Mohon tunggu...
Yuni Astuti
Yuni Astuti Mohon Tunggu... Perawat - Perawat, sedang belajar merawat hati anak dan keluarga

sedang belajar menulis, ibu dari 4 orang anak, perawat, yun.astuti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Hati-Hati dengan Jantung Hati Anda...!

15 Oktober 2014   22:01 Diperbarui: 17 Juni 2015   20:53 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Badanku kurus, bukannya kurang makan..

Mataku merah, bukannya kurang tidur...

Sedih hatiku, karena si jantung hati....

Ooo, si Jantung Hati...

Ada yang ingat dengan lagu di atas...? Lagu yang pernah hit di era 80-an, dilantunkan oleh Ade Putra. Bagi yang usianya 40 tahun ke atas, saya yakin , pasti ingat..!

Kenapa ya ada istilah si jantung hati ?

Istilah jantung hati biasanya dipakai untuk menyebut seseorang yang disayangi atau dicintai, bisa juga disebut sebagai kekasih tercinta.

Lalu, ada hubungan apa antara jantung dan hati ? Padahal, menurut ilmu anatomi letak jantung dan letak hati agak berjauhan. Jantung terletak di rongga dada sebelah kiri, sementara hati terletak di rongga perut kanan atas.

Ternyata jantung dan hati mempunyai hubungan "intim", ini kaitannya dengan si jantung hati anda. Bahkan sangat berkaitan erat dengan kesehatan anda.

Ketika Anda melihat wanita cantik atau pria ganteng, kemudian anda jatuh cinta, apa yang anda rasakan di dalam hati...?  ( Ini khusus untuk yang masih bujang lho..., yang sudah berumah tangga dilarang jatuh cinta lagi..!)

Kemudian, di saat-saat anda sedang merindukan si jantung hati, kemudian anda bertemu dengannya, bagaimana detak jantung anda..? lebih cepat tentunya khan.. Itulah yang saya maksud ada hubungan intim antara hati dan jantung.

Demikian juga dengan emosi kita. Emosi merupakan bentuk reaksi terhadap sesuatu. Emosi dapat berupa perasaan senang, marah, sedih atau takut. Emosi inilah yang akan berpengaruh terhadap kesehatan anda.

Bagi yang mempunyai riwayat   penyakit jantung, disarankan untuk menjaga emosi. Karena pusat  emosi atau perasaan ada di hati, maka perlu berhati-hati menjaga hati. Jika hati tidak terjaga, maka jantungpun ikut sakit.

Saya ada sedikit pengalaman,  saya rasa hal ini  perlu untuk di share, khususnya  bagi pembaca yang memiliki riwayat penyakit jantung ataupun gejalanya.

Beberapa waktu yang lalu saya didiagnose dokter bahwa saya  menderita penyakit kelainan katup jantung. Untuk lebih tahu tentang tanda dan gejalanya bisa dibaca di artikel saya sebelumnya             " Waspada, Ancaman Katup Jantung Bocor pada Wanita (Karir)!

Sekitar tiga minggu yang lalu terpaksa saya masuk rumah sakit. Saya harus "membeli" oksigen untuk bisa mengurangi sesak nafas saya. Padahal biasanya menghirup oksigen gratis setiap hari, he..he..Tapi tak apalah, justru peristiwa ini mengingatkan saya tentang betapa nikmat sehat terlalu sering kita lupakan. Ya,kita sering  lupa bersyukur saat sehat.

Suatu siang di Rumah sakit, kurasakan geliat organ pencernaan yang sudah protes karena belum mendapat suapan nasi. Memang, saat kulirik meja tempat nasi masih kosong. Tidak apalah menunggu 15 menit, pikir saya. Akan tetapi 15 menit penantianku belum terjawab, tunggu 15 menit lagi ya...kurayu lambungku. Kalau lambungku sebenarnya menurut saja dengan rayuanku, tapi justru hatiku yang nampaknya sudah mulai protes. Coba kurayu hatiku untuk lebih keep calm.

Memang, menunggu merupakan  aktifitas yang banyak dibencihampir semua orang. Setelah berjuang merayu hati, ternyata sampai 15 menit yang ketiga dari hasil penantianku,  nasi belum juga datang..! Padahal jarum jam dinding menunjukkan pukul 12.45 WIBLora.  Sementara saya di Rumah Sakit tidak ada yang menunggu karena suami jemput anak pulang sekolah. Weleh...weleh...!!

Akhirnya darah yang mengalir di dalam hatiku mendidih juga. Dan dampaknya adalah denyut jantungku semakin dag...dig...dug..dengan kecepatan di atas normal. Nafasku tersengal-sengal, gerakan naik-turun di dadaku semakin cepat.

Sambil ngos-ngosan menahan sesak nafas kupencet bel yang berada di dekat tempat tidurku. Dari alat tersebut terdengar suara perawat menayakan sesuatu. Akan tetapi saya sudah tak punya daya untuk menjawab.

Dalam hitungan menit, 3 perawat datang. Ada yang memutar tombol oksigen untuk menaikkan jumlah oksigen. Perawat yang lainnya mengukur tekanan darah dan  menghitung nadi. Setelah agak stabil salah satu perawat bertanya " Ibu sudah makan siang..?" . Wo alah mbak...mbak..., saya itu sesak nafas gara-gara belum dapat jatah makan siang..! batinku. Tapi jawaban yang keluar hanyalah suara lirih "Belum datang..."

Tiga orang perawat saling berpandangan...(??????)

Gara-gara lapar, jantung bisa kumat..!  Piye leh iki...?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun