Harta, tahta, dan wanita bukan lagi ukuran kesuksesan seorang pria. Pada era digital, anggapan itu telah berubah menjadi harta, tahta, dan kuota. Daripada putus kuota, lebih baik switch aja!
***
Tahun ini adalah tahun keempat saya menjalani profesi ganda. Sepanjang pekan saya bekerja sebagai analis ekonomi di salah satu lembaga negara. Mengutak-atik angka dan data, menyusun tabel dan grafik, untuk selanjutnya diolah dan dirangkai menjadi analisis maupun kajian ekonomi terkini.
Begitu akhir pekan tiba, segala urusan kantor saya singkirkan sejenak. Dasi dan kemeja kerja saya tanggalkan, berganti jubah menjadi seorang blogger. Kecuali diterpa sakit atau ada urusan mendadak, rutinitas menulis di platform digital saya lakoni dengan konsisten dan sepenuh hati.
Suatu ketika sejawat di kantor pernah bertanya. Katanya, apa yang melandasi keputusan saya menjalani peran “hidup di dua alam”? Sudah nyaman terima gaji tiap akhir bulan, kenapa harus bersusah-payah merangkai kata pada platform digital?
Well, kepadanya saya hanya menjawab. Setiap orang butuh berekspresi. Bagi saya, menulis adalah cara saya mengekspresikan diri. Melalui rangkaian aksara, saya bebas menuangkan ide dan gagasan sesuka hati. Dan, pada era digital, blog adalah media literasi yang paling banyak dibaca dan dicari orang. Sederhana, kan?
Sekalipun tugas analis ekonomi dan blogger bak langit dan bumi, namun keduanya punya satu kesamaan. Sama-sama memerlukan sokongan atau dukungan internet. Apalagi, sejak pandemi COVID-19 melanda dunia dan aktivitas fisik dibatasi, boleh dibilang internet adalah satu-satunya media yang bisa kita gunakan untuk terus berkarya.
Sejak enam bulan lalu kantor saya menerapkan kebijakan bekerja dari rumah, atau work from home (WFH), kepada sebagian besar karyawannya, termasuk saya. Aktivitas yang semula dilakukan secara tatap muka, kini dilakukan secara virtual.
Uniknya, kebiasaan baru berupa temu wicara virtual bukan hanya lazim dilakukan untuk urusan kantor, tetapi juga menyasar dunia kepenulisan. Dalam enam bulan terakhir, sudah tiga penyelenggara meminta saya menjadi narasumber dalam lokakarya kepenulisan.
Beberapa di antaranya bahkan mengusung format serial bersambung. Dengan kata lain, saya harus mengajar kelas menulis sebanyak dua atau lebih sesi dalam satu gelaran lokakarya. Di samping lomba dan kerja sama konten berbayar, inilah cara saya berekspresi sekaligus mendulang pundi-pundi dari dunia kepenulisan digital.
Kuota adalah Segalanya
Meski segala aktivitas, baik tugas kantor maupun blogging, bisa dikerjakan dari rumah, bukan berarti pada praktiknya bebas hambatan. Pernah suatu ketika saya diomeli atasan gara-gara gagal menghadiri rapat virtual pembahasan program kerja bulanan.
Kebetulan, rapat virtual di kantor saya adalah pertemuan sakral yang mesti diikuti seluruh karyawan. Dalam rapat tersebut, kita diminta menguraikan pencapaian bulan lalu dan daftar pekerjaan yang akan dituntaskan pada bulan berjalan.
Lantaran lupa isi kuota, koneksi internet saya tiba-tiba terputus di tengah jalan. Padahal saya belum diberi kesempatan bicara. Sudahlah habis kuota, eh, saldo pulsa juga tandas tak berbekas. Usut punya usut, rupanya tersedot karena kuota internet sudah habis lebih dulu.
Dalam situasi serba-sulit itu, mobile banking yang biasa saya andalkan untuk mengisi pulsa tidak bisa digunakan. Sebab kuota internet sudah benar-benar habis dan akses mobile banking sendiri memerlukan jaringan internet. Akibatnya saya terpaksa tancap gas untuk membeli pulsa di minimarket terdekat.
Sialnya, setelah isi pulsa dan sampai di rumah, rapatnya sudah selesai. Apa yang terjadi selanjutnya bisa kalian tebak. Si Bos menegur saya lewat pesan singkat karena saya dianggap alpa menghadiri rapat bulanan. Kendati duduk perkara telah saya jelaskan panjang-lebar, tetap saja saya harus menerima omelan. Apes!
Cerita di atas benar-benar memberi pelajaran berharga kepada saya. Pada era digital, kuota adalah segala-galanya. Putus kuota pada saat yang tidak tepat bisa membuat karier terancam. Untung saja cuma kena omelan. Andai kejadian itu terulang kembali, bukan tidak mungkin saya dihadiahi turun pangkat. Tidak!
Maka dari itu, kita harus pintar-pintar memilih provider. Kita juga mesti pandai memilah digital telco mana yang benar-benar sesuai dengan kebutuhan. Kalau bisa, pilihlah provider yang anti sedot pulsa supaya saat kuota atau durasi berlangganan habis, kita bisa memperpanjangnya kembali tanpa harus keluar rumah.
Lantaran tidak ingin kejadian serupa terulang kembali, saya langsung beralih ke switch. Bukan apa-apa, layanan telekomunikasi besutan Switch Mobile Indonesia ini siap berikan koneksi 4G penuh serta pengalaman baru menelusuri dunia maya lewat berbagai fitur seru.
Nah, penasaran dengan apa yang melandasi keputusan saya beralih ke switch ketimbang provider lain? Sabar. Tarik napas dalam-dalam. Silakan ambil kopi dan camilan. Kalau sudah, ayo kita mulai sekarang.
Bebas Berkarya Tanpa Batasan Kuota
Hanya dengan switch kita bebas berkarya tanpa takut dibatasi waktu tertentu. Sebab kuota data switch berlaku selama 24 jam penuh. Mau rapat virtual dari pagi sampai malam pun bebas rasa cemas. Mau nge-blog sepanjang hari pun terasa lebih menenangkan.
Kita juga bebas memilih jumlah kuota internet sesuai kebutuhan tanpa takut putus kuota di tengah jalan. Pasalnya, switch memberikan fitur kuota darurat secara cuma-cuma (free emergency quota).
Fitur itu bisa saya manfaatkan untuk memperpanjang masa berlangganan seandainya saya lupa isi ulang atau sudah lewat masa aktif kartu. Jadi, tidak perlu lagi repot-repot keluar rumah untuk mengisi kuota.
Kualitas internet yang dihadirkan switch juga tidak sembarangan. Koneksi internet yang disediakan switch menggunakan teknologi terkini, yakni 4G dan 4G LTE.
Cocok dengan kebutuhan streaming saya, baik ketika bekerja, menulis, maupun mengajar sepanjang pekan. Berkarya lewat dunia maya jadi bebas hambatan.
SIM Card Diantar Sampai ke Rumah
Untuk memperoleh SIM Card switch kita tidak perlu keluar rumah. Dengan begitu, saya bisa mematuhi protokol kesehatan agar tetap di rumah untuk mencegah penyebaran virus korona. Cukup mainkan jari, SIM Card bisa saya dapati.
Yang perlu saya lakukan adalah mengunduh aplikasi switch dari Google Play atau App Store. Setelah itu, saya cukup melakukan registrasi, memilih nomor, dan membayar tagihan.
Bila sudah, SIM Card segera dikirim ke rumah lewat JNE atau GO-SEND. Mudah, kan? Untuk lebih jelas, tengok saja infografis di bawah.
Alhamdulillah, switch memberi diskon ongkir senilai Rp25.000 atau lebih dari separuh total biaya. Dengan demikian, total tagihan yang saya lunasi menjadi Rp24.000 saja. Asyik, kan?
Bebas Pilih Nomor Sesuka Hati
Bagi sebagian orang, termasuk saya, nomor SIM Card bukanlah sekadar nomor acak atau sembarangan. Kalau bisa, nomor itu merepresentasikan peristiwa penting dalam hidup, seperti tanggal kelahiran atau pernikahan.
Tanpa pikir panjang, saya pun memilih nomor SIM Card sesuai dengan tanggal pernikahan saya. Selain mudah diingat, pastinya bangga, dong, punya nomor handphone yang mencerminkan diri kita banget.
Harga Kuota yang Rasional
Seperti saya singgung di awal, switch menyediakan kuota internet sesuai kebutuhan. Total ada empat pilihan kuota switch yang bisa kita pilih. Mulai dari 3GB (Lite Bar), 10 GB (Standard Bar), 16GB (Power Bar), hingga 22GB (Super Bar).
Banyak Hadiah dan Games Seru
Sembari menyelam minum air. Kapan lagi isi pulsa berhadiah voucher menginap atau belanja online? Hanya di switch kamu bisa mengumpulkan poin belanja yang dapat ditukar dengan beragam hadiah atau reward sesuai kebutuhan.
Switch Mobile Indonesia telah menjalin kerja sama dengan banyak perusahaan ternama, di antaranya Trans Luxury Hotel Bandung, H&M, Blibli.com, Shell, Wakai, dan masih banyak lagi. Oleh karenanya, kita bisa menukarkan poin belanja dengan beragam voucher belanja produk dan/atau jasa di berbagai perusahaan ternama tadi.
Sudahlah bebas kuota, banyak gratisan dan games juga. Menarik, kan?
Layanan Pelanggan Super Responsif
Saat membeli SIM Card switch saya sengaja mengetes responsivitas layanan pelanggannya. Saya bertanya lewat fitur chat dalam aplikasi switch mengenai estimasi pengiriman kartu. Saat itu saya ditanggapi oleh Saki, operator switch yang bertugas melayani saya.
***
Berbagai fitur yang dihadirkan switch benar-benar menjadikan saya bebas bekerja, berkarya, dan berekspresi tanpa batas. Tanpa limit kuota, koneksi internet untuk keperluan kerja maupun blogging tidak lagi terhalang kendala.
Tagline excite everyday life yang diusung switch juga terbukti benar adanya. Dengan akses internet berkualitas tanpa batas, aktivitas bekerja maupun nge-blog dari rumah terasa lebih menenangkan dan menyenangkan.
Saya sudah beralih ke switch dan membuktikan keunggulannya. Are you #readytoswitch? [Adhi]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H