Degup kerinduan di hati semakin memuncak, ketika janji untuk bertemu akhirnya sudah dibuat. Maklum, sudah tujuh bulan lamanya Saya tidak berjumpa dengan Ibu karena terpisah oleh jarak dan waktu. Di hari kasih sayang ini, tiba saatnya untuk kembali merasakan kehangatan keluarga yang telah lama tertunda.
Ibu adalah sosok wanita yang tangguh. Di usianya yang kini hampir genap 60 tahun, aktivitas Ibu masih sama seperti dahulu kala, berangkat ke kantor pada pagi hari dan pulang ke rumah pada malam hari. Sejak Bapak tiada tujuh tahun yang lalu, praktis Ibu menjadi tulang punggung bagi keluarga untuk menafkahi kami yang tiga bersaudara. Peran ganda sebagai wanita karier dan kepala keluarga dijalaninya hingga kini dengan tulus dan ikhlas.
Rangkaian proses pendewasaan dalam sebuah alur kehidupan mengharuskan Saya dan Ibu untuk tidak tinggal bersama sejak usia remaja. Dimulai ketika Saya mengenyam pendidikan di bangku SMA hingga melangkah ke perguruan tinggi.Â
Demi kualitas pendidikan dan masa depan yang lebih baik, Ibu harus merelakan Saya, anak bungsunya, untuk hidup mandiri di luar kota. Hal ini terus berlanjut hingga saat ini ketika Saya telah menikah dan bekerja.
Rutinitas pekerjaan kantoran membuat Saya tidak memiliki banyak waktu luang untuk bertemu Ibu. Apalagi sejak pertama kali bekerja tujuh tahun yang lalu, Saya selalu ditempatkan di luar kota Jakarta. Alhasil, momen liburan dan lebaran selalu menjadi saat yang ditunggu-tunggu, karena biasanya kami sekeluarga bertemu di rumah. Momen ini kami gunakan untuk berkumpul, bercerita, berkeluh kesah, melepas rindu dan menikmati kehangatan keluarga, sebelum kembali menjalani rutinitas kehidupan.
Selain itu, pertemuan ini terasa spesial karena dilakukan di hari kerja, bukan di hari libur seperti biasanya. Menciptakan momen sendiri terkadang lebih baik daripada harus menunggunya. Hari ini, kami sepakat untuk makan siang bersama dengan memanfaatkan jam istirahat kantor.
Waktu menunjukkan tepat pukul 12.00 ketika Saya memesan ojek melalui sebuah aplikasi di telepon genggam. Lokasi tujuan kemudian Saya atur ke Jalan Cikini Raya, tempat di mana Ibu bekerja.Â
Tidak berselang lama, sang pengemudi ojek pun tiba dan langsung mengantarkan Saya ke tempat tujuan. Selama perjalanan, tidak sabar Saya membayangkan senyum dan kecupan hangat Ibu yang sudah lama tidak Saya lihat dan rasakan.
Ibu sudah menunggu tepat di lobi kantornya ketika Saya tiba sekitar 15 menit kemudian. Dari kejauhan, Saya melihat senyuman Ibu yang masih bersinar kentara meskipun raut wajahnya kini sudah mulai menua. Sambil setengah berlari, dengan cepat Saya menghampirinya. Diliputi kerinduan, Saya segera mencium punggung telapak tangan kanannya seraya menundukkan kepala dan memberi salam.
Rumah makan khas Minang menjadi pilihan kami untuk menyantap makan siang sekaligus melepas kerinduan. Cuaca di siang itu sebenarnya cukup panas dan terik. Lokasi rumah makan yang terletak di pinggir jalan dan terbuka membuat gaduhnya suara lalu lalang kendaraan tidak bisa dihindarkan.Â