hitungan menit, 3 perawat datang. Ada yang memutar tombol oksigen untuk menaikkan jumlah oksigen. Perawat yang lainnya mengukur tekanan darah dan menghitung nadi. Setelah agak stabil salah satu perawat bertanya " Ibu sudah makan siang..?" . Wo alah mbak...mbak..., saya itu sesak nafas gara-gara belum dapat jatah makan siang..! batinku. Tapi jawaban yang keluar hanyalah suara lirih "Belum datang..."
Tiga orang perawat saling berpandangan...(??????)