Industri perfilman di Indonesia juga saat ini berkembang pesat dan mulai menunjukkan taringnya di kancah global. Banyak dari film - film produksi Indonesia bahkan mendapatkan apresiasi tinggi dari masyarakat baik lokal maupun internasional dan memenangkan penghargaan bergengsi di ajang festival film internasional.
Salah satu film tersebut berjudul Sekala Niskala. Film yang diproduksi Fourcolours Films bersama Treewater Productions tersebut disutradarai sekaligus ditulis skenarionya oleh Kamila Andini. Terdapat nama-nama bintang terkenal yang ikut bermain dalam film tersebut seperti Ayu Laksmi yang memerankan tokoh Ibu dan Happy Salma yang memerankan tokoh Suster Ida.
Uniknya, selain nama-nama bintang diatas, sebagian tokoh utama dalam film Sekala Niskala dimainkan oleh orang yang belum pernah memiliki pengalaman bermain film. Bahkan, terdapat dua aktor cilik yang ikut memerankan tokoh utama dalam film tersebut. Namun, performa dari setiap aktor di film tersebut tidak dapat diremehkan begitu saja.
Film bergenre drama yang banyak diperbincangkan ini dirilis secara serentak di Indonesia pada Maret tahun 2018. Namun sebelumnya, film dengan judul internasional “The Seen and The Unseen” telah ditayangkan di beberapa festival film, diantaranya Busan International Film Festival, Toronto International Film Festival, serta Jogja - NETPAC Asian Film Festival (JAFF).
Film ini sarat akan kebudayaan masyarakat Bali tentang Sekala yang berarti terlihat dan Niskala yang berarti tidak terlihat. Film berdurasi delapan puluh satu menit ini mengisahkan dua anak kembar perempuan dan laki-laki yaitu Tantra Tantri (Ni Kadek Thaly Titi Kasih) dan Tantra (Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena).
Dalam kepercayaan masyarakat Bali, kembar beda kelamin atau disebut kembar buncing ini diyakini sebagai sebuah keseimbangan, namun ada pula yang meyakini bahwa fenomena tersebut dapat membawa petaka. Petaka tersebut kemudian disimbolkan dalam film Sekala Niskala ketika Tantra, sang Adik harus meregang nyawa akibat sakit keras yang perlahan merenggut kemampuan inderanya satu persatu.
Tantri, sang Kakak yang tidak ingin menerima kepergian adiknya, Ia membangun dunia imajinasi dimana ia dan adiknya dapat bertemu.
Setiap malam, Tantra menyelinap ke ruang inap saudara kembarnya. Dalam dunianya, Tantri seolah-olah tidak pernah mengalami sakit yang menimpanya dan dapat bersenang-senang seperti dahulu kala.
Kemudian saat fajar menyingsing, saudara kembar tersebut harus kembali ke kenyataan dimana sang Adik yang terbaring lemah di ranjang rumah sakit dan sang Kakak yang terjebak dalam kekosongan tanpa kehadiran sosok sang Adik.
Penggambaran antara dunia imajinasi Tantra dengan realita dalam film tersebut disajikan dengan apik dan sangat tidak kentara batasannya sehingga mendorong penonton untuk menebak-nebak momen - momen bersama saudara kembar berlangsung di dunia yang sama atau tidak.
Selain itu, film ini juga sukses dalam menyajikan secara simbolis keseimbangan dalam kehidupan. Keseimbangan tersebut divisualisasikan melalui tokoh anak kembar yang saling melengkapi dan dunia paralel antara yang kasat mata dan tidak kasat mata. Tim produksi film tersebut juga dengan piawai mengangkat budaya dan adat tradisional Bali.