Mohon tunggu...
Nobita Nobi
Nobita Nobi Mohon Tunggu... -

Nobita bukan bocah bodoh yang cengeng belaka; dia memunyai sifat-sifat lain yang mungkin luput dari perhatian, tapi toh nyata. Pertama, saya akan menyinggung fakta bahwa meskipun ia selalu diperlihatkan mendapat nilai 0 ketika ulangan, ia tidak pernah tinggal kelas. Hal ini membuktikan bahwa tidak semua nilainya 0.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yuk berbagi Yuk....

6 Oktober 2009   05:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:37 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cuaca kota Palembang malam ini sangat dingin sekali. Hampir sekitar 6 jam kota Palembang diguyur oleh hujan yang sangat lebat. Hujan yang lebat tersebut tentu saja menjadi pengiring kita semua dan juga tentunya bagiku untuk tertidur dengan lelap.

Tapi, hingga pukul satu malam ini aku tidak bisa tertidur. Aku membayangkan bagaimana nasib saudara-saudara kita yang menjadi korban gempa bumi di Sumatera Barat, Bengkulu, Jambi, dan daerah sekitarnya.

Kita bisa tidur dengan nyenyak diatas kasur yang empuk, dalam rumah yang berdiri kokoh, belum lagi ditambah fasilitas-fasilitas lainnya yang kita miliki seperti ac, kipas angin, maupun satpan yang selalui menunggui rumah kita disetiap malam agar kita bisa tertidur lelap.

Apakah pernah terbayangkan oleh kita bagaimana nasib saudara-saudara kita yang sekarang menjadi korban bencana alam? Mereka tidur didalam tenda-tenda yang hanya berkapasitas 50 orang tetapi diisi dengan 200 orang.

Pernahkan kita rasakan bagaimana rasanya tidur di alam terbuka bertemankan nyamuk-nyamuk nakal, buaian angin sepoi-sepoi, and iringan nada dari rintik-rintik hujan di malam hari sebagai simponi pengantar tidur? Ya itulah yang mereka rasakan di tempat pengungsian.

Sementara kita bisa tertidur nyenyak tanpa ada nyamuk yang menggangu. Iringan melodi syahdu mengiringi tidur kita yang lelap. Buaian lembut dari angin yang keluar dari Ac maupun kipas angin. Sungguh sangat berbeda sekali keadaan kita dengan mereka.

Saudaraku, sudah sepantasnyalah kita yang sekarang bisa tidur nyenyak membantu mereka semua. Mari kita ulurkan tangan kita buat mereka. Mari kita keluarkan sebagian dari yang kita miliki, baik itu berupa uang, makanan, pakaian, tenaga, maupun pikiran.

Hidup ini akan terasa indah jika kita saling berbagi dan saling peduli. Kita bisa tidur nyenyak diatas kasur yang empuk, dibuai oleh angin yang keluar dari ac maupun kipas angin, dan tanpa adanya gangguan dari binatang-binatang malam. Sementara mereka disana juga bisa tidur dengan layak karena mempunyai tenda darurat yang layak, serta memiliki makanan dan minuman yang mencukupi, serta memiliki pakaian yang bisa digunakan untuk mengganti pakaian mereka gunakan.

Sahabat, mulai saat ini mari kita biasakan budaya untuk saling berbagi dan saling peduli kepada yang membutuhkan. Bukan hanya kepada gempa pada saat ini saja, tetapi kepada tetangga-tetangga kita yang tidak mampu yang berada disekeliling kita secara terus menerus.

Salam indah dan damai

MG

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun