Mohon tunggu...
Nuruma Uli Nuha
Nuruma Uli Nuha Mohon Tunggu... Guru - Aesthetic Of Nature

Alumni Universitas Pertahanan Indonesia yang juga sedang fokus menjadi penulis artikel dan jurnal pop di beberapa media. Mulai mengembangkan hobi membaca dan menulis ketika sedang menempuh pendidikan S2 di UNHAN. Saya sangat tertarik dengan isu sosial, politik, sejarah serta ekonomi.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Dinamika Ketegangan dan Proliferasi Nuklir di Semenanjung Korea

13 September 2024   19:55 Diperbarui: 13 September 2024   19:58 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Di sisi lain, kekhawatiran akan peningkatan perlombaan senjata nuklir di Asia Timur semakin relevan dengan semakin meningkatnya kapabilitas militer Korea Utara. Jepang dan Korea Selatan mungkin akan mulai mempertimbangkan opsi nuklir jika ancaman terus meningkat, memicu efek domino di kawasan. Selain itu, kegagalan diplomasi internasional untuk membatasi program nuklir Korea Utara dapat menginspirasi negara-negara lain, seperti Iran, untuk mengambil langkah serupa, yang pada akhirnya akan memperburuk situasi global. Tanpa upaya diplomatik yang lebih kuat dan konsisten, serta keterlibatan yang lebih besar dari komunitas internasional, risiko konflik nuklir dan ketidakstabilan regional akan terus mengancam.

Proliferasi Nuklir sebagai ancaman atau pencegahan

Meski proliferasi nuklir sering dianggap sebagai ancaman besar bagi keamanan global, teori deterrence (pencegahan) yang dikemukakan oleh Kenneth Waltz mengemukakan pandangan yang berbeda. Waltz berargumen bahwa senjata nuklir, pada tingkat tertentu, dapat menciptakan stabilitas internasional karena meningkatkan risiko perang yang terlalu mahal untuk dihadapi. Negara-negara dengan kemampuan nuklir cenderung lebih berhati-hati dalam bertindak karena tahu bahwa serangan balasan bisa menghancurkan mereka. Namun, teori ini bukan tanpa kritik. Risiko eskalasi yang tidak terkendali, kecelakaan nuklir, atau penggunaan senjata nuklir oleh negara-negara dengan rezim yang tidak stabil tetap menjadi kekhawatiran utama. Selain itu, proliferasi nuklir di kawasan yang sensitif seperti Asia Timur dapat mendorong lebih banyak negara untuk mengembangkan senjata pemusnah massal, menciptakan perlombaan senjata yang sulit dikendalikan.

Di Asia Timur, dilema keamanan terus berlanjut, dengan peningkatan kemampuan militer yang tak terhindarkan. Korea Utara melihat senjata nuklir sebagai satu-satunya cara untuk menjaga kedaulatannya, sementara negara-negara tetangganya, seperti Korea Selatan dan Jepang, semakin khawatir akan eskalasi militer yang bisa mengancam perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut. Lebih lanjut, proliferasi senjata nuklir juga memicu kekhawatiran bahwa negara-negara lain, seperti Iran, mungkin terinspirasi untuk mengembangkan program nuklir mereka sendiri. Situasi ini menciptakan ketegangan baru dalam dinamika politik global, karena semakin banyak negara yang melihat senjata nuklir sebagai jaminan untuk menjaga kedaulatan dan keamanan mereka.

Ketegangan di Semenanjung Korea dan proliferasi nuklir di kawasan ini memiliki dampak yang mendalam pada stabilitas global. Upaya denuklirisasi yang terus gagal dan berkembangnya kemampuan nuklir Korea Utara menciptakan lingkungan yang penuh ketidakpastian, baik di tingkat regional maupun internasional. Meski teori deterrence memberikan pandangan bahwa kepemilikan senjata nuklir bisa menciptakan stabilitas melalui efek pencegahan, risiko dari proliferasi yang tidak terkendali tetap menjadi ancaman nyata bagi perdamaian dunia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun