Keberadaan Ramadan sedikit banyak mempengaruhi sendi-sendi kehidupan. Bukan hanya sisi ekonomi, seni-budaya juga menjadi aspek yang dipengaruhi oleh keberadaan bulan penuh ampunan ini.
Buktinya, banyak dendang religi yang lahir untuk menambah kekhusyukan kita selama berpuasa. Mulai dari yang bernuansa lirih mendayu-dayu, hingga yang berlatar semangat menggebu-gebu, semuanya tumpah jadi satu.
Nah, salah satu lagu religi favorit saya adalah "Sajadah Panjang" yang dipopulerkan oleh Bimbo. Generasi lawas hingga milenial akhir pasti akrab dengan lagu yang satu ini.
"Ada sajadah panjang terbentang. Hamba tunduk dan sujud."
Kira-kira begitu bunyi lirik masyhur yang dilantunkan Sjam, pentolan Bimbo, lewat suara emasnya.
Kembali Bersimpuh
Lagu bertempo lambat itu seakan mengingatkan para pendengarnya untuk mengingat Tuhan. Terkadang, gara-gara lika-liku dan dinamika dunia, manusia lupa akan keberadaan Sang Pencipta.
Kita yang bekerja di kantor seringkali lupa salat tepat waktu lantaran terlampau sibuk rapat maraton. Kita yang mengais nafkah lewat jalan berusaha tidak jarang alpa membaca Quran karena terlalu sibuk mengejar target orderan.
Kealpaan kita terhadap Tuhan inilah yang disasar "Sajadah Panjang". Persis seperti penggalan bait ketiganya, "Mencari rezeki mencari ilmu, mengukur jalanan seharian. Begitu terdengar suara azan, kembali bersimpuh hamba."
Apa yang dipopulerkan Bimbo punya makna serupa dengan bulan Ramadan. Di antara dua belas bulan dalam setahun, hanya bulan Ramadan yang punya muatan lebih dalam konteks ibadah.
Mulai dari berpuasa hingga salat malam. Mulai dari berzakat hingga salat Idulfitri. Mulai dari bersedekah hingga war takjil. Semua bermuara dari bulan yang kedudukannya paling mulia di sisi Tuhan: Ramadan.
Sebegitu pentingnya ibadah di bulan Ramadan, sampai-sampai Tuhan berjanji melipatgandakan pahalanya. Tidak main-main, faktor pengalinya pun hingga puluhan kali lipat. Bonusnya, Tuhan juga menyiapkan ampunan bagi hamba-Nya yang sukses melewati ujian sebulan penuh.
Nikmat mana lagi yang kau dustakan?
Nah, besarnya nilai ibadah di bulan Ramadan ini seakan menegaskan kepada kita bahwa ada saatnya mengejar dunia, tetapi jangan lupakan amal untuk bekal akhirat.
Setelah sebelas bulan berjibaku dengan urusan dunia, kita seperti diminta berhenti sejenak untuk merefleksi diri. Berhenti sesaat demi meluruskan kembali niat. Dan berhenti sebentar buat menggapai ampunan.
Berbagai daerah juga mewajibkan penduduknya untuk menghormati bulan Ramadan. Tempat hiburan malam ditutup sementara. Sebaliknya, lantunan ayat suci Al Quran bergema dari balik masjid-masjid yang berisi jamaah tarawih.
Di bulan Ramadan, kita juga dituntut lebih peduli terhadap sesama. THR yang kita peroleh sebagian disalurkan lagi kepada mereka yang membutuhkan. Anak-anak di panti asuhan bergembira lantaran donasi dan santunan warga umumnya naik tajam saat bulan puasa.
Itulah secuil sisi-sisi kebaikan Ramadan yang ingin diingatkan Bimbo kepada para pendengarnya. Grup musik yang didirikan pada 1966 ini seakan ingin mengingatkan kita bahwa jangan sampai ikhtiar duniawi kita lebih panjang dari sajadah. Jangan.
Sekadar Interupsi
Berburu kemaslahatan dunia memang tidak dilarang. Hanya saja, Tuhan sudah mengingatkan kita bahwa kehidupan di dunia ini hanyalah permainan yang melalaikan. Ibarat kesenangan yang menipu.
Umat muslim meyakini bahwa kehidupan yang sesungguhnya, yang abadi dan tak lekang dimakan kala, adalah kehidupan di akhirat nanti. Satu-satunya cara untuk memperoleh kehidupan bahagia di akhirat nanti ialah memperoleh pertolongan dan ampunan-Nya.
Nah, pertolongan dan ampunan Tuhan akan datang ketika kita tunduk dan patuh. Salah satu bentuk ketundukan kita sebagai hamba adalah menjalankan perintahnya, termasuk dalam urusan ibadah.
Keberadaan dunia yang hanya sesaat ini kemudian dilukiskan Bimbo dalam bait kedua. Bunyinya, "Hamba tunduk dan sujud, di atas sajadah yang panjang ini, diselengi sekedar interupsi."
Saya menduga, frasa "sekedar interupsi" tadi menggambarkan kehidupan dunia. Dunia diibaratkan interupsi sesaat yang keberadaannya tidak boleh membuat kita meninggalkan sajadah panjang.
Seenak-enaknya nikmat dunia, jangan sampai merusak amal ibadah yang kita kumpulkan untuk bekal akhirat. Secinta-cintanya kita pada dunia, jangan sampai melalaikan kita dari kewajiban menghamba kepada-Nya.
Dalam konteks itu pula, lagi-lagi, bulan Ramadan menjadi momentum yang amat baik untuk kembali mengingatkan kita bahwa kehidupan dunia itu bersifat fana. Ada kehidupan akhirat yang menanti dan saldonya perlu dipertebal dengan amal ibadah.
Menyentuh Hati
Kelebihan lain dari "Sajadah Panjang" adalah nuansa lirih yang ditawarkannya. Denting gitar Atjil dan Guntur dalam lagu "Sajadah Panjang" dijamin membuat hati siapa pun yang mendengar tersentuh.
Saya menduga banyak orang bertobat gara-gara mendengar "Sajadah Panjang".
Yang berlumur dosa segera mengambil wudu, lantas salat dan bersujud mengakui segala maksiat yang pernah dilakukannya. Seraya berjanji tidak akan pernah mengulanginya kembali hingga ajal datang menjemput.
Yang bertakwa juga tidak mau kalah. Sadar amal ibadahnya masih bernilai seujung kuku, "Sajadah Panjang" menjadi pelecut untuk berlomba-lomba mengejar kebaikan. Tetap tawadu dan menjauhi riya, agar pundi-pundi amal diganjar ampunan oleh Sang Pencipta.
Untuk urusan menyentuh hati, harus kita akui Jaka Bimbo jenius dalam menggubah lagu "Sajadah Panjang". Kredit juga perlu kita sematkan pada sastrawan Taufiq Ismail, yang sukses menganggit lirik yang tak lekang ditelan zaman.
Saking suksesnya, lagu "Sajadah Panjang" kemudian didaur ulang oleh sejumlah musisi kondang Tanah Air. Mulai dari Gigi, Sheila on 7, Noah, hingga Yovie & The Nuno.
Ariel, vokalis Noah, bahkan sampai menitikkan air mata saat syuting video klip "Sajadah Panjang" pada 2016. Ia mengaku terbawa suasana lirik yang menguras emosi itu hingga menangis.
Adegan Ariel menangis itu pun akhirnya dimasukkan ke dalam video klip oleh Rizal Mantovani, Sang Sutradara. Sebenarnya, Rizal sendiri terkejut karena tidak pernah meminta Ariel untuk menangis.
Berhubung tangisan Ariel dinilai sangat natural, Rizal pun setuju memasukkan adegan itu ke dalam karyanya. Hasil aransemen ulang "Sajadah Panjang" oleh Noah ini kemudian sukses masuk nominasi ajang Anugerah Musik Indonesia 2016.
Tanda-tanda Kebesaran-Nya
Keandalan Bimbo dalam melahirkan lagu religi memang tidak perlu diragukan. Grup musik beranggotakan empat orang kakak beradik ini banyak menelurkan karya religi yang ikonik.
Sebut saja "Tuhan" atau "Bermata Tapi Tak Melihat". Dua lagu itu tidak kalah dahsyat dibanding "Sajadah Panjang". Nuansanya juga sama, lirih dan mendayu. Seakan bertujuan mengingatkan kembali keberadaan Tuhan di setiap hati para pendengar.
Kamu yang termasuk ke dalam barisan generasi Z atau alpha, tidak ada salahnya mengulik kembali tembang religi lawas. Saya jamin akan banyak inspirasi yang kamu peroleh. Di samping liriknya yang mendalam, maknanya juga masih relevan hingga sekarang.
Yang patut digarisbawahi, seberapa gesit kita mengambil makna lagu religi menjadi hal yang amat krusial. Sebab Tuhan telah berpesan, tanda-tanda kebesaran-Nya tersebar di mana-mana bagi kita yang mau berpikir dan merenung.
Bagi saya, salah satu tanda kebesaran-Nya tersaji dalam karya hamba-Nya macam "Sajadah Panjang". Bukan begitu, Kawan? [Adhi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H