Rumah kontrakan di bilangan Puri Kelod, Denpasar, Bali disatroni maling. Pelaku kejahatan mengobrak-abrik rumah yang saat itu berada dalam kondisi kosong karena ditinggal penghuninya yang tengah mudik Lebaran.
Kontan saya sedih membaca berita itu. Dalam hati, saya bertanya-tanya. Kok, tega-teganya pencuri melakukan aksi biadabnya di saat Hari Kemenangan? Bukankah ujian berpuasa selama sebulan penuh semestinya mensucikan hati dan pikiran?
Sudah begitu, rumah kontrakan pula. Sebagai mantan pengontrak rumah, saya bisa merasakan kepedihan yang dialami korban. Seseorang mengontrak rumah pasti karena belum bisa membeli rumah. Bukan orang kaya atau konglomerat.
Dengan kata lain, sudah jatuh, tertimpa tangga pula. Dikabarkan pula, sedikitnya uang tunai senilai Rp6 juta dan sejumlah perhiasan emas raib tak berbekas. Total kerugian ditaksir mencapai Rp21 juta.
Padahal, korban meninggalkan rumah dalam keadaan pintu terkunci. Begitu pula dengan lemari, tempat korban menyimpan barang berharganya. Semua terkunci. Lampu kamar pun sengaja dipadamkan supaya tidak menarik perhatian.
Betapa kagetnya korban ketika kembali ke rumah. Pintu utama berada dalam keadaan rusak, diduga karena maling mendobrak menggunakan benda tumpul. Lemari dalam keadaan terbuka, kamar amburadul bak ditiup angin puting beliung.
Korban hanya bisa terkulai lemah ketika mengecek amplop berisi uang dan perhiasannya telah hilang tanpa jejak. Kendati sudah melapor polisi dengan bermodal rekaman CCTV, hingga kini kabarnya pelaku belum juga tertangkap.
Rumah Aman Selama Lebaran
Berita tadi menyadarkan kita semua. Bahwa mengunci rumah dan lemari tempat barang berharga nyatanya tidak berhasil mencegah pencuri menggasak barang berharga milik kita.
Sekilas terdengar menyesakkan. Tetapi itulah memang fakta alias kenyataannya. Seyogianya menjadi peringatan bagi kita untuk lebih ekstra hati-hati ketika meninggalkan rumah dalam rangka mudik Lebaran.