Jangan nilai buku dari sampulnya. Itu idiom klasik yang gagal diamini oleh sebagian besar manusia. Riset Allure pada 2016 buktinya. Majalah kecantikan asal Amerika Serikat itu mengungkap fakta, delapan puluh persen orang menilai orang lain berdasarkan penampilannya. Anda salah satunya?
***
Saya meyakini, fakta di atas tidak membuat Anda terkejut. Sebab seperti itulah sifat dasar manusia. Menilai orang lain berdasarkan apa yang tampak di hadapan kedua bola mata. Manusiawi. Terutama saat pertama kali bertemu atau berjumpa.
Sebab saat pertama bertemu, yang kita lihat adalah penampilan. Fisik, lebih tepatnya. Lantaran baru sebatas itulah yang bisa kita amati atau awasi. Beda halnya kalau sudah mengenal atau berinteraksi lama. Sifat dan karakter menjadi dua variabel baru dalam konteks penilaian.
Hanya saja, ketika bersosialisasi dan menjalani kehidupan sebagai manusia, tentu kita akan banyak bertemu orang baru. Orang yang belum mengenal sifat dan karakter kita. Orang yang pada awalnya akan menilai kita dari penampilan semata.
Saya ambil satu amsal. Seorang barista di kedai kopi, misalnya. Saya jamin sebagian besar orang yang dijumpainya saat bertugas pasti pelanggan baru. Mereka tidak kenal sifat atau karakter asli Sang Peracik Kopi. Yang pertama kali dilihat pelanggan, lagi-lagi, adalah penampilan.
Contoh di atas menegaskan kita urgensi menjaga penampilan. Oleh karena itu, wajar jika banyak orang memperhatikan penampilannya. Mulai dari ujung kaki hingga ujung kepala. Kata saya, itu sah-sah saja.
Apa pun jenis kelaminnya, pria atau wanita, semua perlu berpenampilan baik. Memang benar, di luar sana, produk kecantikan untuk wanita lebih banyak dijual daripada punya pria. Fakta yang jika salah diartikan, akan memberi satu kesimpulan sesat: yang boleh menjaga penampilan hanyalah wanita.
Siapa bilang?
Nabi menganjurkan pria memotong kuku dan merapikan janggut setiap Jumat. Sang Teladan juga mengajak para lelaki menggunakan wangi-wangian ketika hendak menunaikan salat. Anjuran itu seakan ingin memberi pesan kepada kita bahwa pria juga perlu berpenampilan prima. Tidak awut-awutan apalagi urak-urakan.
Nah, salah satu bagian dari tubuh yang perlu dijaga untuk menunjang penampilan adalah kulit. Kulit yang sehat dan terawat akan memberi kesan awet muda. Sebab kulit adalah organ terluar dari tubuh manusia. Organ yang paling mudah terlihat oleh orang lain. Khususnya kulit wajah.
Memang benar, faktanya, pria lebih malas menjaga penampilan ketimbang wanita. Kata Dr. Eddy Karta, seperti dikutip Antaranews, kecenderungan pria malas merawat itu salah satunya dipengaruhi oleh faktor hormon.
Berbeda dari wanita, hormon testosteron yang banyak diproduksi oleh remaja lelaki membuat kulit gampang berminyak. Itu sebabnya kulit pria lebih lambat menua ketimbang wanita. Lantaran tampak lebih muda, pria jadi malas merawat kulit. Padahal, perawatan kulit saat muda lebih mudah dilakukan ketimbang saat senja.
Dan tentu saja, tantangan merawat kulit akan terasa lebih sulit ketika berpuasa. Saat berpuasa, tubuh akan kekurangan banyak asupan dan cairan. Padahal, kulit juga perlu hidrasi yang cukup agar tetap segar, kenyal, sehat, dan tidak mudah iritasi.
Oleh karena itu, perlu jurus jitu dan kiat khusus untuk merawat kesehatan kulit saat bulan puasa. Tanpa berlama-lama, mari kita kuliti tiga kiat merawat kulit pria saat bulan puasa.
Pertama: Cukup Minum Air Putih
Berpuasa di siang hari semestinya tidak menghalangi kita mencukupi kebutuhan air dalam sehari. Idealnya, kata Kementerian Kesehatan, orang dewasa perlu asupan air putih paling sedikit delapan gelas per hari. Masing-masing gelar berukuran 230 mililiter, atau total 2 liter dalam sehari.
Lagipula, cukup minum air putih punya segudang manfaat bagi kesehatan kulit. Mulai dari menjaga kelembapan kulit, mencegah penuaan dini, membuat kulit lebih cerah dan bersinar, hingga mencegah dan meredakan gangguan pada kulit.
Ketika berpuasa, tinggal diatur saja pola minumnya. Dari kebutuhan delapan gelas, bagilah ke dalam empat fase. Dua gelas saat berbuka, dua gelas sebelum tarawih, dua gelas sebelum tidur, dan dua gelas saat santap sahur.
Kalau lebih dari delapan gelas per hari bagaimana?
Lebih-lebih sedikit, ya, enggak apa-apa. Asal jangan terlalu banyak. Karena apa-apa yang dikonsumsi secara berlebihan tidak baik bagi tubuh. Berlebihan minum air putih juga begitu. Pasti frekuensi ke kamar kecil jadi lebih sering.
Jadi, secukupnya saja. Delapan gelas per hari sudah cukup membuat kulitmu terhidrasi sepanjang hari.
Kedua: Cukup Istirahat
Begadang, jangan begadang. Kalau tiada artinya. Begadang boleh saja, kalau ada perlunya.
Penggalan lagu klasik yang dipopulerkan oleh Rhoma Irama itu seperti menegaskan kita akan pentingnya beristirahat cukup. Jangan salah, kurang istirahat dapat menyebabkan kesehatan kulit menurun.
Sering kita dengar, tidur, terutama tidur malam, ialah waktu bagi tubuh untuk melakukan apa yang disebut dengan detoksifikasi. Menghilangkan racun-racun dari dalam tubuh serta menyembuhkan tubuh dengan sendirinya.
Jika kita alihkan waktu tidur untuk beraktivitas, maka proses detoksifikasi tubuh tidak akan bekerja secara optimal. Alhasil, tubuh mudah lelah, lemas, letih, dan rentan terserang berbagai penyakit.
Begitu juga dengan kesehatan kulit. Kurang tidur akan meningkatkan produksi hormon kortisol yang bisa memperburuk kondisi inflamasi kulit. Kalau Anda sedang terluka dan kebetulan jarang tidur, maka waktu penyembuhannya akan jadi lebih lama.
Sebaliknya, istirahat cukup akan membuat kulit lebih sehat. Sebab racun-racun yang bersemayam dalam kulit akan didetoksifikasi oleh tubuh saat kita tertidur pulas. Alhasil, kulit akan tampak dan terasa lebih segar serta prima.
Tapi, jangan sampai kiat ini dijadikan alasan untuk bermalas-malasan, ya! Mentang-mentang puasa, kerjaannya cuma tidur. Tidur subuh, baru bangun jelang Magrib.
Terlalu banyak tidur akan berdampak buruk bagi kesehatan. Produksi insulin terganggu dan gula darah tidak terkontrol. Gula darah tinggi ini dapat memicu obesitas. Aih!
Jadi, secukupnya saja, ya. Lekas tidur usai tarawih. Jangan lupa pasang alarm, supaya bangun saat tiba waktu sahur.
Ketiga: Penuhi Kebutuhan Vitamin E
Vitamin E mengandung banyak antioksidan yang berfungsi mencegah kerusakan sel, termasuk sel kulit. Vitamin E dalam jumlah yang cukup juga akan memperbaiki sel-sel kulit yang rusak akibat paparan sinar UV. Pas banget buat kita orang Indonesia yang tinggal di bentang khatulistiwa.
Asupan vitamin E dapat kita temukan pada beberapa deret makanan. Mulai dari almond, biji bunga matahari, bayam, dan brokoli. Hanya saja, seringkali asupan vitamin E dari makanan saja tidak cukup.
Oleh karena itu, kita perlu mengonsumsi suplemen atau makanan tambahan yang mengandung vitamin E. Paling mudah, ya, konsumsi suplemen vitamin E yang banyak dijual bebas di pasaran.
Tapi jangan salah. Lagi-lagi, apa-apa yang dikonsumsi secara berlebihan punya dampak yang tidak baik bagi kesehatan. Termasuk vitamin E. Kata Harvard School of Public Health, seperti dikutip Hellosehat, batasan dosis vitamin E dalam sehari adalah 1000 miligram. Jangan lebih, ya.
Nah, memenuhi kebutuhan vitamin E punya beragam dampak positif bagi kesehatan kulit. Mulai dari mengurangi iritasi atau peradangan pada wajah, mengurangi pigmentasi kulit, hingga menjadikan kulit lebih sehat, halus, dan lembut.
Kata Penutup
Itu tiga kiat menjaga kesehatan kulit saat berpuasa. Tiga kiat yang berbeda tetapi saling melengkapi, dan punya satu pesan serupa. Janganlah berlebih-lebihan. Kendati awalnya baik bagi kulit, jika berlebihan, maka justru berdampak negatif bagi kesehatan kulit.
Persis seperti makna yang terkandung dalam ibadah puasa Ramadan yang tengah kita jalani. Kewajiban tidak makan-minum di siang hari memberi pesan bahwa tubuh juga perlu jeda.
Oleh karena itu, sudah saatnya saya mengambil jeda. Semoga besok kita bertemu lagi dalam topik dan artikel yang berbeda. Sampai jumpa! [Adhi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H