Dari balik kemudi, ruko dua lantai berdinding hijau itu tampak begitu menggoda. Segera kutatap layar ponsel. Ternyata nyaris pukul dua belas siang. Sejak pagi tadi, perut kami memang belum terisi.
“Udah laper, belum?” Aku bertanya kepada Sang Pujaan Hati.
Istriku mengangguk.
Tanpa berpikir panjang, aku membanting setir ke arah kiri. Kuparkir mobil tepat di muka ruko. Benar saja. Baru turun satu kaki, aroma daging sapi langsung menjerat hidung, kemudian menikam lambung.
“BAKSO RUSUK RAOS. Kualitasnya Daging Sapi Pilihan.”
Selera kami kian tergoda usai membaca kalimat pada spanduk yang dipasang tepat di depan ruko. Dari wanginya, tampaknya memang bukan daging sapi abal-abal.
Dengan penuh percaya diri, kami masuk ke dalam ruko, kemudian menghampiri penjualnya.
“Bang, bakso rusuknya dua porsi, ya!”
***