Mohon tunggu...
Noe Groho
Noe Groho Mohon Tunggu... -

Hidup penuh cinta maka warnailah hidup ini dengan menyelaminya perlahan masuk lebih dalam lalu jangan melarikan diri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Waras yang Genit

15 Juni 2016   14:08 Diperbarui: 15 Juni 2016   14:20 4
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mucul Waras dihadirat, gemulai cantik merah menarik, diperebutkan untuk dimiliki dan akhirnya Waras naik gengsi sampai akhirnya muncul tabib yang menyatakan Waras tidak normal dan sang tabib membiarkan Waras keluar setelah didiagnosa oleh tabih,  tetapi tiba-tiba Waras  meloncat tinggi dan berwarna terang membara kesatu arah, menggelinding halus agar mudah ditangkap tetapi sayang, terang membara itu sangat panas, dia ditolak keras untuk kembali dan menggelinding kesana kemari tak tentu arah dan semakin liar karena  teriakan penonton yang seolah ingin ikut tapi tidak punya tiket, ingin masuk tapi belum cukup dewasa, akhirnya penonton hanya berteriak liar agar merasa paling didengar.

Berkelananya Waras kesana kemari tanpa arah membuat  dunia keWarasan geger sehingga terdengaar oleh padepokan utama dan segera memerintahkan pandito tepuk yang mengurusin keWarasan  harus turun tangan, dan hanya  sekali tepuk Waras ditangkap dan dimasukan kedalam bilik kecil agar mudah dilihat.

Sang pandito setiap hari mengamati kenapa Waras ini, jika dilihat kadang tersenyum kadang marah atau diam sampai akhirnya sang pandito kewalahan karena teriakan penonton makin sering  didengar.

Dengan ijin padepokan maka  pandito tepuk  mengundang pandito garuk, pandito lambai dan pandito-pandito  lain yang mumpuni untuk membantu melihat kondisi Waras yang ternyata semakin dilihat banyak pandito, semakin baik dan mejadi jelas dan  Waras mulai kelihatan tenang dan mulai mau bicara banyak.

Setelah beberapa waktu dan dirasakan cukup tenang akhirnya Waras dilepaskan kembali dengan upacara pelepasan yang disaksikan oleh para petinggi atau paling tidak merasa petinggi.

 Wajah Waras sudah tidak membara lagi, warna merahnya enak dilihat apalagi ketika dilepaskan dengan senyum pandito tepuk, dia berjalan lembut dan apik, pandito tepuk pun tersenyum dan puas.

Tetapi sayang rupanya penonton masih belum puas termasuk sebagian petinggi yang hadir, mereka tidak suka melihat Waras menjadi lembut dan mereka kembali berteriak saling keras, apalagi ketika mereka meminta Waras  dikembalikan  kerumah sang tabih  untuk didiagnosa ulang.

Waras menjadi lebih cantik atau malahan liar tergantung penonton dan pandito tepuk tetap merasa bahwa Waras itu masih normal sementara sang tabib sudah mulai siap-siap.

Waras negeri ku, Waras bangsaku

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun