Tak ketinggalan pula saja juga bertemu dan sedikit ngobrol dengan pendiri Kompasiana bapak Pepih Nugraha. Wuaah...! ada rasa yang gimanaaa gitu bisa bertemu dengan beliau. Saya bisa bertemu dengan beliau atas jasa baik bapak Dian Kelana yang sejak awal saya datang, beliau terepotkan oleh diri ini. Bagaimana tidak beliau yang menjemput saya, mengantar sampai tempat mbak Seneng Utami dan juga membeikan tumpangan gratis dari mulai berangkat sampai pulang dari TMII tempat Kompasianival digelar. Terimakasih bapak.., mbak Seneng, terimakasih hotel gratisnya.
Iya..hampir lupa, ketemu juga dengan Kang Isjet. Ketemu sudah malam, karena beliau super sibuk. Belum lagi ketemu para admin yang cantik-cantik, aduuuh..makin girang diriku..Apalagi bisa bertemu Bapak Tjiptadinata Effendi serta Ibu Roselina, masih ditambah dapat tanda tangan di buku beliau, wuuiiih...jadi makin semangat belajar untuk menghargai hidup..!
Meskipun kita hanya saling kenal lewattulisanternyata kopdar tersebut lebih mendekatkan tali persaudaraan. Begitu kita bertemu wajah, kita bisa langsung akrab layaknya teman lama. Dan yang saya rasakan, lebih dari sekedar teman. Melebihi saudara malah...!
Mengail ilmu, menuai hikmah
Banyak sekali ilmu yang kudapat di sana. Baik ilmu yang sifatnya teoritis maupun ilmu kehidupan . Ilmu yang bersifat teori saya lebih suka menyebut ilmu dunia, itu kudapat dari beberapa buku yang disediakan masing-masing booth. Meski tidak semuanya saya kunjungi.
[caption id="attachment_380529" align="aligncenter" width="600" caption="Salah satu buku yang memberi saya tambah ilmu (dok. pri)"]
Yang lebih menarik lagi adalah ilmu kehidupan. Dengan mengenal beberapa Kompasianer lebih dekat, ternyata banyak memberikanku ilmu hidup, dan ini lebih bermakna. Karena ilmu ini tidak mungkin di dapat dari kampus manapun. Dan rupanya do'aku dikabulkan Dia Yang Di Atas. Setiap akan pergi kemanapun, dalam hati selalu saya mohon agar selama dalam perjalanan ataupun sampai kembali pulang, saya diberikan perubahan yang bisa membuat saya menjadi lebih baik, sekecil apapun perubahan itu. Dan ternyata betul, banyak hikmah yang bisa kuambil dari Kompasianival.
Yang masih terngiang dalam ingatanku adalah ungkapan manis dari Bapak Ignasius Jonan, Menteri Perhubungan kita yang baru. Beliau menyampaikan bahwa seandainya kita selalu berusaha untuk melakukan satu kebaikan saja dalam satu hari, maka Indonesia kita akan menjadi hebat. Tidak usah muluk-muluk, dimulai dari hal-hal kecil saja. Memungut sampah di jalan misalnya. Okelah Pak Jonan, saya akan belajar ilmu barumu..walau mungkin sulit dipraktekkan, tetapi sepertinya wajib kita coba. Satu hari, satu kebaikan.
Masih ada satu lagi, setiap malam sekitar jam satu atau dua dini hari saya selalu terima sms tentang ajakan sholat tahajud, sesuatu banget ini bagi saya...Lha wong sholat wajib saja saya sering molor-molor waktunya, apalagi tengah malam. Terimakasih sekali lagi atas ilmu akhiratnya..
Kalau sms terjawab berarti saya bisa terbangun dan sholat, jika tidak, berlaku sebaliknya. Namanya juga masih belajar hidup..Dan yang lebih bermanfaat bagi saya adalah bahwa mata saya yang sepertinya agak sipit ini menjadi lebih lebar dalam menatap kehidupan ini. Ternyata banyak sekali arti hidup, yang sebelumnya mungkin belum pernah tercatat dalam agenda kehidupan saya selama ini.
Inilah yang saya sebut sebagai syndroma. Kalau menurut istilah medis syndrome berarti sekumpulan gejala yang muncul pada diri seseorang. Bisa berupa pusing, mual, nyeri kepala, dada berdebar-debar dan lain sebagainya. Itu syndrome yang berkaitan dengan penyakit. Tetapi di Kompasianival 2014 saya lebih bisa merasakan adanya syndrome kebaikan. Kumpulan kebaikan hidup yang bisa diambil hikmahnya. Semoga syndrome ini akan terusmenjangkiti hidup saya, amiin..Terimakasih Kompasianival...