Mohon tunggu...
Adhi Nugroho
Adhi Nugroho Mohon Tunggu... Penulis - Blogger | Author | Analyst

Kuli otak yang bertekad jadi penulis dan pengusaha | IG : @nodi_harahap | Twitter : @nodiharahap http://www.nodiharahap.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Nasi Kuning Berkuah Kaldu? Adanya di Gorontalo!

18 Maret 2017   22:09 Diperbarui: 19 Maret 2017   18:01 1657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sajikan Menu Khas Sulawesi dan Chinese Food.

Jumat, 16 Februari 2001. Gegap gempita rakyat bergemuruh di sepanjang jalan raya, ketika iring-iringan yang membawa Suryadi Sudirdja dan Tursandi Alwi dari Bandara Jalaludin ke panggung utama di pusat kota melintas di hadapan mereka. Campur aduk. Pekerja, pelajar, mahasiswa, santri, guru, aktivis, dan tokoh masyarakat, seluruhnya menyambut gembira lahirnya Provinsi ke-32 di negara ini, Gorontalo. Kaum tua pun teringat akan gelora yang sama ketika 59 tahun lalu H. Nani Wartabone, sang pahlawan, mendeklarasikan kemerdekaan Gorontalo dari belenggu Belanda.

Semangat Persatuan dan Kesetiaan di Gorontalo

Rasa persatuan dan kesetiaan memang telah menjadi bagian dari keseharian masyarakat Gorontalo. Jauh sebelum sang pahlawan mendeklarasikan kemerderkaannya, kerajaan-kerajaan di daerah Gorontalo telah bersumpah untuk menjadi keluarga dalam suatu ikatan suci bernama ‘Pohala’a’ yang dipegang teguh di setiap jengkal tanah, mulai dari Gorontalo, Limboto, Suwawa, Boalemo, dan Atinggola. 

Nama Gorontalo sendiri berasal dari lidah si penjajah yang sulit menyebutkan lafal ‘Hulontalangio’, nama kerajaan terbesar pada waktu itu. Bahkan ketika sudah merebut kemerdekaan dari tangan penjajah, Gorontalo tetap memilih berada pangkuan Ibu Pertiwi. Semangat persatuan dan kesetiaan itu pula-lah yang mengantarkan rakyat Gorontalo mengucapkan ‘sayonara’ kepada Sulawesi Utara.

Diapit oleh Laut Sulawesi dan Teluk Tomini, Gorontalo menjadi pusat pendidikan dan perdagangan di kawasan timur Nusantara pada waktu itu. Nafas Islam mewarnai setiap denyut kehidupan dan aturan ketatanegaraan. Adat dan agama menyatu dengan erat melalui semboyan ”adat bersendikan syara’ dan syara’ bersendikan Kitabullah”. Perdagangan menjadi warna utama perekonomian. Gorontalo juga dikenal sebagai tempat singgah bagi para saudagar dan pedagang dari Sulawesi Tenggara sebelum melanjutkan perjalanan ke Sulawesi Utara. Perkembangan ekonomi dan sosial selanjutnya menarik minat kaum pendatang untuk memilih Gorontalo sebagai tempat mencari nafkahnya, salah satunya adalah Lina Usman yang berjualan Nasi Kuning sejak tahun 1953.

Nasi Kuning Hola

Bagi Lina, nasi kuning bukan hanya menjadi sumber penghidupan utama, namun juga sebagai seni meracik kuliner. Dari tangannya yang terampil, tercipta nasi kuning yang tidak akan Anda temui di manapun, Nasi Kuning Hola. Yang membedakan Nasi Kuning Hola dengan nasi kuning biasa adalah kuah kaldu gurih berisi bihun, telur rebus, dan taburan bawang goreng yang disajikan sebagai teman santap nasi kuning! Penasaran?

Jika Anda berkesempatan ke Gorontalo, mampirlah ke pusat kota, tepatnya di Jalan Sutoyo Nomor 31, Kelurahan Biawao, Kecamatan Kota Selatan. Anda akan menemukan bangunan tua berwarna putih bersih bergaya kolosal warisan zaman penjajahan Belanda, lengkap dengan tiga pintu besar bersekat-sekat yang dikelir dengan warna kuning dan hijau terang. Tidak mungkin keliru, karena lokasinya sangat mudah ditemukan. Bagi Anda pengguna smartphone, cukup ketik ‘Nasi Kuning Hola’ pada aplikasi Google Maps. Persis di depan gerbang masuk seukuran minibus, Anda akan menemukan papan nama bertuliskan :

RM. SABAR MENANTI

Nasi Kuning HOLA (Telah Berdiri Sejak Tahun 1953)

Jl. Sutoyo No.31, Telp (0435) 821206, Gorontalo

Papan Nama di Depan Gerbang Masuk. Tidak Sulit Ditemukan.
Papan Nama di Depan Gerbang Masuk. Tidak Sulit Ditemukan.
Bangunan Rumah Makan. Bergaya Kolosal Belanda.
Bangunan Rumah Makan. Bergaya Kolosal Belanda.
Nasi Kuning Hola buatan Lina sudah terkenal sejak dahulu karena keunikan dan kelezatannya. Nama ‘Hola’ sendiri bukan berasal dari ide dan kreativitas Lina. Sebelum menempati lokasi yang sekarang, Lina menjual nasi kuningnya tepat di depan Toko Kue dan Roti bernama ‘Toko Hola’ yang dikelola oleh Pamannya. Dari sana, pelanggan setianya kerap menyebut menu Nasi Kuning buatan Lina dengan istilah ‘Nasi Kuning Hola’.

Seakan menantang teori siklus bisnis, Nasi Kuning Hola masih digemari hingga saat ini. Resepnya tidak pernah diganti, meskipun sekarang sudah dikelola oleh anak dan cucunya, Liliyana Usman dan Levi Usman. Selain kuah kaldu segar dan menggairahkan yang menjadi ciri khasnya, nasi kuning hola juga ditaburi dengan suwir telur dan abon ikan tuna. Khusus untuk ikan tuna, Liliyana dan Levi sangat menjaga kualitasnya dengan memilih sendiri ikan tuna di pasar ikan setempat.

Penulis bersama Levi Usman, Generasi ke-3 Pemilik Nasi Kuning Hola.
Penulis bersama Levi Usman, Generasi ke-3 Pemilik Nasi Kuning Hola.
Nasi Kuning Hola saat ini dijual dengan harga Rp20.000,- per porsinya. Selain nasi kuning, Anda juga dapat memilih menu lainnya khas Sulawesi dan Chinese Food yang juga tidak kalah lezatnya, mulai dari Nasi Campur Makassar, Mie Hokkian, sampai Es Palu Butung. Buka mulai pukul 07.00 – 19.00 WITA, Nasi Kuning Hola sangat cocok untuk menjadi menu sarapan Anda di Gorontalo. Selamat mencoba!
Sajikan Menu Khas Sulawesi dan Chinese Food.
Sajikan Menu Khas Sulawesi dan Chinese Food.
Penulis Bersama Rekan Kerja dan Bos. Yuk Sarapan Nasi Kuning Hola di Gorontalo!
Penulis Bersama Rekan Kerja dan Bos. Yuk Sarapan Nasi Kuning Hola di Gorontalo!
Artikel ini juga dipublikasikan di blog pribadi penulis.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun