Seperti yang telah kita ketahui bersama, sejak hari Selasa (18 nop 2014), pemerintah telah menaikkan harga BBM. Kenaikan harga yang seolah-olah dilakukan secara diam-diam. Meskipun sebenarnya, gaungnya sudah lama terdengar. Hanya saja kepastian kapan dinaikkan harganya memang kemarin belum ada kepastian. Sehingga, banyak SPBU awalnya sepi-sepi saja, atau dengan jumlah kunjungan normal, sontak menjadi penuh dengan antrian panjang semenjak terdengar pengumumam akan dinaikkan harga BBM.
Banyak keluh kesah dari berbagai kalangan yang disampaikan atas kebijakan pemerintah ini. Berbagai cara keluh kesah disampaikan, ada yang menyampaikan dengan demo beramai-ramai, mogok kerja atau mungkin disampaikan lewat tulisan.
Demikian juga saya, saya coba menyampaikan uneg-uneg lewat tulisan berkaitan dengan kenaikan BBM tersebut. Sepertinya menyampaikan sesuatu lewat tulisan akan lebih meminimkan resiko. Meskipun tidak bisa dipungkiri bahwa tulisan bisa membawa seseorang masuk bui. Akan tetapi rasanya lebih bijak menyampaikan lewat tulisan dengan bahasa uyang santun, daripada demo dengan bakar-bakaran dan mungkin terjadi adu jotos.
Akan tetapi saya tidak akan menyampaikan keluh kesah yang berkepanjangan, tetapi lebih kepada pilihan saya untuk menyikapi gejolak yang sedang terjadi. Memang manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna termasuk lengkap dengan selalu berkeluh kesah.
Sangat manusiawi jika kita secara spontan akan menjerit dan teriak, ketika belanja di pasar dan semua harga sudah berubah. Sementara barang yang kita dapatkan sama jumlahnya atau bahkan lebih sedikit. Khususnya kaum ibu, yang hampir setiap hari bergulat dengan berbagai kebutuhan dapur. Hampir semua harga kebutuhan dapur sudah melonjak naik, bahkan jauh sebelum harga BBM dinaikkan.
Apakah kita akan terus menerus berkeluh kesah..? sementara tidak ada solusi dan harga BBMpun juga tidak akan berubah menjadi diturunkan kembali. Rasanya tidak perlu menjerit setiap hari. Toh kita sudah sering mengalami nasib yang sama seperti ini, setiap ada kenaikan haga BBM. Dan kita, masih tetap bisa meneruskan hidup. Kita masih bisa makan, belanja, masih bisa traktir teman, membeli ini-itu dan sebagainya. Walaupun, mungkin kondisinya berbeda. Tetapi menurut saya rutinitas kehidupan masih tetap bisa berjalan.
Saya, bukan termasuk golongan masyarakat yang selalu berkecukupan. Bisa dikatakan saya termasuk golongan yang mempunyai penghasilan yang "hanya" cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam sebulan. Jadi, jika ada kebutuhan yang sifatnya mendadak dan perlu biaya banyak maka saya perlu "cari" ke tempat lain di luar gaji. Kira-kira bisa dipahami ya...karena bahasa halus yang cocok untuk kata "pinjam" sepertinya itu. Maklum..gaji hanya dari pemerintah, itupun tidak masuk kategori bos.
Masalah cukup dan tidak, sebenarnya itu relatif. Tergantung dari kita sendiri yang mengelola. Walaupun penghasilan besar, tetapi kalau kita merasa selalu kurang maka kita tidak pernah akan merasa cukup. Kurang, dan selalu kurang, meskipun hampir setiap tahun mungkin gajinya naik.
Kembali menyoal kenaikan BBM terkait dengan kebutuhan harian. Kalau saya sih simpel saja menyikapinya. Gak perlu pakai tekanan darah tinggi segala. Bisa-bisa kita malah semakin pusing dan akhirnya kita menginap di rumah sakit. Saya tidak mau seperti itu.
Jika kita akan mengurangi pos untuk biaya BBM, kita bisa kok berangkat kerja pakai angkutan umum. Atau, kalau sekiranya jarak tempat kerja tidak terlalu jauh kita bisa naik sepeda sekalian berolah raga. Jadi, sekali menggowes, dua tiga liter harga bensin bisa terkantongi.
Lha kalau untuk urusan dapur..? Gampang juga kok mengatasinya. Kalau biasanya setiap hari ada daging atau ikan, mungkin kita bisa mensiasati dengan frekuensinya agak di kurangi. Bisa saja daging cukup 2 atau 3 kali dalam seminggu. Di padu dengan aneka lauk yang lain. Tempe dan tahu juga tidak kalah kandungan proteinnya. Kalau bosen tempe dan tahu hanya dengan digoreng, bisa dimodifikasi yang lain. Aduhh, gak bisa masak yang aneh-aneh, gak tahu resepnya...alah..! gak usah banyak alasan...Gampang kok, tanya saja mbah Google, ribuan resep dengan bahan yang sederhana dan diolah menjadi masakan penuh cita rasa sudah tersaji di sana.
Urusan shopping dan salon kecantikan bagaimana..? Kalau saya sih, gak begitu pusing juga. Masalahnya saya jarang shopping, karena memangtidak ada posnya he..he. Apalagi ke salon, waduh.., saya mungkin termasuk wanita yang tidak terlalu peduli dengan urusan salon. Sebenarnya gak bagus juga ya..? tetapi, kalau hanya merawat wajah dan tubuh khan tidak harus dengan biaya mahal. Biasanya saya memanfaatkan bahan yang ada di dapur untuk perawtan tubuh. Itupun kalau saya pas kebetulan ingat, he..he..
Misalnya kita sedang mengupas atau mengiris tomat, saya ambil seiris untuk membersihkan wajah. Tidak hanya tomat saja, kalau pas ketemu jeruk nipis, ya pake saja. Kalau pas ketemu telur, pake telur. demikian juga pas kita pengin lalap pakai mentimun, iris dulu sedikit untuk membersihkan wajah. Yang penting jangan pas ketemu sambal ya...bisa mateng nanti muka kita karena kepanasan.
Anda pengin luluran juga..? susu yang ada di lemari es, bisa dituang dikit untuk lulur. Mudah dan praktis khan? gak perlu jauh-jauh ke salon, mana bensinya sudah mahal belum lagi antreannya panjang lagi..aduh..! gak kuku.. dech..!
Beginilah teman, cara saya menghindari tensi tinggi gara-gara BBM naik. Sehingga saya berharap saya selalu diberi kesehatan dan bisa menghadiri Kompasianival yang sebentar lagi digelar. Sampai ketemu ...
selamat siang,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H