Mohon tunggu...
Nobertha Shinta
Nobertha Shinta Mohon Tunggu... Hoteliers - Anyone can write anything. Write whatever I want. Also write whatever I have to.

I will write whatever I want to write :)

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Sains dan Teknologi yang Konkrit Kita Hadapi

25 September 2021   07:00 Diperbarui: 25 September 2021   07:08 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sains merupakan buah ekspresi yang eksistensial bagi setiap manusia yang berbudi dan bernalar karena timbul potensi manusiawi yang otentik, yakni pendambaan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan budi hatinya, otonom dari segala mitologi dan bayangan-bayangan apriori manusia ingin tahu, hanya tahu saja, murni, selaku aktualisasi potensi yang ada. Langkah proses kedua ialah kecenderungan untuk memanfaatkan pengetahuannya itu secara Methodist. Timbulah teknologi selaku pemenuhan hasrat yang sah untuk menggunakan sesuatu yang ia ketahui itu. Tetapi, sekali dimensi penggunaan masuk, jelaslah timbul permasalahan penggunaan untuk apa, demi apa, siapa pihak yang menanggung biayanya, maupun siapa yang menikmatinya. Disinilah sains dan teknologi, yang dalam berprosesnya saling tergantung dan saling membuahi, masuk dari alam abstrak ke dalam alam konkret.

Sains dan teknologi ternyata dari hakikatnya dan tidak hanya kebetulan, tidak bisa lain selain menuju dan membentuk sentralisme yang kuat, kompak, dan ketat. Yang dimaksud sains dan teknologi disini, sekali lagi, adalah yang kita kenal datang dari barat dan yang faktual kita olah juga di negeri kita ini -- dengan kata lain, sains dan teknologi dalam bentuk tertentu, selaku bentuk alternatif -- alternatif lain, bila memang dikehendaki. Itu tergantung dari political will. atau kemauan kebudayaan yang sengaja dari suatu bangsa atau jaman. Jadi, sains dan teknologi hanya punya arti dalam kondisi diemban dalam suatu struktur ipoleksosbudhankam tertentu, baik arti negatif maupun positif, selaku respolitika dalam arti yang sebenarnya.

KEDATANGAN ILMU EKSPERIMENTAL DAN TEKNOLOGI DI INDONESIA
Teknik sebagai usaha manusiawi untuk meringankan kerja demi efisiensi yang lebih tinggi adalah setua umur bangsa manusia dan diartikan secara lazim selaku alat atau instrument yang dipakai dan dimanfaatkan demi pengabdiannya kepada manusia. Ilmu -- ilmu alam eksperimental, ilmu dengan metode serba induksi, teknologi, teknik, dan industri mesin modern, benar-benar menjadi penggerak baru, "bandul baru yang ikut memutar jam sejarah" (Adelbert Stifter), suatu symbol berdaya nyata yang mulai memberi bentuk baru dalam wadah bumi, suatu kekuasaan dan bukan alat belaka, yang berdaya cipta dan "yang paling jelas mengungkapkan kebaikan dan kejahatan wujud rohani manusia jaman sekarang" (Hans Lilje).

Apakah arti kesemuanya tadi bagi kita dalam praktek ? Tentu saja banyak sekali. Dan tak mungkin semua impact dan feed-back perkembangan ilmu--ilmu alam empiris dan teknologi ke dalam kehidupan kita dapat kita bahas semua disini. Tetapi satu diantaranya yang mungkin akan paling terasa oleh umum dalam negara yang sedang berkembang ialah gejala objektivasi dalam tingkat otomatisasi tersebut, namun sekarang dalam wujudnya secara sosiologis atau psiko--sosiologis.

Kedatangan ilmu eksperimental dan teknologi di Indonesia tentunya membawa dampak bagi kehidupan sehari-hari. Ilmu eksperimental yang cenderung merupakan ilmu-ilmu eksakta jelas sekali berpengaruh dalam seluruh kegiatan mekanis yang terjadi.

TEKNOKRASI
Sebagai produk modernitas, teknokrasi muncul sebagai respons pada industrialisasi serta modernisasi. Sebagai anak kandung positivisme, teknokrasi berangkat dari asumsi pengetahuan ilmiah merupakan modal dasar penciptaan tatanan sosial. Namun, dari pengetahuan ilmiah itulah teknokrasi menemui keterbatasannnya, baik epistemologis maupun politis.
Secara epistemologis, teknokrasi mereduksi makna kebijakan publik semata-mata sebagai alat regulasi untuk menyelesaikan masalah sosial melalui penggunaan rasionalitas teknis. Cara pandang instrumentalis tersebut bermasalah karena realitas sosial ekonomi tak dapat sepenuhnya dipahami melalui rasionalitas teknis.

Berbagai metode pemecahan masalah yang digunakan teknokrat cenderung mereduksi kompleksitas sosial yang menyelimuti berbagai masalah di masyarakat ke dalam ukuran-ukuran teknis-ekonomis. Realitas tereduksi hasil interpretasi teknokrat itu lalu menjadi acuan dalam pembuatan kebijakan publik. Akibatnya, berbagai permasalahan nyata di masyarakat tidak terselesaikan karena ada diskrepansi antara realitas dan interpretasi. Secara politis, keterbatasan teknokrasi muncul dari sifatnya yang elitis. Elitisme tersebut muncul dari kepercayaan bahwa hanya orang-orang yang memiliki pengetahuan teknis-ekonomis yang bisa terlibat dalam pembuatan kebijakan. Anggapan itu memisahkan wilayah teknokrasi dari wilayah politik publik. Masalahnya, seperti yang dikatakan ilmuwan politik Frank Fischer, teknokrasi tidak pernah lepas dari motivasi kekuasaan. Berbagai kebijakan yang berkaitan dengan kepentingan publik akhirnya harus tunduk pada pihak-pihak yang memiliki akses serta pengaruh kepada teknokrat pembuat kebijakan.

Pada titik ini, pengetahuan ilmiah tidak lagi netral, tetapi telah menjadi alat pembenaran bagi sebuah keputusan yang menguntungkan kelompok tertentu. Dengan demikian, unsur elitisme teknokrasi justru memungkinkan terjadinya penyalahgunaan wewenang.
Menyadari keterbatasan serta kontradiksi yang dihasilkan praktik teknokrasi dalam pembuatan kebijakan publik, satu-satunya cara untuk menutup berbagai kelemahan dan kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan serta pengetahuan adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip demokrasi ke dalam proses pembuatan kebijakan publik. Di situ, cakupan demokrasi diperluas dari sekadar hak politik ke hak-hak untuk mempengaruhi kebijakan publik.

PROMOTEUS DAN FAUST DALAM TEKNOLOGI
Promoteus merupakan tokoh mitologi Yunani yang punya fitur pemberani, cerdas, dan banyak akal. Dia mampu menghasilkan manusia--manusia dan memberikan mereka kekuasaan atas bumi. Faust adalah tokoh dengan karakter cerdik, pandai, dan ambisius. Dunia Faust yang konkrit terjadi di jaman sekarang dapat dilihat dari bertebarannya perusahaan-perusahaan besar dan berbagai teknologi modern.

Sumber : 

1. Buku Pasca Indonesia Pasca Einstein Y.B. Mangunwijaya tahun 2003
2. http://osdir.com/ml/culture.region.indonesia.ppiindia/200503/msg00365.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun