Agar lebih mudah mendisiplinkan Anda menabung, Anda dapat membuat jadwal menabung dengan menyesuaikan pola penghasilan. Misalnya, jika Anda seorang karyawan yang memiliki gaji bulanan, maka menabunglah setiap bulan. Jika Anda seorang pemilik toko kelontong yang menghasilkan uang setiap harinya, maka menabunglah setiap hari.
Anda juga bisa melakukan kombinasi. Kuncinya kenalilah diri Anda. Jika Anda tipe orang yang tidak bisa memegang uang dalam jumlah banyak, maka bagilah menjadi beberapa bagian yang lebih kecil. Bagilah penghasilan bulanan Anda ke dalam 30 hari, sehingga jumlahnya akan jauh lebih kecil. Barulah Anda menabung secara harian dengan penuh kedisiplinan.
Rahasia Keempat : Bermimpilah Setinggi Langit di Angkasa
Nah, sama halnya dengan menabung, Anda memerlukan sebuah mimpi untuk tetap termotivasi. Tentukan dengan jelas apa tujuan menabung Anda. Semakin jelas tujuannya akan semakin baik.
Sebagai contoh, Anda ingin menabung untuk traveling ke Paris. Tanamkan dengan jelas di otak dan alam bawah sadar bahwa Anda bisa pergi ke Paris dengan menabung. Tentukan dengan logis jangka waktu menabung yang diperlukan, misalnya 2 atau 3 tahun, sesuai kemampuan Anda. Bila perlu, tuliskan kata 'Paris' di buku tabungan Anda. Alam bawah sadar Anda secara otomatis akan membimbing menuju mimpi Anda.
Jangan pernah takut untuk bermimpi. Bukankah semua barang yang dibuat oleh manusia berawal dari mimpi? Pesawat terbang, mobil, smartphone? Sayangnya kebanyakan orang tidak bisa bermimpi menjadi lebih baik karena dibatasi oleh pikiran sendiri.
Sebagai contoh, beberapa tahun lalu seorang teman yang doyan makan pernah berkunjung ke sebuah warteg. Karena makanan yang dijual enak dan bersih, wartegnya menjadi sangat laris. Saat waktu makan siang tiba, banyak mobil mewah yang merapat meski tempatnya terbilang sempit.
Diliputi rasa penasaran, teman Saya bertanya kepada Ibu pemilik warteg, "Bu, dagangannya laris begini, pasti untungnya banyak ya?"
"Yah, lumayan Mas. Hasilnya bisa untuk menyekolahkan dua anak Saya hingga kuliah, dan Alhamdulillah masih ada lebihnya," jawab Ibu pemilik warteg malu-malu.
"Kalau masih ada lebihnya, kenapa tidak ditabungkan untuk membuka warteg lagi? Pasti akan lebih untung. Mungkin saja kedua anak Ibu bisa melanjutkan pendidikannya hingga pasca sarjana."