Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Ramadan

Kisah Inspiratif dari Balik Detik-detik Kemerdekaan

9 April 2023   23:23 Diperbarui: 10 April 2023   00:16 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bukan apa-apa. Soekarno berkata, naskah proklamasi bukanlah naskah sembarangan. Naskah proklamasi tidak ubahnya simbol puncak perjuangan rakyat Indonesia dalam mengusir penjajah. Agar Indonesia tidak lagi tertindas dan sanggup berdiri sederajat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.

Maka dari itu, naskah proklamasi harus memuat langkah apa yang akan dilakukan Indonesia setelah mengutarakan kemerdekaannya. Sepenting itu sampai-sampai para perumus naskah, terdiri dari Soekarno, Mohammad Hatta, dan Ahmad Soebardjo; kudu mendapat restu dari para tokoh nasional dan agama.

Desakan terus berdatangan. Dua hari lalu, golongan muda di bawah komando Sukarni dkk. yang kebelet merdeka sampai-sampai mengamankan Soekarno dan Hatta ke Rengasdengklok, Karawang. Mereka mendesak Soekarno dan Hatta agar segera mengumumkan kemerdekaan Indonesia.

Untung saja ada Ahmad Soebardjo.

Diplomat ulung yang jago berorasi dan bernegosiasi itu sukses meyakinkan barisan pemuda bahwa cita-cita memerdekakan Indonesia bukanlah milik kelompoknya saja. Memproklamasikan kemerdekaan Indonesia adalah asa seluruh rakyat Indonesia.

Untuk itu, Ahmad Soebardjo juga memastikan proklamasi kemerdekaan Indonesia akan dihelat pada 17 Agustus 1945. Tapi sebelum itu, biarkanlah Soekarno dan Hatta menyusun naskah proklamasi dengan tenang di rumah Laksamana Maeda.

Dan di sinilah Sayuti Melik berada. Menanti perintah ketik yang belum turun juga.

Satsuki Mishina, asisten rumah tangga Laksamana Maeda sekaligus satu-satunya perempuan yang ada di rumah bersejarah itu, memainkan peran yang tidak kalah penting. Sajian sahur malam itu diracik dari kedua tangannya.

Tidak ada nasi. Yang ada roti, telur, dan ikan sarden. Cukup untuk memasok gizi para penyusun naskah proklamasi. Supaya hasilnya cermat, tidak keliru, dan bisa diterima oleh seluruh lapisan masyarakat Indonesia.

Kendati demikian, tidak ada yang benar-benar menikmati sajian sahur malam itu. Seluruh pikiran, perasaan, dan perhatian sepenuhnya tersita oleh secarik kertas. Secarik kertas yang akan menentukan nasib perjuangan kemerdekaan Indonesia. Secarik kertas yang, jika kontennya berhasil dibacakan pagi nanti, babak baru menanti rakyat Indonesia.

Babak baru berupa mengisi kemerdekaan. Cita-cita mulia yang didambakan oleh semua orang. Termasuk mereka yang lebih dulu gugur di medan perang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun