Untuk Ayah...
Di dalam hati ini, aku bahagia menjadi anakmu dan tak pernah aku berbohong akan hal ini.
Jika ada yang mengatakan aku tidak bahagia menjadi anakmu, itu bukan aku Ayah, bukan.
Itu bayanganku yang terluka akan sikapmu selama ini padaku.
Dia bilang padaku, bahwa dia bersedih karena Ayah tak acuh padaku.
Aku sudah memarahinya Ayah, sungguh.
Aku bilang dia tak sopan bersikap seperti itu pada Ayah.
Tapi Ayah, dia selalu berbisik kepadaku jika aku layak membenci Ayah.
Dia mengatakan jika Ayah selalu memarahiku di depan orang lain.
Ayah selalu menganggapku anak yang tidak berguna di hidup Ayah.
Apa yang aku lakukan, dimata Ayah pasti selalu salah.
Ayah tak pernah mengajak aku jalan-jalan.
Ayah tak pernah membelikan aku hadiah.
Ayah tak pernah hadir pada saat pembagian raport ku.
Ayah tak pernah senyum dengan candaan yang aku buat.
Ayah tak pernah memeluk ku.
Ayah tak pernah ada untuk mendukungku saat aku pentas.
Benarkah semua yang dikatakan oleh bayanganku Ayah?
Jika benar kenapa Ayah melakukan semua itu hanya padaku?
Kenapa kepada adik Ayah tak pernah melakukannya?
Apakah aku pernah membuat Ayah bersedih?
Kapan aku pernah mengecewakanmu Ayah?
Maafkan aku jika pernah membuatmu terluka Ayah.
Maaf jika selama aku menjadi anakmu, aku tak pernah membuatmu bahagia.
Kini aku sudah tenang Ayah.
Jaga Ibu dan adik ya Ayah.
Salam jauh dariku untuk mereka.
Dari anakmu yang selalu membanggakanmu.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H