Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Jejak Karbon dan Transformasi Kolektif

30 Juni 2023   22:55 Diperbarui: 1 Juli 2023   04:07 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ayo rawat bumi dengan mengurangi jejak karbon. Sumber: Pixabay/AndreasAux

Sebenarnya, bumi punya cara sendiri untuk pulih kembali. Berkaitan dengan pengurangan emisi, ada hutan, tanah, dan lautan yang mampu menyerap karbon secara alami. Secara kumulatif, hutan dan lautan mampu menyerap sekitar 50 persen karbon dioksida yang dipancarkan dari atmosfer bumi.

Hanya saja, kemampuan bumi untuk menyerap karbon kian terkikis. Institut Sumber Daya Dunia (WRI) mencatat, dunia kehilangan 4,1 juta hektare hutan primer tropis sepanjang 2022, atau meningkat 10,8 persen dibanding 2021. Sejak 2002, bumi telah kehilangan tidak kurang dari 60 juta hektare hutan primer, lebih luas dari Pulau Sumatra.

Maka dari itu, kepedulian kita terhadap kelestarian lingkungan harus ditingkatkan. Bahkan wajib menjadi karakter dan budaya kita sejak sekarang. Sebab tiada tempat lain bagi umat manusia untuk melanjutkan kehidupan kecuali di atas muka bumi.

Dalam tataran praktis, menjaga kelestarian lingkungan bersumber dari dua muara. Pertama, di tingkat individu. Kendati tidak bisa dihilangkan sepenuhnya, kita perlu mengurangi atau membatasi penggunaan energi fosil. Misalnya menggunakan kendaraan umum untuk aktivitas sehari-hari.

Mulailah dari hal-hal kecil. Pendingin udara, misalnya. Manfaatkan fitur pengatur waktu sebelum kita tidur agar pendingin udara bisa mati secara otomatis saat kita sudah terlelap. Selain itu, pastikan lampu-lampu di kamar juga mati saat sedang tidak digunakan.

Aksi sesederhana amsal di atas bisa menyelamatkan bumi. Fakta itu terbetik dari jurnal terbitan Energy Research & Social Science. Jumlah karbon dioksida yang bisa dihemat selama Earth Hour, gerakan tidak menggunakan listrik selama sejam, mencapai 754,8 juta ton.

Jurnal itu juga memaparkan sejumlah komparasi mencengangkan. Gerakan Earth Hour secara koletif punya manfaat yang sebanding dengan menanam 27 juta pohon. Jika satu pohon bisa menghasilkan oksigen untuk 177 orang, maka aksi Earth Hour akan menyelematkan 4,8 miliar jiwa dari bencana kekurangan oksigen.

Fakta-fakta tadi semestinya bisa memantik kesadaraan kita agar lebih serius merawat bumi. Terlebih, kita telah memasuki era digital. Sebuah era ketika segala informasi dan ilmu pengetahuan bisa diperoleh secara lebih mudah. Termasuk menghitung jejak karbon atas aktivitas yang kita geluti sehari-hari.

Ya, cukup bermodal gawai dan internet, karbon kalkulator bisa kita temukan dengan mudah. Buka saja situs karbonku.id. Di sana, kita bisa menghitung berapa karbon yang kita produksi. Lengkap dengan komparasi rata-rata produksi karbon per kapita di tingkat dunia maupun kawasan Asia Tenggara.

Dengan data, seharusnya wawasan kita lebih terbuka. Jika gaya hidup kita selama ini ternyata menelurkan karbon yang lebih tinggi dari rata-rata orang di bumi, maka kita perlu segera mengubahnya. Jika tidak, dampak negatif perubahan iklim, seperti cuaca ekstrem dan lonjakan udara panas, akan semakin nyata.

Transformasi Kolektif

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun