pemerintah dapat memberikan penghargaan atau subsidi kepada komunitas yang berhasil menjaga kebersihan lingkungan mereka
keahlian teknis dan advokasi dari LSM dimana LSM dapat menjalankan kampanye edukasi berbasis bukti ilmiah, menjelaskan dampak limbah rumah tangga terhadap kualitas air dan kesehatan masyarakat dan pemberdayaan ekonomi berbasis daur ulang melalui bank sampah dan program pengolahan limbah mandiri, LSM membantu komunitas menghasilkan nilai ekonomi dari pengelolaan limbah.
 serta keterlibatan aktif masyarakat.Â
Pengembangan Infrastruktur Hijau Berbasis Komunitas
Solusi ini tidak hanya fokus pada pengelolaan limbah, tetapi juga pada restorasi dan konservasi ekosistem air melalui partisipasi aktif masyarakat. Infrastruktur hijau melibatkan penggunaan teknologi alami, seperti vegetasi dan sistem biologis, untuk memitigasi polusi dan meningkatkan kualitas air. Konsep dan implementasi yang dapat dilakukan adalah penanaman vegetasi penyerap polutan di bantaran sungai. Tanaman seperti bambu, vetiver (Chrysopogon zizanioides), dan tanaman air lainnya dapat digunakan untuk menyerap nutrien berlebih dan polutan dari air sungai yang tercemar. Komunitas dapat dilibatkan dalam kegiatan penanaman dan perawatan tanaman ini. Penanaman vegetasi juga membantu mengurangi erosi tanah, menstabilkan bantaran sungai, dan menciptakan habitat bagi keanekaragaman hayati lokal. Selain itu, dapat juga membuat kolam retensi air hujan dimana kolam retensi air hujan dapat dibangun di area permukiman sebagai bagian dari solusi berbasis komunitas. Kolam ini berfungsi untuk menampung air hujan dan mengurangi limpasan permukaan yang membawa polutan ke sungai. Selain itu, kolam retensi dapat digunakan sebagai sumber air alternatif bagi masyarakat sekitar.Â
Dengan demikian dapat disimpulkan, salah satu permasalahan di Depok yang paling disoroti adalah krisis air bersih di Kota Depok yang diakibatkan oleh pencemaran air, terutama dari limbah rumah tangga. Sungai Ciliwung dan Danau Depok menjadi sumber utama air bersih yang tercemar berat oleh limbah seperti detergen, minyak, sampah organik, dan plastik. Data menunjukkan bahwa sebagian besar limbah domestik di Depok tidak dikelola dengan baik, dengan hanya sebagian kecil yang diolah melalui Unit Pengolahan Sampah (UPS) atau bank sampah. Akibatnya, kualitas air menurun drastis, yang berkontribusi pada peningkatan penyakit terkait air seperti diare dan hepatitis A.
Upaya sebelumnya, seperti pembangunan UPS dan pengelolaan sampah berbasis komunitas melalui bank sampah, telah membantu mengurangi dampak pencemaran tetapi masih terbatas dalam cakupan dan efektivitasnya. Rendahnya kesadaran masyarakat dan keterbatasan infrastruktur menjadi kendala utama.
Solusi yang diusulkan mencakup kolaborasi antara pemerintah, LSM, dan masyarakat untuk meningkatkan regulasi, edukasi, dan pengelolaan limbah. Selain itu, pengembangan infrastruktur hijau berbasis komunitas, seperti penanaman vegetasi penyerap polutan dan pembangunan kolam retensi air hujan, dapat membantu mitigasi pencemaran secara berkelanjutan. Dengan langkah-langkah ini, diharapkan kualitas air di Depok dapat dipulihkan dan keberlanjutan lingkungan terjaga.
Referensi:Â
Saju, P. S. B. (2019, February 26). Depok masih sulit kendalikan limbah industri rumah tangga. kompas.id. https://www.kompas.id/baca/utama/2019/02/26/depok-masih-sulit-kendalikan-limbah-industri-rumah-tangga?status=sukses_login&status_login=login&loc=hard_paywall