Mohon tunggu...
Pendidikan

Moral Intelektual Tumbuh Tak Bertaji

12 Juli 2018   14:55 Diperbarui: 12 Juli 2018   14:52 419
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketiga muncul perkembangan baru dalam masyarakat untuk melihat intelektual sebagai kelas masyarakat tersendiri, masyarakat yang semakin moderen, yang lebih megutamakan kemampuan berpikir, telah menempatkan para intelektual sebagai tokoh panutan, mareka adalah orang2 yang dengan mudah dapat membentuk opini publik. Apalagi bila diingat reputasi para intelektual "Merubah Dunia" Semisal Newton, Kennedy, Gandhi, sampai Bung Karno.(Imawan: 1998).  

Kecendrugan berpikir masyarakat inilah yang menjadi beban tersendiri bagi kaum intelek, pemikiran yang irasional, pemikiran yang menganggap kaum intelek serba bisa, sehingga timbul keangkuhan dari intelktual itu sendiri. Sejatinya tidak semestinya juga kamu intlek merubah dunia, sedikit berperan dalam kesenjangan sosial itu sudah cukup, dengn kata lain tidak hanya memikirkan kantong, golongan, klompok, tetapi hadir ditengah2 kehidupan masyarakat dengan niat dan ketulusan untuk membantu serta membangun.

Jika kita berpaling terhadap pendapat (Toulmin, 1981) tentu masih banyak harapan akan sebuah perubahan, karena sejatinya intelektual tidak hidup diatas menara gading, yang jauh terpisah dari masyarakatnya, sebaliknya mareka sangup membangun konsep, membangun alternatif untuk memecahkan persoalan yang dihadapi masyarakat, justru mareka terlibat dalam dinamika kehidupan masyarakatnya. Karena sejatinya perubahan itu berasal dari kaum muda yang bermoral intelektual, marekalah regrenasi bangsa, untuk itu tanamkanlah semangat dan jiwa nasionalisme, patriotalisme, untuk menjadikan mareka sebagai pahlawan bangsa, satu ucpan, satu pikiran, satu tidakan, dan satu perbuatan.

Intelektual tidak mestinya dibangun didalam kancah pendidikan, namun sejatinya intelektual bisa dibentuk, bermodal pandai membaca dan menulis akan membuat sosok remaja manapun, baik pingiran, plosok perbatasan, bisa menjadi intelektual yang sejati (Imawan :1998) berpendapat para intelektual jangan sampai jauh dari buku, buku bagi seorang intelektual adalah senjata bagi seorang tentara di medan pertempuran, seperti tentara, buku adalah saudara, istri, bahkan orang tua yang harus dijaga.

N.R.H

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun