Mohon tunggu...
Nobiel Utoro
Nobiel Utoro Mohon Tunggu... Programmer - SMA Kanisius

...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Tempat Pembentukan Pemimpin Sejati dari Masa ke Masa

14 September 2024   20:42 Diperbarui: 14 September 2024   20:56 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi orang Indonesia, nama Kolese Kanisius sudah sering didengar dari tahun ke tahun. Selalu saja ada yang membicarakannya, mau itu di sekolah SD, kantoran, mall, dan banyak lagi. Sekolah ini dikenal dengan brotherhood yang sangat erat, lalu setiap hari pasti saja ada ulangan, dan lain-lain. Pastinya anak-anak yang ke sekolah ini pasti masuk ke universitas yang top di dunia atau pekerjaannya dengan tingkatannya yang sangat tinggi. 

Sekolah yang terletak di Menteng Raya ini menjadikan sebuah lokasi yang strategis, contoh stasiun Gondangdia dengan jarak tidak sampai 100 meter, membuat banyak orang ingin masuk ke sini. Namun, perlu diketahui juga, tes masuknya saja sudah susah dan banyak saingan di antara mereka yang memiliki bakat secara akademik atau non akademik. 

Sekolah menengah atas yang terletak di Jakarta ini bukan sekadar institusi pendidikan, tetapi sebuah tempat yang membentuk karakter dan pemikiran generasi muda sejak pendiriannya pada tahun 1927 oleh Jesuit Belanda. Bagi siswa SMP maupun SMA Kolese Kanisius, sekolah ini lebih dari sekadar lembaga pendidikan; ia adalah tempat pembentukan diri, sebuah ekosistem yang memungkinkan siswa berkembang secara intelektual, emosional, dan spiritual.

Sejak awal pendiriannya pada tahun 1927, Kolese Kanisius telah dikenal sebagai tempat pembentukan para pemimpin. Tradisi pendidikan Jesuit yang menekankan pada "cura personalis" atau perhatian terhadap setiap individu memungkinkan siswa untuk menemukan dan mengembangkan potensi mereka. Beberapa tokoh nasional seperti Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur), mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), hingga ekonom terkemuka Chatib Basri adalah sedikit dari banyak alumni Kolese Kanisius yang telah memberikan dampak signifikan pada bangsa. 

Lalu, lanjut ke puluhan tahun selanjutnya, sedikit alumni pun ini semakin bertambah banyak yang memberikan dampak besar kepada bangsa. Contoh, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Republik Indonesia, yaitu Airlangga Hartanto memberikan dampak berupa menstabilkan ekonomi di Indonesia dan menjadi seorang leader yang bijak dan mau melayani orang lain. 

Pendidikan di sekolah ini tidak hanya berfokus pada aspek akademis saja, namun diajarkan untuk berpikir kritis, memiliki rasa keadilan sosial, dan berperan aktif dalam masyarakat. Selain itu, tradisi spiritual dan etika Katolik memberikan landasan moral yang kuat bagi para siswa. Mereka tidak hanya diajarkan untuk menjadi cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki hati yang penuh empati dan kesadaran sosial. Sesuai dengan nilai-nilai yang diajarkan, yaitu 3C pada saat itu.

Zaman kini pada 2024, Kolese Kanisius masih bertahan dari dulu, bahkan menjadi salah satu peringkat di Jakarta dengan sekolah terbaik tahun 2023. Dengan perkembangan teknologi, globalisasi, dan perubahan sosial membuat Kolese Kanisius meningkatkan tes akademiknya yang jauh lebih susah. Namun, disini mereka di tes untuk apakah mereka bisa mengerjakan soal tersebut atau malah melewatinya saja begitu. Kalau dari sisi pandang yang pernah saya lihat, bukan dari jawaban mereka berapa banyak yang benar, namun bagaimana mereka merespon atas jawaban tersebut. 

Apakah dikerjakan atau tidak, bagaimana mereka menjawabnya, dan banyak hal lagi. Kolese Kanisius telah melakukan berbagai inovasi dalam kurikulumnya untuk menjawab tantangan ini. Program-program seperti pendidikan STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics), pengembangan soft skills, dan kegiatan ekstrakurikuler yang beragam menjadi bagian integral dari proses pembelajaran. Fokus pada pengembangan karakter juga tetap menjadi prioritas, dengan pendekatan yang lebih inklusif dan relevan dengan konteks global saat ini. 

Namun, tantangan terbesar mungkin terletak pada bagaimana menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi. Dalam upaya beradaptasi dengan perubahan, ada risiko kehilangan esensi dari pendidikan yang berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan dan spiritualitas. Oleh karena itu, menurut saya pentingnya bagi Kolese Kanisius untuk terus merefleksikan dan menyesuaikan pendekatan pendidikannya tanpa mengorbankan prinsip-prinsip dasar yang telah menjadi fondasi keberhasilannya selama ini. Dengan adanya nilai 4C1L yang terdiri dari Competence (Pandai), Conscience (hati nurani), Compassion (peduli dengan orang lain), Commitment (niat), dan Leadership (pemimpin), maka para siswa di sini dapat mendalami dan menggunakannya di masa depan mereka yang lebih baik.

Masa depan nanti, menurut saya Kolese Kanisius dapat menjadi lebih baik lagi dan dapat mempertahankan tradisi mereka dari tahun ke tahun. Dapat dilihat dari kemarin saya mengikuti kegiatan ILT (Ignatian Leadership Training) dimana kegiatan ini sangat lelah dan membuat banyak siswa babak belur. Kegiatan ini dibuat oleh sekolah ketika memasuki kelas 10, dan tentunya hal ini memang sangat dibutuhkan. Kenapa? Karena kalau tidak, bagaimana mereka bisa mengerjakan pekerjaan yang lebih susah lagi, tanggung jawab yang besar, bahkan harus berani menerima konsekuensi yang berdampak pada kehidupan kita yang sangat besar. Disinilah dibuat hal seperti itu agar mereka mengetahui dunia itu tidak adil, dan Kolese Kanisius sudah menerapi tradisi ini dari tahun 2010-an. 

Sebagai sekolah terbaik di Jakarta, Kolese Kanisius juga bertanggung jawab besar untuk mempersiapkan generasi masa depan yang siap menghadapi dunia yang semakin kompleks dan tak terduga. Dunia masa depan membutuhkan individu yang tidak hanya memiliki kecerdasan intelektual, tetapi juga memiliki ketahanan emosional, keterampilan komunikasi yang baik, dan kemampuan untuk bekerja dalam tim yang beragam. Kalau tidak, bagaimana nanti generasi kedepannya nanti, apakah tambah jelek? Tidak ada yang tahu. Untuk mencapai tujuan ini, Kolese Kanisius perlu terus berinovasi dalam metode pengajaran dan pembelajaran, serta membangun kemitraan dengan berbagai pihak, termasuk alumni, industri, dan lembaga pendidikan lainnya. Kolaborasi ini penting untuk memberikan siswa akses ke berbagai pengalaman dan pengetahuan yang akan membantu mereka menjadi individu yang berdaya saing dan berkontribusi positif pada masyarakat. 


Sekolah yang benar adalah sekolah dengan instiusi pendidikan yang bisa bertahan dan beradaptasi dengan kemajuan zaman. Hal ini bisa dicontoh dari Kolese Kanisius sendiri. Beliau adalah contoh bagaimana hal tersebut dapat terwujud. Dengan tradisi yang kuat dan komitmen ini, saya percaya bahwa Kolese Kanisius akan terus memainkan peran penting dalam membentuk generasi masa depan yang siap menghadapi tantangan dunia yang terus berubah. Di tengah dinamika global dan lokal, Kolese Kanisius adalah bukti bahwa pendidikan yang holistik dan berpusat pada nilai-nilai kemanusiaan akan selalu memiliki tempat dan makna dalam masyarakat. Sekolah itu tidak hanya mengajarkan kurikulum yang diperintahkan, namun bagaimana mereka bisa mengandalkan diri mereka sendiri saat sudah dewasa nanti.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun