Mohon tunggu...
Yuni Astuti
Yuni Astuti Mohon Tunggu... Perawat - Perawat, sedang belajar merawat hati anak dan keluarga

sedang belajar menulis, ibu dari 4 orang anak, perawat, yun.astuti@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Ingatlah Nak, Siapa Pahlawan Sejatimu..?

11 November 2014   06:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   18:07 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beauty. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hari Pahlawan selalu kita peringati setiap tahunnya di setiap tanggal 10 November. Di setiap tanggal itulah setiap sekolah, instansi pemerintah ataupun swasta menggelar berbagai acara untuk memperingati hari yang dianggap bersejarah bagi bangsa kita. Ada lomba lagu-lagu perjuangan, lomba fashion show, lomba mewarnai.  jalan sehat ataupun puisi. Semua kegiatan mengusung tema yang berkaitan dengan hari Pahlawan.

Akan tetapi, mengenai makna peringatan hari pahlawan, untuk saat ini nampaknya hanya sebatas unsur seremoni belaka. Kurang menghayati bagaimana nilai-nilai yang dipesankan oleh para pahlawan yang telah berjuang membela negara ini.

Di sekolah-sekolah, setelah upacara yang  di dalamnya ada acara mengheningkan cipta, tidak ada kesan apapun dari upacara tersebut. Begitu pasukan dibubarkan, ya sudah...bubar begitu saja. Tidak ada perbincangan sedikitpun yang membahas tentang pahlawan di antara murid-murid sekolah.

Kondisi inipun tak beda dengan instansi pemerintah ataupun swasta yang memperingati hari Pahlawan 'hanya' dengan upacara. Yang nampak hanyalah pakaian Korpri beserta atributnya dan keluh kesah peserta upacara karena merasa terpaksa mengikuti upacara. Dan mereka hanya mendapatkan rasa haus dan lelah akibat kepanasan di lapangan. Tak ada setitikpun bekas di hati tentang makna pahlawan.

Kalau saja kita mau sedikit mencerna tentang arti kata pahlawan, tentunya kita akan merasakan betapa besar pengorbanan dan perjuangan para pahlawan yang telah berjasa membuat kita' menjadi' seorang  manusia, apapun profesinya.

Kata PAHLAWAN, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran, atau pejuang yang gagah berani. Sementara asal kata ini berasal dari bahasa Sanskerta "phala", yang bermakna hasil atau buah. Jadi pahlawan adalah seseorang yang berpahala yang perbuatannya berhasil bagi kepentingan orang banyak. Perbuatannya inilah yang bisa mempengaruhi  tingkah laku seseorang, sehingga orang yang dipengaruhi menjadi lebih baik dalam kehidupannya. Dan tentu saja, setiap yang disebut sebagai pahlawan pasti bermanfaat bagi umat manusia dan alam sekitarnya.

Jadi, siapa yang bisa disebut sebagai pahlawan yang berjasa  dalam hidup kita ? Ternyata banyak sekali "pahlawan-pahlawan" yang ada di sepanjang perjalanan hidup kita. Sejak kita masih dalam kandungan sampai kita "menjadi" seorang manusia yang (mungkin) sukses . Ibu kita, guru, kerabat, sahabat semua bisa menjadi pahlawan bagi kita.  Tetapi, siapa sebenarnya pahlawan sejati kita..?

Ibu kita, ya.. ibu..! Bener..,ibu kita..! Beliaulah pahlawan sejati kita. Sering kita lupa bahwa pahlawan dari semua anak manusia adalah I-B-U..!  Beliau selalu berjuang melawan rasa mual-mual, ketika kita baru akan menjadi janin. Beliau berjuang melawan rasa pusing, akibat tekanan darah yang menurun karena setiap ibu hamil darahnya menjadi lebih encer. Sering terganggu tidurnya karena sering pipis, akibat kandung kemih yang tertekan pembesaran rahim tempat kita tumbuh. Belum lagi nafasnya  menjadi sesak dan terengah-engah  saat hamil tua, akibat rahim mendesak rongga dada. Sehingga pada akhirnya mendesak  paru-paru juga.

Dengan berbagai rasa tidak nyaman yang dilalui selama sembilan bulan sepuluh hari, beliau tetap berani menjalani semua aktifitas kesehariannya tanpa keluh kesah. Termasuk berani mengambil resiko mengalami perdarahan, kejang-kejang atau bahkan mungkin kematian, hanya demi melahirkan kita sebagai makhluk yang di kemudian hari sering mengecewakan beliau.

Sampai kita bisa lahir dan  menghirup segarnya udara bebas yang ada di dunia, itu baru sepotong kecil bentuk perjuangan ibu. Masih panjaang dan laaamaaa perjuangan beliau untuk menjaga dan membesarkan kita. Dan nampaknya perjuangan serta do'a seorang ibu untuk anaknya tidak akan pernah berhenti sampai akhir hayatnya. Perjuangan itulah yang sering kita lupakan begitu saja. Entah itu sengaja melupakan atau memang kita benar-benar lupa.

Tanyalah kembali kepada diri kita. Ingatkah kita kepada perjuangan ibu untuk mencari biaya sekolah, ketika anda lulus sekolah ? Ingatkah kita kepada ibu, ketika kita sedang diterima di sebuah perusahaan dan mendapat gaji pertama kali ? Ingatkah kita kepada ibu, ketika kita makan-makan dengan teman sekantor merayakan kenaikan jabatan kita ?

Rasanya kita terlalu disibukkan dengan dunia kita sendiri, sehingga kita sering melupakan beliau. Bahkan sekedar telpon atau SMS mengabarkan bagaimana kondisinya saja sering kita lupa. Inikah balas budi kita terhadap pahlawan dalam hidup kita..? Pahlawan yang telah memberi warna dalam hidup kita?

Pernahkan kita membayangkan, jika suatu saat ibu kita tidak bisa membeli beras sementara kita sering membuang nasi yang tersisa ? Seberapa sering kita mengirimkan sebagian uang kita untuk ibu, sementara gaji kita habis untuk membeli rokok, membeli barang mewah yang sebenarnya gak perlu, atau bahkan( mungkin ) juga membeli wanita?

Astaghfirullah..., segeralah kita kembali kepada ibu. Mari kita peluk  erat-erat beliau, kita dengarkan dan rasakan kembali setiap detak jantungnya yang mengiringi langkah perjuangan beliau. Perjuangannya dalam menuntun dan membukakan mata hati kita, untuk selalu ada di jalanNya.

Maafkan anakmu ibu, aku tak akan bisa membalas semua jasa dan perjuanganmu, walaupun hanya setetes air susu. Sungkemku selalu untukmu...

Sumber pendukung : sabda.org & Wikipedia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun