Mohon tunggu...
NOBERTUS ROLAND HADRIANUS
NOBERTUS ROLAND HADRIANUS Mohon Tunggu... -

memberi dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlunya Penempaan Arah & Gerak Moralitas Remaja

9 Desember 2014   04:14 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:44 24
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saja satu Bangsa Indonesia ini sebuah pohon, maka remaja adalah bunga yang sedang mengucup, dia tegak berdiri di pucuk ranting, langsung berhadapan dengan sang matahari, bebas melihat kemanapun juga, tidak seperti generasi sebelumnya yang berada dibawah, yang pandangannya mulai tertutup oleh ranting dan daun, remaja adalah simbol sukacita, kehidupan remaja penuh dengan gaya hidup hura-hura, pokoknya bebas mengekpresikan diri, bebas berangan-angan, tapi jangan pula lupa!! Bahwa bunga yang sedang Kuncup merupakan incaran lebah untuk dihisap sari madunya.

Sebenarnya gaya hidup hura-hura remaja sangat pas dengan arah gerak pembangunan Bangsa kita, sebab selama ini negara belum berhasil membangun arah gerak konsep "pembangunan" yang dibentuk atas nilai-nilai kemasyarakatan, sadar atau tidaknya selama ini kita masih “Meminjam” konsep pembangunan yang dibentuk atas dasar dan pegalaman nilai-nilai yang diyakini bangsa lain. akibatnya tentu hasil tidak jauh dari bentuk bangsa lain yang pernah memakai konsep yang sama.
Konsep pembangunan yang kita adaptasi, demikian pekat dengan nilai-nilai ekonomis. Bila iman tidak kuat, sangat gampang bagi seseorang untuk terjembab keupaya mencuri keuntungan-keuntungan ekonomis. sangat mudah bagi seseorang untuk merendahkan nilai dan martabat orang lain, karena orang itu tidak memberi keuntungan ekonomis apapun baginya. Pandangan ini tentu sangat bertentangan dengan nilai-nilai dasar hidup berbangsa kita. Kita demikian megagungkan nilai kekeluargaan, gotong royong, kita cocokan paham kebersamaan (Egalitarianisme) pada diri remaja. tetapi diluar sana mareka dihadapkan dengan nilai lain. yang secara potensial dapat meruntuhkan nilai utama yang ditanamkan didalam keluarga.

Berbicara maslah moral remaja, tidak bisa dipungkiri bahwa moral remaja saat ini dibawah tahap yang meghawatirkan. kesadaran akan kaum remaja dalam arah prubahan turun signifikan. terutama remaja pingiran, plosok dan perbatasan. yang serta merta berdiam diri ketika ada: kebijakan yang tidak Pro, pembangunan yang tidak merata. kaum pendindas, kapitalisme, (Sawit+perusahaan kapitalis+dll), yang menjarah harta benda masyarakat (kebun+tanah+dll). tanpa pernah remaja sadari? Megabaikan segala cara itulah ciri khas mareka, tetapi kaum remaja tetap berdiam. Megharapakan ada keadilan dari oknum pemerintah. tanpa pernah kaum remaja pikirkan.? bahwa mareka tidak mempunyai hukum. padahal setiap orang mempunyai semacam UU yang megatur hidupnya, tetapi mareka tidak mareka sangat dingin.

Remaja merupakan bagian (segmen) serta aset yang berharga untuk bangsa dan negara kita. Untuk itu arah gerak remaja. Harus tetap terjaga dan terbina dari diri kita, para orang tua, keluarga, sesama, kerabat, pemerintah bahkan dalam tanda kutip “orang lain”. Buanglah pemahaman akan keacuhan dan menganggap orang lain tidak penting. Kita telah hidup dalam satu rumpun. Kita telah berdiri dan menikmati bangsa diatas merahnya darah para pejuang bangsa. Perbedaan hal yang lumrah. Dari perbedaanlah seni kebersamaan itu ada. Dan Dari perbedaan lah kita dipersatukan.
Memang hidup adalah sebuah pilihan, pilihan kearah mana yang hendak kita inginkan. Karena didalam diri manusia terdapat 2 (dua) sisi yang memiliki perbedaan. Karena dari kedua sisi inilah menjadi sebuah keharusan remaja hendak menentukan langkah mana yang harus ditempuh. Karena sejatinya diri remaja adalah sosok yang masih mencari jati diri. Yang bebas berkelana, mengembara entah kemana.

Remaja aset yang berharga. Dari diri remajalah bangsa dan negara dipertaruhkan. Untuk itu jadikanlah diri remaja sebagai intelektual yang sejati. Remaja yang tidak pernah merasa puas menerima kenyataan sebagaimana adanya, remaja yang selalu berpikir soal alternatif terbaik dari segala hal yang oleh masyarakat sudah dianggap baik, remaja yang selalu mencari kebenaran yang tidak berujung, remaja yang tidak pernah terikat akan kepentingan dunia. namun benda dunawi yang hadir disekitarnya, tidak lain adalah alat untuk membantu petualangan mareka. Dimana Hasil kerja mareka, arah pengembaraan berpikir mareka, dibimbingi oleh iman, teori dan fakta. Sehingga tidak ada tembok yang terlalu tebal yang tidak dapat ditembus, tidak ada gunung yang terlalu tinggi yang tidak dapat didaki, dan tidak ada samudra yang terlalu luas yang tidak dapat disebranggi. Selama iman, teori dan fakta mengarahkan mareka kesana.

Menjadikan sosok remaja intelektualitas yang sejati. Tidak mestinya dikancah pendidikan. Namun sejatinya intelektual dapat dibentuk dan dibangun bermodalkan membaca dan menulis. Binalah diri remaja untuk menempa segala pengetahuan dari buku. Karena sejatinya buku adalah guru dari sumber segala guru. Riswandah Imawan: 1998. Pernah berpesan!! Bahwa sosok Remaja jangan sampai jauh dari buku. Buku bagi seorang remaja adalah senjata bagi seorang tentara dimedan pertempuran. Seperti tentara. Buku bagi remaja adalah sodara, ayah, kerabat, dan orang tua yang harus dijaga.

Memberi & Berbagi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun