Alih-alih tambah ringan, keesokan hari tugas malah semakin menantang. Saya diajak belajar mengetahui proses pemindahan batubara (hauling) dari lokasi tambang hingga pemuatan ke kapal laut. Nah, batubara yang siap dipasarkan, diangkut dengan menggunakan kapal tongkang menyusuri sungai Barito menuju pelabuhan terapung lepas pantai selatan di Taboneo.
Sungai Barito memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi dan sosial warga Kalimantan. Sungai terpanjang di nusantara ini umum difungsikan sebagai jalur transportasi barang dan orang yang cukup efisien. Setiap harinya, ratusan kapal tongkang bermuatan batubara dan kelapa sawit siap ekspor, melintasi sungai berwarna coklat sepanjang lebih dari 900 kilometer ini.
Moda transportasi yang Saya tumpangi kembali berubah. Dari pesawat udara, mobil, dan kini giliran perahu cepat (speedboat). Ada alasan mengapa perahu yang Saya tumpangi dinamakan perahu cepat. Di bagian belakang perahu tersebut dipasangi mesin ganda, masing-masing berdaya 200 Paard Kracht (PK).
Perahu dengan kapasitas maksimum 15 orang tersebut sanggup membelah aliran sungai Barito, dan mengantarkan Saya kembali ke Banjarmasin dengan waktu 2,5 jam saja. Dua kali lebih cepat dibandingkan dengan perjalanan darat! Jika dilanjutkan ke pelabuhan terapung lepas pantai di Taboneo, maka waktunya ditambah 1,5 jam lagi.
Derasnya hempasan aliran sungai Barito bertempur dengan cepatnya laju perahu membuat Saya harus terombang-ambing selama perjalanan. Tidak ingin perut ikutan terombang-ambing dan muntah-muntah selama perjalanan, dengan cepat Saya mengocok satu sachet Tolak Angin Cair + Madu dan segera meminumnya hingga habis.
Apalagi dalam perjalanan ekstrem seperti ini, Tolak Angin mutlak diperlukan sebagai senjata andalan yang tidak bisa ditinggalkan. Berkat Tolak Angin Cair + Madu, Saya bisa melewati ganasnya sungai Barito dengan nyaman bebas mabuk perjalanan, hingga menuju pelabuhan terapung laut lepas di Taboneo.
Gelombang hempasan akhirnya berkurang setelah sampai di laut lepas Taboneo. Kapal-kapal besar (vessel) dari berbagai negara telah menancapkan jangkar ke dasar lautan. Sabar menunggu proses pemindahan batubara dengan menggunakan alat pengeruk mekanis, hingga palkanya terisi penuh. Dibutuhkan waktu selama 3-4 hari untuk memindahkan muatan batubara dari kapal tongkang ke vessel.
Dengan beralihnya muatan batubara ke vessel, maka saat itulah secara akuntansi penjualan diakui oleh perusahaan batubara. Dicatat sebagai nilai ekspor Indonesia dan menghasilkan devisa bagi bangsa dan negara. Berakhir pula cerita perjalanan Saya belajar proses bisnis batubara.
Tolak Angin, memang lebih dari sekedar atasi masuk angin!